36. Bidang Garap Seorang Da'i
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Menurut pandangan saya bidang garap seorang da'i berbeda dengan seorang
penceramah. Seorang penceramah, bertugas menunjukkan manusia ke arah
keimanan kepada dasar-dasar agama dan aqidahnya, komitmen terhadap etika
Islam dan mengamalkan hukum-hukumNya, serta menjelaskan makna ayat
maupun hadith. Sementara seorang da'i bertugas menuntun kaum muslimin
mencapai tujuan Islam dan risalahnya yang mendunia guna menyelamatkan
umat manusia dan membebaskannya dan penghambaan kepada selain Allah. Dia
membangkitkan umat Islam untuk merealisasikan tujuan-tujuan Islam yang
tinggi, seperti tauhid, persatuan, keadilan, kebebasan, dan saling
memberi jaminan (solidaritas). Dia juga memberi pendidikan islami kepada
kaum muslimin tentang akhlak, perilaku, dan muamalah, sehingga menjadi
pribadi dan masyarakat islami. Aktiviti ceramah lebih sempit ruang
lingkupnya daripada dakwah kerana seorang penceramah hanya berhadapan
dengan publik. Sementara seorang da'i tugasnya menyaring pribadi dari
sekelompok orang. Mereka dipilih untuk diberi pemahaman yang shahih,
keimanan yang dalam, aktiviti yang produktif, dan praktek lapangan di
jalan dakwah dengan cara hikmah,
mauizhah hasanah
(pelajaran yang baik), serta penuh kesabaran.
Medan juang seorang da'i lebih luas daripada medan juang seorang
penceramah. Seorang penceramah, setelah menyampaikan ceramahnya akan
lantas pergi meninggalkan medan dakwah. Sedangkan da'i, ia bagaikan
seorang guru sekolah yang menyampaikan pelajaran kepada murid-muridnya,—masih
ada tugas yang harus dikerjakan di medan dakwahnya—dan ia harus menguji
muridnya itu. Ujian ini sebagai ajang penilaian bagi guru di akhir tahun,
sekaligus untuk meningkatkan kualitinya.
Dengan begitu, dia akan benar-benar serius untuk mencapai hasil yang
baik. Dia bermteraksi dengan orang lain, selalu bersama mereka di kala
suka maupun duka. Membantu yang fakir, menolong yang sakit, dan
menerapkan konsekuensi dakwah atas dirinya, sehingga menjadi
qudwah
dalam penampilan, perilaku, dan akh-laknya. Da'I seperti itulah yang
dicintai dan dirindukan, bahkan mereka akan mendukung dan menjadikannya
sebagai konsultan dalam segala problematika. Da'i yang memahami mismya
dalam mengatasi per-soalan masyarakat, tentulah akan menjauhi ungkapan,
khotbah, dan ceramah yang melukai hati orang, lembaga, atau masyarakat.
la tidak mau menghina tradisi jahiliah yang disukai masyarakat. Da'i
yang bijaksana adalah da'i yang memahami tradisi, budaya, dan kondisi
masyarakat sekitarnya. Bila seorang da'i tinggal di suatu negeri maka
yang pertama harus disadari adalah tugasnya sebagai penyatu hati manusia.
Dia tidak boleh memunculkan ungkapan yang menyakitkan, mengganjal di
hati, dan membuka pintu bagi merasuknya setan yang berujud manusia.
Pada dasarnya penceramah itu juga seorang da'i. Ka-rena sesungguhnya
seorang da'i maupun penceramah mempunyai tujuan yang sama yaitu agar
umat berkhid-mah pada Islam. Suatu kali, Imam Hasan Al-Banna pernah
ditanya pada "Pertemuan Selasa" di Kairo, "Apa bedanya antara Jamaah
Ansharus Sunnah dan Jamaah Al-Ikhwan Al- Muslimun?" Dengan tanggap
beliau segera menjawab pertanyaan ini, bahawa Ansharus Sunnah adalah
madrasah
ibtidaiyah
(sekolah persiapan) sedangkan jamaah Al- Ikhwan sebagai sekolah dasarnya.
Jawaban ini memberi kesan yang baik di hati temanteman Ansharus Sunnah.
Apalagi sebahagian besar yang menghadiri "Pertemuan Selasa" ini penduduk
Mesir yang berasal dari berbagai kalangan dan kelompok, bahkan dari
berbagai kabilah Qibthi.
Sebagaimana Hasan Al-Banna, di markas umum Ikhwanul Muslimin sering
diadakan shalat Tarawih dengan imamnya salah seorang fuqaha Jam'iyah
Syar'iyah Al- Islamiah. Sesungguhnya misi Ikhwanul Muslimin adalah
membangun dan memperkokoh, bukan merobohkan dan melukai (menyakiti hati).
Hanya tujuan mulialah yang dapat menyatukan umat ini, hingga hati dan
jiwa mereka menyatu dan perasaan mereka berkobar kerana kuatnya
keinginan, cinta, dan motivasi.
Allah berfirman,
"Tolaklah (kejahatan itu)
dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia."(Fushilat:
34)
Dengan seluruh kekuatan ruhiyah yang tinggi milah, seseorang tidak akan
mampu menolak pendekatan dan keramahan. Maka tidak heran bila binatang
buas dapat bersahabat dengan manusia, bahkan kadang-kadang mereka hidup
bersama manusia, seperti yang kita saksikan di film-film, banyak singa
dan hanmau yang jmak. Bahkan ular-ular pun dapat berjoget nengikuti
irama seruling sang pawang yang duduk bersamanya di jalan-jalan dan di
depan penginapan. Manusia telah dikarunia banyak kekuatan oleh Allah,
dan karunia yang terbesar adalah kemampuannya membangkitkan rasa cinta
dan kasih sayang.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan