60 . Mengingkari Qadar (Ketentuan Allah Ta’ala)



πŸ“š Kitab Tauhid



Ibnu Umar ra berkata: “Demi Allah yang jiwa Ibnu Umar berada di tangan-Nya, seandainya salah seorang memiliki emas sebesar gunung Uhud, lalu dia infakkan di jalan Allah, niscaya Allah tidak akan menerimanya, sebelum ia beriman kepada qadar (ketentuan Allah)”, dan Ibnu Umar membaca sabda Rasulullah saw:

“Iman yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada Qadar baik dan buruknya.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan bahwa Ubadah Ibnu Shamit ra berkata kepada anaknya: “Hai anakku, sungguh kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman sebelum kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakdirkan tidak menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda:

“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah adalah Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya: “tulislah”, maka Qalam itu menjawab: "Ya Tuhanku, apa yang mesti aku tulis? Allah berfirman: “Tulislah ketentuan segala sesuatu sampai datang hari kiamat.”

Hai anakku, aku juga telah mendengar Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang meninggal dunia tidak dalam keyakinan seperti ini, maka ia tidak tergolong ummatku”.

Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan:

“Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allah swt adalah Qalam, kemudian Allah berfirman kepadanya: “tulislah! Maka ditulislah apa yang terjadi sampai hari kiamat”.

Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Maka barangsiapa yang tidak beriman kepada qadar (ketentuan Allah) baik dan buruknya, maka Allah pasti akan membakarnya dengan api neraka”.

Diriwayatkan dalam Musnad dan Sunan [118]. dari Ibnu Dailami ia berkata: “Aku datang kepada Ubay bin Kaab, kemudian aku katakan kepadanya: "Ada sesuatu keraguan dalam hatiku tentang masalah qadar, maka ceritakanlah kepadaku tentang suatu hadits, dengan harapan semoga Allah swt menghilangkan keraguan itu dari hatiku”, maka ia berkata:

“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu, sebelum kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini bahwa apa yang telah ditakdirkan mengenai dirimu pasti tidak akan meleset, dan apa yang telah ditakd irkan tidak mengenai dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, pasti kamu menjadi penghuni neraka".

Kata Ibnu Dailami selanjutnya: “Lalu aku mendatangi Abdullah bin Mas’ud, Hudzaifah bin Yaman dan Zaid bin Tsabit, semuanya mengucapkan kepadaku hadits yang sama dengan sabda Nabi Muhammad saw di atas.” (HR. Al Hakim dan dinyatakan shahih).

Kandungan bab ini:

    1. Keterangan tentang kewajiban beriman kepada qadar.

    2. Keterangan tentang cara beriman kepada qadar.

    3. Amal Ibadah seseorang sia-sia, jika tidak beriman kepada qadar.

    4. Disebutkan bahwa seseorang tidak akan merasakan iman sebelum ia beriman kepada qadar.

    5. Penjelasan bahwa makhluk pertama yang diciptakan Allah yaitu Qalam.

    6. Diberitahukan dalam hadits bahwa –dengan perintah dari Allah-menulis ketentuan-ketentuan sampai hari kiamat.

    7. Rasulullah saw menyatakan bahwa dirinya lepas dari orang yang tidak beriman kepada qadar.

    8. Tradisi para ulama salaf dalam menghilangkan keraguan, yaitu dengan bertanya kepada ulama.

    9. Dan para ulama salaf memberikan jawaban yang dapat menghilangkan keraguannya tersebut, dengan hanya menuturkan hadits dari Rasulullah saw.




CATATAN KAKI :

    [118]. Musnad di sini maksudnya adalah kitab koleksi hadits yang disusun oleh Imam Ahmad. Dan sunan maksudnya ialah kitab koleksi hadits yang disusun oleh Abu dawud dan Ibnu majah.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam