33. Bukanlah Engkau yang Menunjuki Mereka
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Kesan pertama yang ditinggalkan seorang da'i di hati
mad'u
(objek dakwah)nya adalah harapan akan masa depan. Kelapangan dada dan
terbukanya hati
mad'u
sangat tergantung pada besarnya pengaruh pertemuan pertama antara sang
da'i dengan
mad'unya.
Oleh kerana itu, seorang da'i harus terwarnai oleh ruh dakwah, baik
secara kejiwaan mahupun perilaku.
Seorang da'i harus benar-benar berorientasi kepada Allah dalam setiap
langkahnya, agar dibukakan oleh Allah hatinya dan hati orang yang
menjadi sasaran dakwahnya. Bila tujuannya tidak tercapai dan tidak mampu
menembus hati manusia lewat cara ini kerana setiap orang punya kondisi
berbeda yang tidak diketahui ke-cuali oleh Allah maka ia harus ingat
firman Allah swt.
"Bukanlah kewajibanmu
menjadikan mereka menda-patpetunjuk, akan tetapi Allahlah yang
memberipetunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya."
(Al- Baqarah: 272)
Dalam hal ini saya jadi teringat sebuah kisah yang pernah saya alami.
Saya memiliki seorang sahabat yang sangat saya cintai, namun suatu saat
muncul pemikiran yang berbahaya dari dirinya. Saya berusaha mengingatkan
dengan memberi beberapa buku literatur, dengan harapan Allah berkenan
membuka hatinya hmgga memiliki satu pandangan dan tetap saling mencintai.
Tetapi upaya ini tidak berhasil. Ketika saya sedih atas kejadian ini,
saya terhibur ketika mencuba menghayati firman Allah,
"Sesungguhnya engkau tidak
akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu cintai, akan tetapi
Allah-lab yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki- Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk."
(Al-Qashash: 56)
Saya lama-lama merenungkan kata
"man ahbabtd"
(orang yang kamu cintai), hingga akhirnya menyadarkan saya bahawa cinta
yang dalam bukan penyebab datangnya hidayah, akan tetapi Allah lah yang
memberi hidayah kepada siapa yang dikehendakiNya.
Seorang da'i yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan seperti yang
saya sebut di atas, saya kira tidak akan kembali lagi kepada orang yang
sama. Akan tetapi, ia akan mempelajarinya untuk beberapa waktu. Dia akan
mengevaluasi kembali hal tersebut bersama teman yang lain, setelah
membekali diri dengan berbagai pengetahuan tentang karakter, situasi,
dan lingkungan. Boleh jadi, sebahagian waktu lebih menguntungkan dari
sebahagian waktu yang lain; atau sebahagian kondisi lebih menguntungkan
daripada sebahagian kondisi yang lain. Banyak orang yang memiliki
kondisi pribadi tertentu yang membuatnya tidak mudah terbuka, tetapi
setelah beberapa waktu berselang, kondisinya berubah dan Allah
memudahkan urusan serta membukakan hatinya.
Maka, kita sebagai seorang da'i tidak boleh bersikap tergesa-gesa ketika
hendak memutuskan hubungan dengan seseorang, apalagi terhadap seorang
mad'u.
Kita wajib memahaminya sehingga tidak terjebak pada sikap putus asa dan
mudah memutuskan hubungan.
Satu hal lagi yang ingin saya ingatkan kepada para da'i adalah "penampilan
seorang da'i harus berseri-seri dan ceria dalam segala situasi dan
kondisi". Maka seorang da'i tidak boleh bermuka masam dan cemberut
sewaktu menghadapi seseorang, tetapi berwajah ceria ketika menghadapi
yang lain. Bahkan seharusnya ia selalu berlapang dada dan ceria.
"Carilah kebaikan di
saat wajah sedang ceria",
demikian kata pepatah. Sesungguh-nya dalam hati setiap orang tersimpan
potensi besar bagi dakwah, kerana hati seseorang secara fitrah senang
kepada semua yang menyambut dan melayaninya dengan baik. Allah berfirman,
"Dia (Muhammad)
bermuka masam dan berpaling. Kerana telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kalian barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi
manfaat kepadanya?"
('Abasa: 1-4)
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan