26. Anak adalah Asas Sebuah Bangunan
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Dalam salah satu pesannya, Imam Hasan Al-Banna mengatakan, "Seandainya
dapat, saya ingin sekali menyampaikan dakwah ini kepada setiap anak yang
dilahirkan." Mendidik anak dengan manhaj islami merupakan fondasi
berdirinya sebuah masyarakat yang islami, karena mendidik anak dengan
manhaj yang islami berarti mempersiapkan generasi yang siap mengemban
risalah dakwah dan menegakkan bendera Islam.
Anak merupakan batu pertama bagi pembentukan sebuah masyarakat islami,
yang ia terlahir dalam keadaan fitrah. Seorang anak bagaikan lembaran
kertas putih yang masih bersih. Oleh karena itu, kita harus bersegera
menuliskan ketaqwaan dan akhlak islami pada kertas itu sebelum didahului
dan ditulisi dengan tulisan yang menyesatkan oleh orang lam. Seorang
anak akan tetap terpikat kepada orang yang memperlakukannya sesuai
dengan tabiatnya sebagai anak. Ia akan merasa bahawa ia berada dalam
naungan kasih sayang orang tuanya sendiri.
Diceritakan bahawa jika Rasulullah bertemu dengan anak kecil, beliau
berhenti dan menunduk seraya menyapanya dengan lembut serta mengusap
kepalanya dengan penuh kasih sayang. Perhatian ini diberikan oleh
Rasulullah kerana beliau mengetahui bahawa seorang anak sangat
memerlukan perlakuan semacam ini, sebagaimana tetesan embun yang
menyibak taman bunga, sehingga bunga-bunga itu merasakan kesegaran dan "kebahagiaan",
serta merekah dengan secercah keindahan. Bertolak dari sinilah, kaum
misionaris sangat memperhatikan anak-anak. Kita masih ingat akan apa
yang dilakukan oleh Soviet; mereka mengambil anak-anak mujahidin yang
menjadi syuhada dan mendidik mereka dengan kekafiran.
Fenomena inilah yang kemudian melatarbelakangi berdirinya Islamic Centre
di Brussel, Belgia. Ketika itu ada sekelompok mahasiswa muslim yang
melihat pemandangan yang amat menghiris hati mereka, yakni pemandangan
yang terjadi di sebuah stasiun kereta api di kota Brussel. Pada saat itu
mereka melihat gerbong kereta api yang dipenuhi oleh anak-anak,
sementara di pinggir rel kereta api berdiri beberapa pastur, biarawati,
dan keluarga-keluarga berwarga negara Belgia melambaikan tangan melepas
kepergian anak-anak tersebut. Setelah permasalahannya jelas, barulah
pemuda-pemuda itu mengetahui bahawa anak-anak tersebut adalah dari
keluarga Arab muslim yang tinggal di wilayah muslim di daerah Perancis
bahagian utara, yang kebanyakan adalah para buruh.
Dengan alasan bahawa anak-anak tersebut terlantar, maka gereja
menawarkan kesediaannya untuk menerima mereka di hari-hari libur dan
memberi mereka apa yang diperlukan. Yang lebih menyedihkan, anak-anak
tadi melambaikan tangan dengan air mata berderai. Ini bererti bahawa
anak-anak tersebut sudah merasa berat untuk berpisah dari para gerejawan
gerejawati itu. (Majalah
Al-Ummah,
no. 16 tahun keempat)
Pemandangan ini dapat kita saksikan di setiap jengkal bumi Islam,
khususnya di Afrika. Belum lama ini kita menyaksikan ratusan anak
Palestina yang orang tuanya menjadi syuhada pada pembantaian Shabra dan
Shatila diangkut ke tempat-tempat penampungan dan gereja-gereja Eropah,
dan tak seorang pemimpin negara Islam pun yang berusaha menyelamatkan
mereka.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan