59. Larangan Berprasangka Buruk Terhadap Allah



πŸ“š Kitab Tauhid



Firman Allah swt:

“Mereka berprasangka yang tidak benar terhadap Allah swt, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata: "apakah ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, katakanlah: "sungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah.” (QS. Ali Imran:154).

“Dan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran (keburukan) yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk tempat kembali.”(QS. Al Fath:6).

Ibnu Qayyim dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan: “Prasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah swt tidak akan memberikan pertolongan-Nya (kemenangan) kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.”

Dan ditafsirkan pula: “bahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir (ketentuan) dan hikmah (kebijaksanaan) Allah.”

Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga penafsiran:

    πŸ”ΉPertama : mengingkari adanya hikmah Allah.
    πŸ”ΉKedua : mengingkari takdir-Nya.
    πŸ”ΉKetiga : mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah saw akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama.

    Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al Fath.

    Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah swt, tidak patut terhadap keagungan dan kebesaran Allah, tidak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, Puji-Nya, dan janji-Nya yang pasti benar.

    Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah swt akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka “Wail”.

    Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka buruk kepada Allah swt, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya.

    Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah swt.

    Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut?

    “Jika anda selamat (selamat) dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.”

    Kandungan bab ini:

      1. Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran [116].

      2. Penjelasan tentang ayat dalam surat Al Fath [117].

      3. Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali macamnya.

      4. Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang mengenal Asma’ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri.




    CATATAN KAKI :

      [116]. Ayat pertama menunjukkan bahwa barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah akan memberikan kemenangan yang terus-menerus kepada kebatilan, disertai dengan lenyapnya kebenaran, maka dia telah berprasangka yang tidak benar kepada Allah dan prasangka ini adalah prasangka orang-orang Jahiliyah; menunjukkan pula bahwa segala sesuatu itu ada di Tangan Allah, terjadi dengan qadha dan qadar-Nya serta pasti ada hikmah-Nya; dan menunjukkan bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah termasuk kewajiban tauhid.

      [117]. Ayat kedua menunjukkan kewajiban berbaik sangka kepada Allah dan larangan berprasangka buruk kepadaNya; dan menunjukkan bahwa prasangka buruk kepada Allah adalah perbuatan orang-orang munafik dan musyrik yang mendapat ancaman siksa yang sangat keras.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam