Langkah 13. Perhatikan Pakaian Anak Anda
📚 Buku 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama
Pakaian penting dalam membentuk kepribadian anak.
Sudah seharusnya kita memperhatikannya agar sesuai
dengan standar syariat yang sudah jelas tanpa berlebih-lebihan maupun menyepelekannya. Karena itulah para
Salafussoleh begitu perhatian dalam hal ini dan tidak
melalaikannya.
Contoh Praktis Dan Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Pakaian Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
1. Imam Malik berkata: “Aku berkata kepada Ibuku: ‘Aku akan pergi untuk mencatat ilmu?”
“Kemari, pakailah pakaian penuntut ilmu!” Beliau pun memakaikanku pakaian musyammar dan memakaikan kopiah dengan serban di atasnya, kemudian berkata: ‘Sekarang pergilah!’ Dan berkata: ‘Pergilah kepada Robi’! Pelajarilah adabnya (akhlaknya) sebelum mempelajari ilmunya.”
2. Muhammad Ibn Auf berkata: “Aku bermain bola. Bola masuk ke tempat al-Muafa Ibn Imran al-Hamsha. Aku pun masuk ke tempat al-Muafa untuk mengambilnya. Imran bertanya:
“Putra siapakah engkau?”
“Putra Auf Ibn Sofyan.” Jawabku.
“Sesungguhnya ayahmu itu adalah saudara kami, yang menulis Hadits dan ilmu. Ia mirip denganmu. Ikutilah apa yang dahulu ayahmu lakukan!...”
Aku pun pulang mendatangi ibuku dan aku sampaikan apa yang baru saja terjadi. Ibu berkata: “Benar, dia adalah sahabat ayahmu.” Ibu pun memakaikanku kemeja dan sarung. Kemudian aku mendatangi al-Muafa untuk belajar dengan membawa tempat tinta dan kertas.”
Bagikan ini :
Contoh Praktis Dan Kisah Yang Menunjukkan Pentingnya Pakaian Dalam Pembentukan Kepribadian Anak
1. Imam Malik berkata: “Aku berkata kepada Ibuku: ‘Aku akan pergi untuk mencatat ilmu?”
“Kemari, pakailah pakaian penuntut ilmu!” Beliau pun memakaikanku pakaian musyammar dan memakaikan kopiah dengan serban di atasnya, kemudian berkata: ‘Sekarang pergilah!’ Dan berkata: ‘Pergilah kepada Robi’! Pelajarilah adabnya (akhlaknya) sebelum mempelajari ilmunya.”
2. Muhammad Ibn Auf berkata: “Aku bermain bola. Bola masuk ke tempat al-Muafa Ibn Imran al-Hamsha. Aku pun masuk ke tempat al-Muafa untuk mengambilnya. Imran bertanya:
“Putra siapakah engkau?”
“Putra Auf Ibn Sofyan.” Jawabku.
“Sesungguhnya ayahmu itu adalah saudara kami, yang menulis Hadits dan ilmu. Ia mirip denganmu. Ikutilah apa yang dahulu ayahmu lakukan!...”
Aku pun pulang mendatangi ibuku dan aku sampaikan apa yang baru saja terjadi. Ibu berkata: “Benar, dia adalah sahabat ayahmu.” Ibu pun memakaikanku kemeja dan sarung. Kemudian aku mendatangi al-Muafa untuk belajar dengan membawa tempat tinta dan kertas.”
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan