1. Hak-hak Istri Terhadap Suami
📚 Terjemahan Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujaini (Kitab Rumah Tangga)
📚 Hak-hak Istri Terhadap Suami
Allah S.W.T berfiman sebagaimana tersebut dalam Surat An-Nisaa:19 :
“ Dan pergauilah mereka
(istri-istrimu) dengan baik “ Yang dimaksud adalah pergaulan secara adil.
Baik dalam pembagian giliran (kalau kebetulan polygami), pemberian
belanja dan berperangai baik dalam ucapan dan tindakan.
Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 228 diterangkan : “Dan para
wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami mempunyai suatu tingkatan
kelebihan daripada istrinya. ”
Diriwayatkan dari nabi S.A.W bahwa, saat beliau menunaikan haji wada'
belau bersabda : Setelah beliau memuji Allah S.W.T dan menyanjungNya serta memberi petuah pada kaum muslimin yang hadir, Beliau
melanjutkan sabdanya: “Ingatlah, berikanlah wasiat kepada para wanita
secara baik, karena mereka hanyalah sebagai tawanan dihadapanmu.
Sesungguhnya kalian tidak memiliki apapun dari mereka kecuali
kebaikan. kecuali jika mereka itu (wanita) datang dengan membawa
perbuatan buruk yang jelas. Kalau wanita melakukan perbuatan tercela,
maka berpisahlah sebatas tempat tidur dan pukullah dengan pukulan
yang tidak membahayakan. Kalau istrimu mentaati maka kamu jangan
mencari alasan lain untuk mengusiknya. Ingatlah sesungguhnya kamu
mempunyai hak atas istri dirimu. Diantara hak kalian atas istri-istrimu
adalah melarang istrimu menggelar tikarmu terhadap orang yang tidak
kamu sukai dan tidak mengijinkan istri-istrimu memasukkan orang yang
tidak kamu sukai. Ingatlah, bahwa diantara hak-hak istrimu adalah
memberi pakaian yang baik kepadanya dan demikian pula dalam hal
makanannya. ”
Rasulullah S.A.W bersabda, Artinya: “ Hak istri atas suami adalah
memberi makan kepadanya jika ia (suami) makan, memberi pakaian
kepadanya apabila ia (suami) berpakaian, dan jangan menampar wajah,
jangan menjelek-jelekkan dan jangan membiarkan (memisahkannya)
kecuali dalam hal tempat tidur. (riwayat Thamrani dari Muawiyah bin
Haidah).
Rasulullah S.A.W bersabda: “Siapapun orang laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan
maskawin yang hanya sedikit atau banyak, tetapi drinya berniat untuk
tidak memenuhi hak-hak istri (yakni bermaksud menipunya) lalu lelaki itu
mati hingga belum pernah memenuhi hak-hak istrinya, maka dihari
kiamat kelak ia akan menghadap Allah S.W.T dengan menyandang
predikat sebagai pezina.”
Rasulullah S.A.W bersabda : ”Sesunguhnya diantara kesempurnaan keimanan orang mukmin adalah
mereka yang lebih bersikap kasih sayang (berlaku lemah lembut)
terhadap istrinya. ” (riwayat Turmudzi dan Hakim dari Aisyah).
Rasulullah S.A.W bersabda: “ Sebaik-baik orang diantara kamu
adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya. Dan aku adalah
orang yang terbaik diantaramu terhadap keluarga (istri-istri)ku. ”
(Riwayat Ibnu Hibban).
Dalam riwayat lainnya dikatakan : “ Sebaik-baik orang diantara
kamu adalah mereka yang paling bagus terhadap istri-istrinya, dan aku
adalah orang yang lebih bagus diantaramu terhadap istri-istriku. ”
Rasulullah S.A.W bersabda : “ Barang siapa bersabar atas
keburukan kelakuan istrinya maka Allah S.W.T akan memberi pahala
kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan Allah S.W.T kepada Nabi
Ayyub AS atas cobaan yang diterimanya. Dan barang siapa bersabar atas
keburukan kelakuan suaminya maka Allah S.W.T memberi pahala
kepadanya seperti pahala yang pernah diberikan kepada Asiyah istri
Fir'aun. ”
📚 Kisah Istri Nabi Ayyub As
Perlu diketahui bahwa cobaan yang diberikan Allah S.W.T kepada Nabi
Ayyub AS adalah terdiri dari empat macam cobaan. Meliputi cobaan atas kebangkrutan (pailit) kekayaannya, kematian semua anak-anaknya,
kerusakan pada tubuhnya dan diasingkan oleh masyarakat kecuali hanya
istrinya saja yang setia menemani. Kehancuran harta kekayaan Nabi
Ayyub AS terdiri dari unta, sapi, kambing, gajah, khimar (keledai).
Kekayaan lain milik Beliau adalah 500 hektar tanah persawahan,
semuanya digarap oleh 500 orang, pada setiap orang mempunyai anak
istri. Pengikut Beliau terdiri dari 3 golongan semua telah beriman dan
masih berusia muda.
Iblis yang diberikan kekuasaan oleh Allah S.W.T dapat turun naik dari
bumi ke langit sewaktu dikehendaki, mempunyai maksud naik ke langit.
Tiba-tiba Iblis mendengar para malaikat membaca Sholawat atas Nabi
Ayyub AS. Saat itu juga timbullah rasa Hasud di dalam hatinya. Ia
berkata memohon kepada Allah S.W.T : “ Wahai tuhan, sekarang ini
aku memang telah menyaksikan sendiri hamba-mu ayyub sangat
rajin bersyukur seraya memuji kepada-mu. tetapi kalau engkau
memberi cobaan kepadaku tentu dia tidak akan bersyukur dan
tidak pula mentaatinya.
Allah S.W.T berfirman kepada Iblis : “baik, silakan kamu merangkap.
sekarang aku beri kekuasaan kepadamu untuk mencoba ayyub
as melalui harta kekayaannya. ” Iblis berangkat. Ia mengumpulkan
semua anak buah terdiri dari syaitan dan jin ia katakan kepada mereka: “
sekarang aku telah diberi wewenang untuk mencoba ayyub as
melalui hartanya. ”
Lebih lanjut iblis berkata lagi : “ ifrit, sekarang kau kuberi tugas
membakar tempat penggembalaan unta-unta milik ayyub as dan
sekaligus membunuh semua unta-unta itu. laksanakan !”
Iblis
datang menjumpai Ayyub AS, saat mana ketika itu Beliau sedang
melaksanakan sholat. Iblis berkata kepadanya: “ tempat
penggembalaan unta-untamu terbakar, dan seluruh unta
milikmu ikut terbakar pula. ” Apa kata Nabi Ayyub AS: “
alkhamdulillah. allah s.w.t sendiri yang memberikan
kekayaan itu kepadaku dan hanya dia saja yang berhak
mengambil kembali. ”
Iblis tidak berhenti sampai disitu. Ia meningkat lagi pada kekayaan yang
lain. Ia hancurkan semua kambing milik Nabi Ayyub As, berikut tempat
penggembalaannya. Ia datang ke Nabi Ayyub As seraya memberitahukan
peristiwa itu. “Angin panas telah menghancurkan kebunnya,
tidak ada yamg tersisa sedikitpun, ” kata iblis sehabis merusak
semua kebun milik Nabi Ayyub AS. Apa kata Nabi Ayyub As. “
Alkhamdulillah..” kemudian Beliau memuji Allah S.W.T dan
menyanjung-Nya. ”
Usaha iblis belum berhenti sampai disitu. Ia kembali menghadap Allah
S.W.T seraya memohon agar diberi kekuasaan untuk mencoba Nabi
Ayyub AS melalui anak-anaknya. Allah berkata:”Silakan, pergilah. Aku
memberi kekuasaan penuh kepadamu untuk mencoba Ayyub melalui
anak-anaknya. ” Iblis berangkat. Yang dituju adalah gedung tempat anak-anak Nabi Ayyub As berlindung di bawahnya. Gedung itu diguncang
lalu hancur menindih habis anak-anak Nabi Ayyub As, semuanya mati.
Iblis lalu memberi Nabi Ayyub As tentang bencana yang menimpa anak-
anaknya.
Apa reaksi Beliau?. Nabi Ayyub AS malah beristighfar memohon ampun
kepada Allah S.W.T.
Usaha iblis tetap tidak menghasilkan apapun untuk merubah ketaatan
Nabi Ayyub As. Beliau tetap taat kepada Allah S.W.T dan bersyukur
kepada-Nya. Iblis kembali menghadap Allah S.W.T seraya memohon agar
diberi kekuasaan untuk mengujinya. Allah berkata kepadanya: “
silakan. aku beri kekuasaan kepadamu untuk menguji melalui
tubuh lisan dan akalnya. tetapi bukan hatinya. ”
Iblis segera berangkat untuk menggoda Nabi Ayyub As. Sampai ketempat
yang dituju ternyata Beliau sedang bersujud. Iblis datang dari arah
kepala Beliau, lalu meniup kedua lubang hidungnya dengan sekali tiup.
Seketika itu badan Nabi Ayyub As serasa gatal-gatal. Makin lama terasa
semakin gatal. Nabi Ayyub As menggaruk-garuk bagian-bagian tubuh
yang gatal dengan ujung-ujung jemarinya. Tetapi belum juga hilang
gatal-gatal itu.
Nabi Ayyub As mencoba menggaruk-garuknya dengan kain kasar. Belum
juga hilang gatal-gatal itu. Lalu menggunakan kerewang (pecahan
genting) dan batu. Beliau tidak henti-hentinya menggaruk badannya
hingga melepuh, sehingga bernanah dan berbau busuk. Masyarakat
sekitarnya menganggap berbahaya terhadap penyakit yang sedang
dialami Nabi Ayyub As. Mereka sepakat mengasingkan Beliau ke luar
daerah. Beliau terusir ke tempat yang kotor. Mereka membuatkan untuk
Beliau sebuah gubuk yang hanya ditemani istrinya yang bernama
Rahmah.
Meskipun demikian istri beliau, Rahmah, selalu setia melayaninya. Ia
berbuat baik sekali kepadanya. Ia perlakukan suaminya penuh kasih
sayang. Kebutuhan-kebutuhan makan dan minumnya selalu
diperhatikan. Kaum Nabi Ayyub As yang mendeportasi dirinya terdiri dari
tiga golongan. Namun begitu semuanya masih tetap dalam keimanan
semula. Mereka tidak meninggalkan agamanya.
📚 Kisah - Istri Sayidina Umar Bin Khottob
Dalam kisah lain diriwayatkan bahwa, ada seseorang bermaksud
menghadap Umar Bin Khattab hendak mengadukan perihal perangai
buruk istrinya. Sampai ke rumah yang dituju orang itu menanti Umar Ra
di depan pintu. Saat itu ia mendengar istri Umar mengomeli dirinya,
sementara Umar sendiri hanya berdiam diri saja tanpa bereaksi. Orang
itu bermaksud balik kembali sambil melangkahkan kaki seraya
bergumam:”kalau keadaan amirul mukminin saja begitu,
bagaimana halnya dengan diriku. ”
Bersamaan itu Umar keluar, ketika melihat orang itu hendak kembali.
Umar memanggilnya, katanya : ”ada keperluan penting ?”. Ia
menjawab : ” amirul mukminin, kedatanganku ini sebenarnya
hendak mengadukan perihal istriku lantaran suka
memarahiku. tetapi begitu aku mendengar istrimu sendiri berbuat serupa, maka aku bermaksud kembali. dalam hati aku
berkata:kalau kedaan amirul mukminin saja diperlakukan
istrinya seperti itu, bagaimana halnya dengan diriku. ”
Umar berkata kepadanya:”saudara, sesungguhnya aku rela
menanggung perlakuan seperti itu dari istriku karena adanya
beberapa hak yang ada padanya. istriku bertindak sebagai
juru masak makananku. ia selalu membuatkan roti untukku. ia
selalu mencucikan pakaian-pakaianku. ia menyusui anak-
anakku, padahal semua itu bukan kewajibannya. aku cukup
tentram tidak melakukan perkara haram lantaran pelayanan
istriku. karena itu aku menerimanya sekalipun dimarahi. ”
Kata orang itu : ”amirul mukminin, demikian pulakah terhadap
istriku?”. Jawab Umar : ”ya, terimalah marahnya. karena yang
dilakukan istrimu tidak akan lama, hanya sebentar saja. ”
📚 Kisah - Asiyah, Istri Fir’aun
Tentang kisah Asiyah lengkapnya begini; ketika Nabi Musa As
mengalahkan para tukang sihir Fir'aun, keimanan Asiyah semakin
mantap. Keimananya kepada Allah itu sendiri itu sebenarnya sudah lama
tertanam didalam hatinya, dan ia tidak menyatakan Fir'aun (suaminya)
sebagai Tuhan. Begitu Fir'aun semakin jelas mengetahui keimanan
istrinya, maka ia menjatuhkan hukuman kepadanya.
Kedua tangan dan kakinya diikat. Asiyah ditelentangkan diatas tanah
yang panas, wajahnya dihadapkan kesinar matahari. Manakala para
penyiksanya kembali, malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan
itu tidak terasa. Belum cukup siksaan itu dilakukan Fir'aun, ia kembali
memerintahkan algojonya supaya menjatuhkan sebongkah batu besar
kedada Asiyah.
Manakala Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya,
beliau berdoa kepada Allah S.W.T:”robbi ibnilii „indaka baitan fil
jannah. ” Artinya :” Wahai Allah S.W.T, Tuhanku, bangunkanlah
untukku disisi-Mu sebuah gedung di Syurga, (Q. S. At Tahrim, ayat 11).
Segera Allah memperlihatkan sebuah bangunan gedung di syurga yang
terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu
ruhnya keluar menyusul kemudian barulah sebongkah batu besar itu
dijatuhkan pada tubuhnya sehingga beliau tidak merasakan sakit, karena
jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.
Syeikh habib Abdullah Al Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna
adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak
mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang
kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.
📚 Kisah Seorang Suami Yang Bersabar
Ada seorang salih, ia mempunyai saudara (kawan) yang salih pula.
Setiap tahun ia berkunjung kepadanya. Suatu hari ia mengunjunginya
lagi, sampai ke rumah yang dituju pintunya masih tertutup. Ia ketuk
pintu rumah itu. Dari dalam terdengar suara wanita:
“siapa itu?” Orang
yang salih menjawab: “aku, saudara suamimu. aku datang untuk mengunjunginya, hanya karena allah semata. ”
“dia sedang
keluar mencari kayu bakar, balas istri sahabatnya. mudah-mudahan ia tidak kembali. ”
Lanjutnya sambil terus bergumam memaki-maki suaminya. Ketika
mereka sedang terlibat perbincangan, tiba-tiba orang yang salih itu
datang sambil menuntun seekor harimau yang sedang membawa seikat
kayu bakar. Begitu melihat saudaranya datang mengunjunginya, ia
menghambur kepadanya seraya bersalam. Kayu bakar itu lalu diturunkan
dari punggung harimau tersebut. Katanya kemudian:
“sekarang
pergilah kamu, mudah-mudahan allah memberkahimu. ”
Orang yang salih itu (yakni yang empunya rumah) lalu mempersilakan
saudaranya masuk. Sementara isterinya masih bergunam memaki-maki
dirinya. Namun sebegitu jauh ia hanya berdiam, tanpa menunjukkan
reaksi kebencian. Setelah terlibat perbincangan beberapa saat lamanya,
hidangan keluar disuguhkan. Dilanjutkan berbincang-bincang hingga
beberapa saat.Setelah itu saudaranya berpamitan dengan menyimpan
kekaguman yang sangat berkesan. Ia sangat kagum sebab saudaranya
sanggup menekan kesabarannya menghadap isteri yang begitu cerewet
dan berlidah panjang. Tahun berikutnya ia berkunjung lagi. Sampai di
depan pintu ia mencoba mengetuknya. Isterinya keluar dan menyapa:
“tuan siapa?” “aku adalah saudara suamimu, balasnya.
kedatanganku ini semata untuk mengunjunginya. ”
“oh, selamat datang, tuan, ” kata isteri saudaranya seraya
mempersilahkan masuk penuh keramahan. Tidak begitu lama saudara
salih yang ditunggunya tiba juga sambil memanggul seikat kayu bakar.
Mereka segera terlibat perbincangan sambil menikmati hidangan yang
disuguhkan. Setelah semuanya dirasa cukup, dan ketika ia hendak
kembali, ia sempatkan bertanya tentang beberapa hal. Bagaimana
dahulu ia dapat menundukkan seekor harimau dan mau diperintah
membawakan kayu bakar. Sedang sekarang ini ia hanya datang sendirian
sambil memanggul kayu bakar.
“kenapa bisa begitu?” tanya saudaranya.
Saudaranya
menjawab:”ketahuilah saudaraku, isteriku yang dahulu
berlidah panjang itu sudah meninggal. sedapat mungkin aku
berusaha bersabar atas perangai buruknya. sehingga allah
memberi kemudahan diriku untuk menundukkan seekor
harimau, sebagaimana pernah kau lihat sendiri sambil
membawa kayu bakar itu. semuanya terjadi lantaran
kesabaranku padanya. lalu aku menikah lagi dengan
perempuan yang shalihah ini. aku sangat gembira
mendapatkannya. maka harimau itupun dijadikan jauh dariku,
karena itu aku memanggul sendiri kayu bakar itu, lantaran
kegembiraanku terhadap isteriku yang shaliihah ini. ”
PERHATIAN
Seorang suami diperbolehkan memukul isterinya jika tidak
mengindahkan perintahnya berhias, padahal ia menghendaki. Atau
lantaran menolak diajak tidur bersama. Diperbolehkan pula seorang suami memukul isterinya lantaran keluar rumah tanpa memperoleh
izinnya. Atau karena isterinya itu memukul anak kecil yang sedang rewel.
Atau karena mencaci maki orang lain, atau karena menyobek pakaian
suaminya, menjambak jenggotnya, atau berkata kepada suaminya: “HAI
KAMBING, HAI KELEDAI HAI ORANG TOLOL, DLL. ” sekalipun
pencaciannya itu didahului oleh sikap suami yang telah mencacinya.
Demikian pula seorang suami diperbolehkan memukul isterinya lantaran
isterinya sengaja memamerkan wajahnya kepada lelaki lain. Atau karena
asyik berbincang-bincang dengan lelaki lain. Atau sekalipun ia ikut
mendengarkan pembicaraan suaminya bersama lelaki lain, dengan
maksud dapat mencuri pendengaran dari suara lelaki itu. Atau karena
memberikan sesuatu dari rumah suaminya berupa barang yang tidak
biasanya diberikan kepada orang lain. Atau karena menolak menjalin
kekeluargaan dengan saudara suaminya.
Begitu pula suami dibenarkan memukul isterinya karena meninggalkan
shalat, setelah terlebih dulu diperintah tetapi menolak mengerjakannya.
Pendapat inilah yang lebih kuat.
📚 Wasiat Dan Pengajaran Suami
Ketahuilah bahwa, setiap suami hendaknya pandai-pandai memberi
pengajaran atau wasiat-wasiat kebajikan kepada isterinya. Rasulullah
S.A.W mengingatkan :
“Mudah-mudahan Allah
merahmati seorang suami yang mengingatkan isterinya, „hai istriku,
jagalah shalatmu, puasamu, zakatmu. kasihanilah orang-
orang miskin di antaramu, para tetanggamu. mudah-mudahan
allah mengumpulkan kamu bersama mereka di surga. ”
Hendaknya seorang suami selalu memperhatikan nafkahnya sesuai
dengan kesanggupannya. Hendaknya suami selalu bersabar jika
menerima cercaan isterinya, atau perlakuan-perlakuan tidak baik lainnya.
Hendaknya suami mengasihani isterinya, yaitu dengan bentuk memberi
pendidikan secara baik, kendati ia seorang terpelajar. Sebab kaum
wanita bagaimanapun diciptakan dalam keadaan serba kurang akal dan
tipis beragama (kecuali hanya sedikit saja yang mempunyai akal panjang
dan beragama kuat). Tersebut dalam hadits: “Kalaulah bukan karena Allah membuatkan
penutup rasa malu bagi kaum wanita, niscaya harganya tidak dapat
menyamai segenggam debu. (alhadits).
Hendaknya seorang suami selalu menuntun isterinya pada jalan-jalan
yang baik. Memberi pendidikan kepadanya berupa pengetahuan agama
(Islam), meliputi hukum-hukum bersuci (Thaharah) dari hadats besar.
Misalnya tentang haid dan nifas. Seorang isteri harus diberi pengetahuan
tentang persoalan yang sangat penting itu. Sebab bagaimanapun
masalah itu berhubungan erat dengan waktu-waktu shalat.
Demikian pula memberikan pengajaran terhadap masalah ibadah.
Meliputi ibadan fardhu (wajib) dan sunnahnya. Pengetahuan tentang
shalat, zakat, puasa dan haji.
Jika seorang suami telah memberi pendidikan tentang persoalan pokok
tersebut, maka isteri tidak dibenarkan keluar rumah untuk bertanya
kepada ulama. Tetapi kalau pengetahuan yang dimiliki suami tidak
memadai, sebagai gantinya maka ia sendiri yang harus siap untuk selalu
bertanya kepada ulama (orang yang mengerti ilmu agama). Artinya,
isteri tetap tidak diperkenankan keluar rumah. Namun, kalau suami tidak
mempunyai untuk bertanya, maka isteri dibenarkan keluar rumah untuk
bertanya tentang persoalan agama yang dibutuhkan. Hal itu malah
menjadi kewajibannya, dan bahkan kalau suaminya melarang keluar
berarti telah melakukan kamaksiatan (dosa). Tetapi isteri harus meminta
izinnya lebih dulu jika sewaktu-waktu hendak belajar mengenai ilmu-ilmu
tersebut. Isteri harus memperoleh keridhaan suaminya.
📚 Keharusan Memelihara Diri Dan Keluarga
Tersebut dalam firman Allah Surat Al Tahrim ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu keluargamu dari api
neraka.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Abas Ra mengatakan,
”Berikanlah pengertian kepada mereka dan didiklah mereka “ yakni
tentang syariah Islam dan akhlak-akhlak yg baik.
Tersebut dalam riwayat
dijelaskan : “Sesungguhnya di antara manusia yang
paling keras menerima siksaan kelak di hari kiamat adalah orang yang
memperbodoh keluarganya, (yang sengaja membentuk keluarganya
menjadi bodoh). (al-hadits)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Ra dari Nabi S.A.W, bahwa beliau
bersabda yang artinya : “Setiap kamu sekalian adalah penggembala dan
kelak akan ditanya tentang penggembalaannya. Imam adalah
penggembala dan kelak dimintai tanggung jawab atas penggembalaan
(kepemimpinan)nya. Suami adalah pemimpin keluarganya dan kelak
dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinan (rumah
tangganya). Isteri adalah pengatur di rumah suaminya, kelak akan
diminta pertanggungjawaban tentang pengaturannya (di rumah
suaminya). Pembantu adalah pelaksana dalam menjalankan
pertanggungjawaban tentang pelaksanaannya. Anak lelaki adalah
penjaga harta kekayaan orangtuanya dan kelak akan diminta
pertanggungjawaban tentang penjagaannya. Jadi kalian semua adalah
penggembala dan kelak kalian akan diminta pertanggungjawaban atas
penggembalaannya. (riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Rasulullah S.A.W bersabda yang artinya:”Takutlah kepada Allah, takutlah
kepada Allah dalam urusan wanita, karena mereka adalah merupakan
amanat bagimu. Barangsiapa tidak menyuruh isterinya menunaikan shalat dan tidak mengajarinya, berarti telah berkhianat kepada Allah dan
Rasul-Nya. (al-hadits).
Di antara akhir kata-kata yang dipesankan oleh Rasulullah S.A.W yang
diulang tiga kali hingga lisannya terasa sulit berkata dan sangat berat,
adalah: “Peliharalah shalat, peliharalah shalat (mu) dan apa saja yang
ada pada kekuasaanmu. Janganlah kamu membebani mereka dengan
perkara yang mereka tidak mampu menanggungnya. Takutlah kepada
Allah, takutlah kepada Allah dalam urusan isteri-isterimu, sesungguhnya
mereka adalah tawanan yang ada dalam kekuasaanmu. Kamu mengambil
mereka dengan amanat Allah, dan kamu mengambil kehalalan farji
mereka dengan firman-firman Allah. (al-hadits).
Firman Allah dalam surat Thaaha ayat 132 : “dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat. Diriwayatkan dari Nabi S.A.W bahwa beliau bersabda,
yang artinya: “tidak ada dosa yang lebih besar yang kelak di hari kiamat
dibawa seseorang menghadap kepada Allah, daripada orang yang
membuat keluarganya menjadi bodoh. ”
Rasulullah S.A.W bersabda, yang artinya: “Pertama kali perkara yang
dipertanggung jawabkan kepada seseorang di hari kiamat adalah
keluarganya (yakni isteri) dan anak-anaknya. Mereka berkata, wahai
Tuhan kami, ambillah hak-hak kami (tanggung jawab) kami dari orang
ini, karena sesungguhnya dia tidak mengajarkan kepada kami tentang
urusan agama kami. Ia memberi makan kepada kami berupa makanan
dari hasil yang haram, dan kami tidak mengetahui. Maka orang itu
dihantam (disiksa) lantaran mencari barang yang haram, sehingga
terkelupas dagingnya, kemudian dibawa ke neraka. (alhadits).
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan