74. Dakwah kepada Allah adalah Rezeki
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Pada tahun 1937 saya menjadi siswa sebuah sekolah perindustrian bernama
Sekolah Muhammad Ali di Iskandaria. Suatu waktu, selesai shalat zhuhur
saya menyampaikan ceramah singkat (kultum) pada sekelompok teman. Hadir
dalam majelis itu seorang pelajar yang bernama Muhammad Shuhbi Hilal
rahimahullah,
Pelajar itu tinggal berdekatan dengan saya. Kami shalat bersama di
Masjid Hujjaj di Jalan Al-Firdaus. Meskipun demikian, ia tidak berusaha
mengenalku dan saya juga tidak secepatnya berusaha mengenalnya, meskipun
ingin sekali.
Pada saat pembukaan Cabang Ikhwanul Muslimin di Mahram Bik, saya melihat
Al-Akh Hamid Abdul Razaq, seorang aktivis dakwah pula, memasuki kantor
cabang bersama Al-Akh Muhammad Shuhbi Hilal. Saya sangat bergembira
sekaligus kaget dengan sesuatu yang sebenarnya saya impikan. Saya
sendiri terheran-heran, mengapa saya yang jadi temannya di sekolah,
shalat senantiasa bersama di masjid, juga tinggal berdekatan, tetapi
tidak dapat memperoleh pahala ini (yakni pahala membawanya ke dalam
aktivitas dakwah). "Sungguh jika Allah memberikan hidayah kepada
seseorang karena dakwahmu, hal itu lebih baik bagimu daripada unta merah."
Maka kukatakan pada diriku, "Memang, ternyata dakwah kepada Allah itu
rezeki!"
Bisa jadi, di sebuah pantai ada dua orang penangkap ikan berdiri
berdampingan. Namun yang satu mendapatkan rezeki dari Allah dan yang
lain pulang dengan tangan hampa. Allah lah yang menentukan semua ini
dengan kearifan-Nya.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan