13. Langkah-Langkah yang Harus Ditempuh
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap angota badan
manusia diwajibkan mengeluarkan sedekah setiap hari di mana matahari
terbit. "Para sahabat bertanya, "WahaiRasulullah, bagaimana kita dapat
bersedekah?" Rasul menjawab, "Sesungguhnya pintu untuk berbuat baik itu
sangat banyak. Bertasbih, bertakbir, dan bertahlil adalah sedekah;
menyingkirkan duri dijalanan adalah sedekah; menolong orang tuli atau
buta adalab sedekah; dan menunjukkan orang yang kebingungan, menolong
dengan segera orang yang sangat memerlukan adalah sedekahmu terhadap
dirimu."
Pertama,
Bertasbih, Bertakbir, dan Bertahlil
Ucapan tersebut adalah ucapan yang diungkapkan dengan lisan, rasa khusyu'
dalam hati, dan munajat kepada Allah agar seorang muslim tetap
berhubungan dengan sang penguasa. Juga merupakan kekuatan yang dapat
membantu untuk bersabar dan istiqamah.
Berdzikir merupakan ibadah yang dapat dilakukan setiap saat. la juga
merupakan motor yang tiada henti-hentinya bergerak membersihkan jiwa
dari berbagai ko-toran. Orang yang berdzikir akan mendapatkan pahala
yang amat besar.
Kedua,
Menyingkirkan Duri di Jalan
Tatkala hukum dan ajaran Islam tegak di masyarakat, kita melihat
bapak-bapak kita dan kakek-kakek kita rajin menyingkirkan batu, duri,
atau tulang dari tengah jalan agar tidak mengganggu orang yang lewat.
Jika mereka menemukan kertas bertuliskan ayat Al-Qur'an, hadits, atau
huruf Arab, maka mereka memba-karnya atau menyimpannya.
Mereka menyapu depan rumah dan toko, serta membakar sampah yang sudah
menumpuk. Itu semua mereka lakukan kerana didorong oleh satu faktor
yaitu aqidah islamiah yang telah tertanam dalam hati mereka.
Tatkala kaum muslimin tidak mahu melaksanakan ajaran Islam, kita melihat
tumpukan-tumpukan sampah di setiap tempat, lalat bertebaran di mana-mana,
dan penyakit menyebar di setiap rumah. Rasulullah telah mengajarkan
kepada kita agar menyingkirkan duri dari tengah jalan dan menjadikannya
sebagai sedekah yang berpahala besar. Oleh kerananya, jika ada di antara
kita yang melempar duri atau yang lain ke tengah jalan, maka bagmya dosa
yang besar. Rasulullah saw. bersabda,
"Tatkala seseorang
berjalan di suatu jalan dan menjumpai duri, lalu ia singkirkan duri
tersebut, maka Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya."
Ini bukan hanya tanggung jawab setiap peribadi seorang muslim, tetapi
juga merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh pemerintah
Islam untuk menjaga kesehatan masyarakatnya dan
'izzah
(kehormatan) umat Islam.
Umar bin Khathab ra. berkata,
"Seandainya seekor
keledai ditemukan (tersesat) di Iraq, maka sayalah yang bertanggung
jawab, (kerana) kenapa saya tidak menunjukkan jalan pulang baginya."
Orang-orang yang pergi ke negara-negara Barat akan terhairan-hairan
melihat jalanjalan dan ganggang yang bersih. Pemerintah negara-negara
tersebut menyediakan bermacam-macam sarana untuk mengumpulkan sampah,
quran, dan majalah bekas pada hari-hari tertentu, termasuk perabot rumah
tangga yang sudah tidak dipakai. Bahan-bahan kaca diletakkan dalam
tempat khusus. Dengan demikian barang-barang bekas ini dapat didaur
ulang. Setiap orang diwajibkan membersihkan lingkungan rumah dan tokonya,
membersihkan salju dan daun-daun yang berjatuhan. Jika ada seseorang
yang terpeleset dan tidak terima lalu membawa permasalahannya ke
pengadilan, maka si empunya rumah dikenai denda, kadangkadang sampai
seribu dolar.
Dengan cara ini setiap kota atau desa berusaha untuk membersihkan dan
menjaga keindahannya agar menarik perhatian wisatawan. Di sana masih ada
undang-undang yang lebih rinci lagi. Jika umat Islam mahu melaksanakan
seruan Rasulullah saw. ini, yaitu mahu menyingkirkan duri dan semacamnya
dari jalan niscaya masyarakat Islam akan tampil dengan penampilan yang
indah berseri. Dengan demikian mereka telah menunjukkan jati diri ajaran
Islam.
Ketiga,
Menolong Orang yang Tuli atau Buta
Ada seorang yang
ummi
(buta huruf) menerima surat dari anaknya, seorang tentara yang sudah
lama ia tunggu kabar beritanya. Tentu saja ia akan sangat membutuh-kan
orang yang mahu membacakan surat tersebut. Begitu juga dengan orang yang
tuli. Orang di sekitarnya ramai berbicara, tetapi dia tidak menampakkan
tanda-tanda interaksi sama sekali, ia tidak mengerti apa yang sedang
terjadi. Orang ini tidak merasakan keberadaannya dan tidak merasakan
nikmatnya hidup, kecuali jika orang-orang di sekelilingnya mahu peduli
terhadap permasa-lahan yang sedang ia hadapi. Di salah satu Islamic
Centre di Eropa, saya melihat seorang pemuda berkebangsaan Jerman. Di
saat ceramah berlangsung, dia diam saja dan tampak sekali kalau ia tidak
mengikuti ceramah yang sedang berlangsung kerana tidak memahami bahasa
Arab. Lalu seorang di antara kami menerjemahkan isi ceramah tersebut
kepadanya.
Perasaan apa yang dirasakan oleh orang yang tuli tatkala ia diacuhkan
oleh masyarakatnya? Tentu saja ia akan menderita dan mungkin akan
membenci orangorang yang ada di sekitarnya. Menolong orang yang tuli
menunjukkan sikap saling mencintai, saling mengasihi,
saling menolong, dan mem-perlihatkan karakteristik Islam.
Menolong Orang yang Buta
Kita telah mengetahui derita yang dialami oleh orang yang tuli, maka
demikian juga yang dialami oleh orang yang buta, bahkan lebih menderita.
Jika ingin pergi ke pasar, ia membutuhkan seorang teman sebagai penunjuk
jalan, dan jika ia tidak mendapatkan teman lalu ia keluar ke jalan
dengan menggunakan tongkat padahal ia tidak tahu arah ke pasar, pasti ia
akan kebi-ngungan. Jika dalam keadaan seperti ini kemudian orang-orang
yang berjalan di sekitarnya tidak peduli terhadapnya, ia akan merasakan
kedengkian terhadap masyarakat yang individualis mi. Kalau sudah begini
umat akan berantakan kerana kehilangan faktor terpen-tingnya, yaitu
saling mencintai dan mengasihi.
Jika dalam keadaan semacam ini, Anda tampil dan mendekati laki-laki itu
kemudian membimbingnya dengan lembut dan sopan ke arah yang ia tuju,
maka Anda telah berbuat baik terhadap orang itu dan telah mengembalikan
nama baik Islam.
Ada beberapa negara yang menyediakan tempat khusus bagi mereka dalam
kendaraan-kendaraan umum. Ada juga yang menyediakan telepon umum khusus
bagi mereka. Dengan demikian mereka merasakan bahawa kondisi mereka
diperhatikan. Lebihlebih setelah ada penemuan baru, seperti alat bantu
dengar bagi orang yang tuli dan alat bantu lihat bagi orang yang buta.
Keempat,
Menunjukkan Orang yang Kebingungan
Banyak orang yang kebingungan tatkala berada di daerah yang belum ia
kenal. Tentu saja ia sangat memer-lukan orang yang dapat menunjukkannya.
Ia bertanya kesana kemari, tetapi jawaban yang ia terima adalah, "Saya
tidak tahu." Ia bertanya lagi dan orang yang kese-kian kali itu menjawab
sambil menunjuk ke suatu arah, "Silakan Anda berjalan ferus ke arah ini
lalu jika sampai di sebelah sana, maka bertanyalah." Ia bertanya lagi
untuk yang kesekian kalinya, dan orang itu menjawab, "Mari saya hantar
ke tempat tujuan Anda." Kemudian ia diantar hingga sampai tujuan. Orang
ketiga inilah orang yang berbuat baik dan meninggalkan kesan yang baik
pula di hati orang lain.
Allah swt. berfirman,
"Wahai orang-orang yang
ber-iman, ruku'lah kalian, sujudlah kalian, sembahlah Rabb kalian, dan
berbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan."
(Al-Hajj: 77)
Beberapa anak kecil bermain di luar rumah. Mereka berlari-lari dan
semakin lama semakin jauh dari rumah mereka. Tatkala tersadar, mereka
kebingungan kerana tidak tahu jalan pulang ke rumah mereka. Seandainya
satu di antara mereka tidak menjumpai orang yang dapat mengantarnya
pulang, maka bisa kita bayangkan apa yang terjadi jika ia terus berjalan
dan memasuki tempat-tempat yang tidak ia kenali. Orang yang kehilangan
tasnya yang berisi surat-surat penting akan sangat berterima kasih
kepada orang yang menemukan tas itu dan mengembalikan kepadanya.
Orang-orang yang mahu melaksanakan tugas-tugas mi akan dapat menumbuhkan
rasa cinta dan menanamkan nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Dan inilah
tugas seorang da'i.
Suatu hari di kota Iskandaria saya bertemu dengan seorang nenek yang
tampak amat lelah. Ia datang dari sebuah desa untuk mencari anaknya. Ia
membawa seca-rik kertas yang bertuliskan alamat anaknya yang sedang
menjalani pendidikan militer. Di kertas itu hanya tertulis nama anak itu
dan kota Iskandaria. Amatlah sulit mencari alamat yang dituju, kerana di
kota Iskandaria terda-pat puluhan markas militer dan ribuan tentara.
Akan tetapi, dengan taufiq Allah saya berpikir bahawa anak tersebut
tentunya masuk di kemiliteran. Kalau begitu ia tentu berada di markas
penerimaan prajunt atau berada di kem-kem latihan. Lalu saya pergi ke
tempat itu dan akhirnya saya menemukannya. Setelah meminta izin, kami
pun diizinkan menemui anak tersebut.
Setelah kejadian itu, saya sering diundang dalam acara-acara penting
yang diadakan oleh keluarga ibu tersebut. Rasulullah saw. bersabda,
"Menunjukkan (jalan)
orang yang tersesat adalah sedekah."
Di bandara Frankfurt, Jerman, seseorang tidak menyadari kalau tasnya
tertinggal. Ia baru ingat tatkala pesawat terbang sudah lepas landas.
Tas tersebut ditemukan oleh salah seorang pemuda muslim berkebangsaan
Turki. Tatkala mengetahui tas tersebut berisikan kertas-kertas
bertuliskan huruf Arab, ia langsung menyadari bahawa pemilik tas itu
adalah orang Arab yang beragama Islam. Lalu ia bergegas pergi ke Islamic
Centre setempat untuk menyerahkan tas tersebut. Akan tetapi sangat
disayangkan, petugas yang menerima tas tersebut tidak menanyakan nama
dan alamat pengantar tersebut, pada-hal orang semacam ini sangat langka.
Jadi, kesempatan berharga ini sebetulnya tidak boleh berlalu sia-sia.
Seorang teman meminta saya supaya menulis rekomendasi untuknya agar
urusannya di Kementerian Kewangan Kairo bisa berjalan lancar. Saya
bersedia, kemudian saya berpesan, "Jika urusannya bisa berjalan lancar
tanpa rekomendasi tersebut, maka sebaiknya (rekomendasi tersebut) tidak
usah dipergunakan." Ia masuk dan mengucapkan "Assalamu'alaikum". Seorang
pegawai menjawab dengan ucapan "Salam". Setelah ia mengutarakan
maksudnya, ia lalu diperintah-kan menghadap ke pegawai lain. Ia pergi ke
pegawai yang dimaksud dan mengucapkan "Assalamu'alaikum". Pegawai kedua
ini tidak menjawab ucapan salam tersebut, tetapi langsung bertanya, "Ada
keperluan apa?" Setelah mengutarakan maksudnya, sekali lagi teman kami
itu diperintahkan menghadap ke pegawai lain. Tatkala sudah sampai di
pegawai yang dimaksud, ia mengucapkan "Assalamu 'alaikum"
dan pegawai itu menjawab, "Wa 'alaikumus-salam wa rahmatullahi wa
barakatuh. Silakan wahai saudaraku, apa ada yang bisa saya bantu?" Ia
berkata, "Apakah Tuan bernama.... (menyebut namanya)?" Pegawai itu
menjawab, "Ya." Lalu teman kami itu menyodorkan rekomendasi. Kemudian ia
dipersilakan duduk dan ditanya banyak tentang Ikhwanul Muslimin. Tidak
berapa lama urusannya selesai. Ia pun pulang dan menceritakan kejadian
ini kepada saya.
Dari sini kita dapat melihat bahawa seorang pekerja, pegawai, atau
pedagang hendaklah selalu berlaku
ihsan
dalam bekerja dan melayani kepentingan orang lain. Banyak di antara
pekerja yang menggunakan kesempatan itu untuk mengeruk kekayaan tanpa
peduli halal atau haram. Sebagai seorang muslim kita harus menggunakan
kesempatan itu sebagai ladang untuk menunjukkan hakikat kepribadian
islami yang sesungguhnya, sebagai-mana Islam mengajarkan kejujuran,
kewajiban menepati janji, keramahan, dan sifat-sifat baik lainnya.
Kelima,
Menolong dengan Segera Orang yang Memerlukan Pertolongan
Orang yang ditimpa musibah dan memerlukan pertolongan dengan segera,
seperti rumahnya terbakar, orang yang tenggelam, atau yang lain, maka
dalam kondisi seperti ini kita harus segera berbuat. Sebuah syair Arab
mengatakan,
Jangan menunda pertolongan hanya kerana mengharap datangnya bukti
Tatkala saudaramu ditimpa musibah yang mengiris hati
Tatkala berada dalam kondisi yang berbahaya seperti ini, setiap orang
akan sangat mengharap adanya orang yang mahu menolong. Oleh kerananya,
jika seseorang dalam kondisi seperti ini lalu ada orang yang tampil
untuk menolongnya, ini merupakan sifat
muru'ah
dan akan meninggalkan kesan yang amat baik yang tidak akan terhapus
dengan bergulirnya masa, serta akan menumbuhkan rasa cinta kasih.
Seorang mahasiswa yang sedang berjalan kaki tiba-tiba jatuh pingsan,
buku-bukunya berserakan dan ia sendiri terluka. Tak seorang pun di
sekitarnya yang bergerak menolong, kecuali seorang ibu dan anak
perempuannya yang masih kecil yang sedang melewati jalan itu. Dengan
penuh kasih dan sayang ibu tersebut berusa-ha menghentikan darah yang
terus keluar. Saya sendiri langsung ke tempat telepon untuk memanggil
ambulance.
Tak lama kemudian mobil
ambulance
datang dan saya menemaninya ke rumah sakit. Setelah siuman, saya
mengantarkannya pulang. Saya disambut oleh keluarganya dengan hangat
sekali dan ucapan terima kasih. Sampai sekarang hubungan kami sangat
baik.
Anak peremptian saya yang sedang kuhah di Universiti Iskandaria
bercerita kepada saya bahawa tatkala ia dan teman-temannya yang
berjilbab berada di halaman fakulti, mereka melihat seorang teman
perempuan mereka yang tidak memakai jilbab jatuh pingsan dan tersungkur
di tanah. Mereka dengan cepat menolongnya. Tatkala siuman, ia langsung
tercengang kerana yang berada di sekitarnya adalah para wanita berjilbab,
lalu ia berkata, "Demi Allah, saya tidak pernah berpikir atau
membayangkan kalau kalian begitu baik." Mungkin ia telah termakan oleh
kebohongan-kebohongan yang disebarkan tentang wanita berjilbab, sehingga
ia beranggapan bahawa seorang wanita berjilbab tidak mempunyai rasa
kasih sayang dan jiwa sosial.
Fenomena semacam ini menuntut kita untuk turut serta dalam setiap bidang
dan aktivitas mereka, selama tidak merusak aqidah kita, agar kita dapat
meluruskan pemahaman-pemahaman salah yang menyebar ke mana-mana,
sekaligus dapat memperlihatkan hakikat akhlak Islam yang sebenarnya.
Kita lebih berhak mengelola lahan-lahan tersebut daripada orang-orang
yang ingin mencoreng citra Islam. Jadi, tidaklah dibenarkan apabila kita
tinggalkan lahan-lahan tersebut begitu saja. Allah swt. berfirman,
"Sebenarnya Kami
melontarkan yang haq kepada yang batil, lalu yang haq itu
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap."
(Al-Anbiya': 18)
Allah pun telah memberikan tugas kepada kita,
"Tolaklah kejahatan itu
dengan cam yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dan dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi temanyangsetia."
(Fushilat: 34)
Di salah satu fakulti di Universitas Iskandaria, ada seorang pemuda yang
melakukan perbuatan yang sangat bodoh. la merenggut cadar yang dikenakan
oleh salah seorang mahasiswi. Ini la lakukan dengan tujuan ingin
memancing kemarahan mahasiswa-mahasiswa muslim dan jamaah-jamaah yang
ada. Tanpa disangsikan lagi, mahasiswi tersebut langsung berteriak
meminta tolong kepada mahasiswa dan mahasiswi yang berada di tempat itu.
Para mahasiswa itu pun berhamburan menangkap pemuda tersebut dan
memukulinya. Untunglah ada seorang mahasiswa yang memahami situasi yang
sedang dihadapi dan dampak yang akan
terjadi dan kejadian ini. Mereka kemudian menghadap dekan fakulti dan
melaporkan kejadian tersebut.
Pada hari benkutnya, dengan jumlah yang amat banyak, para mahasiswi yang
berjilbab mengadakan unjuk rasa. Mereka berjalan dari gedung universiti
menuju pejabat walikota dengan melewati jalan-jalan utama. Mereka
disambut oleh masyarakat dengan sambutan yang sangat hangat. Ketika
sampai di pejabat walikota, mereka disambut oleh walikota dengan
sambutan yang baik, layaknya orang tua menghadapi anaknya. Tidak lama
setelah itu, turunlah surat keputusan rektor yang berisi tentang
pengeluaran mahasiswa tersebut dari bangku kuliah.
Pada tahun 1947 M. Mesir dilanda wabak kolera yang menjadikannya hidup
dalam keresahan. Terpanggil oleh tugas sebagai muslim dan dalam rangka
membantu pemerintah menangani keadaan yang sedang terjadi, para pemuda
dari Jamaah Ikhwanul Muslimin terjun untuk memberikan bantuan. Mereka
memasak makanan, memelihara kesehatan, dan mengisolasi daerah yang
terkena wabak agar masyarakat yang sakit tidak berbaur dengan masyarakat
yang masih sehat. Dengan izin Allah, wabak itu akhirnya menyingkir.
Mengetahui jasa Ikhwanul Muslimin yang begitu besar, pemerintah ingin
membalas jasa itu, namun Ustadz Hasan Al-Banna menolaknya seraya
menjelaskan bahawa itu memang sudah tugas Ikhwanul Muslimin. Masyarakat
pun tidak pernah melupakan jasa Ikhwanul Muslimin itu.
Beberapa waktu yang lalu, saya pergi ke pejabat bea cukai di pelabuhan
kota Iskandaria untuk mengambil mobil kiriman dari luar negeri. Setelah
mengetahui bahawa beban yang harus saya bayar terlalu besar, saya
menemui pimpinan pejabat dengan harapan akan mendapatkan keringanan.
Tanpa saya duga, pimpinan pejabat tersebut menyambut saya dengan baik
dan memberikan keringanan lebih besar dan jumlah yang saya duga. Dia
berkata, "Orang yang mengirim mobil kepada Anda ini sangat besar jasanya
terhadap saya. Kisahnya bermula tatkala saya melaksanakan haji pada
tahun kemarin. Ketika keluar dari Masjid Al-Haram, saya dapati dompet
saya sudah hilang. Seseorang mendekati saya dan menawarkan niat baiknya;
ia siap memberi dengan cuma-cuma wang yang saya butuhkan sampai saya
kembali ke Mesir. Tawaran baik itu saya terima. Setelah saya sampai di
Mesir, saya kembalikan semua wang yang telah saya pergunakan dengan
mengucapkan terima kasih. Oleh kerana itu, sudah menjadi keharusan bagi
saya untuk membalas kebaikannya." Begitulah, ucapan yang baik dan amalan
yang shalih tidak akan terlupakan begitu saja.
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan, "Berbuat baiklah, dan lemparkan
kebaikan itu ke dalam lautan." Akan tetapi, kami mengatakan, "Berbuat
baiklah kerana Allah, niscaya kebaikan itu akan kembali kepadamu di
dunia mahupun di akhirat." Tidak diragukan lagi bahawa berbuat baik
kepada orang yang berada di negara yang belum dikenal jauh lebih
bernilai dibanding berbuat baik kepada orang yang berada di negerinya
sendiri. Oleh kerana itulah, Anda akan melihat bahawa hubungan yang
terjalin antara perantau lebih kuat daripada hubungan yang terjalin
antara penduduk setempat. Syair Arab mengatakan,
Yakinlah akan balasan dari
kebaikan yang telah Anda perbuat kerana Allah tidak akan lupa manusia
pun punya daya ingat
Pada bulan Ogos 1965 M. turun surat perintah penangkapan atas isteri
saya yang berada di wilayah Rasyid. Satu kompi polisi melaksanakan
perintah itu. Mereka membawa isteri saya dari kediamannya dengan
meninggalkan lima anak: yang paling besar berumur sepuluh tahun dan yang
paling kecil berumur dua tahun. Kejadian ini menjadikan kota Rasyid
gempar, kerana sudah menjadi kebiasaan anak-anak bahawa mereka —setiap
harinya— selalu pergi ke tempat pemberhentian mobil yang datang dari
Iskandaria untuk menjemput orang tua mereka sambil berteriak, "Ayah...,
Ibu...." Begitu pula setelah peristiwa penangkapan itu, mereka tetap
pergi ke tempat pemberhentian mobil, kemudian orang-orang yang berada di
tempat itu mengantarkan mereka pulang.
Di tengah-tengah cobaan inilah kita dapat melihat permata-permata yang
sudah sekian lama terbungkus oleh lumpur. Isteri saya masih terus
mengingat kebaikan sikap kepala kepolisian —yang memimpin penangkapan
atas dirinya— yang telah memperlakukannya dengan baik serta memberikan
nasihat berharga kepadanya hingga ia diserahkan kepada penjaga-penjaga
penjara. Begitu juga tatkala masa tahanan itu habis, kepala kepolisian
inilah yang mengantarkannya pulang. Ia juga selalu mengingat kebaikan
seorang penjaga penjara. Sebuah kenangan yang dapat membuatnya menangis,
tatkala menceritakan kenangan itu. Ia teringat bagaimana penjaga itu
memperlakukannya seperti layaknya seorang anak Terhadap lbunya. Penjaga
itu mengharap agar ia tetap tenang dan sabar, kerana masa pembebasan
semakin dekat. Ia juga teringat bagaimana penjaga itu menahan air mata
tatkala melihat kondisinya dan melihat perlakuan penghum penjara yang
lain kepadanya. la menyebut penjaga itu sebagai "malaikat" yang diutus
oleh Allah untuk menolong orang-orang sepertinya. Meski kejadian itu
telah berlangsung dua puluh tahun yang lalu, namun kami masih tetap
berharap mudah-mudahan kami diberi kesempatan bertemu dengan mereka dan
membalas kebaikan mereka. Di antara puluhan tentara yang diberi tugas
menyiksa orang-orang Ikhwanul Muslimin, ada seorang tentara yang
memperlakukan ratusan orang Ikhwanul
Muslimin dengan baik, seakan-akan dia adalah bagian dari mereka. Ini
sebuah pemandangan yang sangat jarang dijumpai di tengah-tengah kebuasan
tentara-tentara yang lain. Namun akhirnya hal itu diketahui oleh
pimpinan penjara dan la pun dimasukkan ke dalam penjara bersama kami dan
disiksa dengan siksaan yang tidak manusiawi. Akan tetapi, kebaikan
mereka tetap terukir dalam hati kami. Kehidupan akhirat itu lebih mahal,
dan pahala dari Allah itu lebih baik daripada sanjungan manusia.
Setelah saya jatuh tersungkur kerana ganasnya siksaan, ada seorang
petugas yang diperintahkan untuk menyuruh saya lari menuju sel penjara.
Tatkala ia melihat saya tidak mampu melakukan perintah itu, ia menolong
saya dan membopong saya. Akan tetapi, kejadian itu dilihat oleh salah
seorang di antara mereka dan melaporkannya kepada pimpinan. Akhirnya
petugas tadi mendapatkan siksaan cambuk yang lebih berat daripada
siksaan yang kami alami, sebagai ganjaran atas tindakan-nya dan agar
yang lain merasa jera.
Meski ia sudah mengalami siksaan, tetapi ia tetap memberikan pertolongan
terhadap saya, ia memberi saya tambahan segelas air minum setiap harinya.
Jatah untuk kami hanya satu gelas dalam sehari semalam dan kadang-kadang
tidak sama sekali. Nama petugas itu adalah Rasyad Mifrak. Mungkin Anda
bertanya bagaimana saya bisa mengetahui nama petugas itu. Suatu waktu
saya memanggilnya dengan namanya, ia kaget dan marah lalu berkata, "Bagaimana
Anda mengetahui nama saya? Ia sebuah larangan!" Saya berkata, "Wahai
Tuan Rasyad, nama Tuan tertulis di lengan Tuan." Lalu dengan cepat ia
mengikat lengannya dengan sapu tangan agar nama yang tertatu di
lengannya itu tidak terbaca.
Masuk Islamnya Roger Garaudy
Apa yang menjadikannya masuk Islam? Marilah kita semak pemaparannya. "Saat
itu saya termasuk dalam pasukan Perancis yang ditugaskan memerangi kaum
muslimin Aljazair pada peristiwa pergolakan di Aljazair pada tahun 1960
M. Dalam peristiwa itu saya tertangkap sebagai tawanan kaum mujahidin
Aljazair. Setelah keputusan diambil maka ditetapkan bahawa saya harus
dihukum mati. Pemimpin mujahidin memberikan tugas itu kepada seorang
mujahid dan memerintahkan agar hukuman itu dilakukan di atas bukit.
Tatkala saya berada di atas bukit bersama seorang mujahid tadi, tanpa
ada pengawalan, mujahid itu bertanya kepada saya, 'Apakah Anda membawa
senjata?' Saya menjawab, 'Tidak, saya tidak membawa senjata.' Mujahid
itu berkata, 'Bagaimana mungkin saya membunuh orang yang tidak
bersenjata.' Kemudian saya dilepaskan."
Garaudy berkata, "Bertahun-tahun kejadian ini terus menggelitik hati
saya. Kemudian saya mempelajari Islam, sehingga menjadi gamblang
pemahaman saya terhadap ajaran Islam. Kejadian ini sangat berperan dalam
keislaman saya." Dunia pun gempar dengan masuk Islamnya Roger Garaudy.
Keenam,
Menolong Orang yang Lemah
Dalam suasana yang berdesak-desakan tatkala bepergian —baik saat
berangkat mahupun saat pulang; baik di pesawat terbang, kereta api,
mahupun yang lain— seseorang pasti membutuhkan orang lain yang mahu
mem-bantunya untuk mengangkat dan menjagakan barang-barang bawaannya.
Betapa banyak orang yang melaku-kan perjalanan sedang dirinya dalam
keadaan sakit, sudah barang tentu ia membutuhkan orang yang mahu
membawakan barang-barang bawaannya. Kadang-kadang ada orang yang ingin
mengirimkan sebuah paket pos atau surat kilat, tetapi ia tidak bisa
melakukannya sendiri, mungkin kerana sakit atau kerana yang lain.
Maka alangkah baiknya jika Andalah orang yang tampil memberikan
bantuanbantuan tersebut. Rasul saw. sudah menganjurkan kepada kita agar
melakukan hal semacam ini, sebagaimana dalam hadits yang diriwa-yatkan
oleh Muslim dari Muadz bin Jabbal ra., "...
dan menolong orang, dengan
mengangkatnya atau mengangkatkan barangbarangnya ke atas kendaraannya
adalah sedekah."
Dari Abu Sa'id Al-Khudri ra., ia berkata, "Tatkala kami dalam perjalanan
bersama Rasulullah, tiba-tiba datang seorang laki-laki menunggang
kendaraan lalu menengok ke kanan dan ke kiri." Maka Rasulullah saw,
bersabda, "Barangsiapa
mempunyai perbekalan lebih, hendaklah memberikannya kepada orangyang
tidak mempunyai perbekalan. "
Banyak di antara kita yang mempunyai mobil, bah-kan kadang-kadang lebih
dari satu. Hal ini merupakan kesempatan bagi kita untuk menolong
orang-orang yang membutuhkan tumpangan, dan tentu saja akan memberikan
kesan yang amat dalam bagi mereka.
Ada seorang teman yang dalam setiap waktu luang-nya selalu
berputar-putar dengan mobilnya menyusuri jalanan, dengan harapan akan
menjumpai orang yang memerlukan bantuannya. Dengan perilaku yang
demi-kian, ia mempunyai banyak teman di setiap sudut kota.
Suatu hari petugas lalu lintas menangkapnya dengan tuduhan telah
melanggar peraturan, yakni menggunakan mobil pribadi untuk mengangkut
penumpang. Akan tetapi, setelah petugas tersebut mengetahui bahawa
pe-kerjaannya itu dilakukan hanya kerana ingin menolong tanpa meminta
upah, mereka pun kaget dan kagum, kemudian melepaskannya. Pada hari-hari
pertama keikutsertaan saya dalam dakwah Ikhwanul Muslimin, saya berusaha
menemukan cara untuk berkenalan dengan orang lain. Tatkala saya sedang
naik trem, saya usahakan agar saya bisa berdiri di tangga, dengan
harapan agar saya dapat menolong menaikkan atau menurunkan barang bawaan.
Akan tetapi, banyak penumpang yang menolak maksud baik saya, kerana
prasangka yang buruk telah lebih dahulu mengisi benak mereka. Mereka
menganggap saya sebagai seorang pencuri. Sejak hari itu, saya menyadari
bahawa pekerjaan seperti ini harus mendapat izin dari yang mempunyai
barang terlebih dahulu, kalau tidak, kita akan berurusan dengan aparat
keamanan.
Di antara tulisan Ustadz Umar At-Tilmisani yang dimuat di harian
Asy-Syarqul Ausath,
berbunyi, "Beberapa waktu lamanya, di Mesir pernah merajalela para
perompak yang menghadang jalanan di malam hari. Modus operandinya adalah
dengan berpura-pura sebagai seorang yang terkena musibah, lalu mereka
menghentikan mobil yang sedang lewat dengan alasan memmta tolong. Akan
tetapi, setelah mobil itu berhenti mereka langsung merampok segala yang
ada di mobil, bahkan pakaian yang dikenakan oleh para penumpangnya pun
ikutdisikat."
Pada suatu hari yang sudah lewat tengah malam, Ustadz Hasan Al-Banna
masih dalam perjalanannya pulang ke Kairo. Dalam perjalanan itu beliau
melihat sebuah mobil sedang berhenti di pinggir jalan dan seseorang
menghentikan mobil beliau. Tanpa ragu-ragu beliau meminta pemandunya
agar menghentikan mobil, lalu beliau pun turun dan mobil dan mendekati
laki-laki tersebut, serta menanyakan hal yang dibutuhkan. Laki-laki itu
mengatakan bahawa bahan bakar mobilnya habis, maka dengan sangat memohon
agar diberi sedikit benzene. Pada masa itu klakson mobil belum secanggih
sekarang, masih berupa terompet pijat, yaitu sebuah terompet yang
berbadankan kantong udara yang terbuat dan kulit. Jika kantong itu
ditekan maka terompet itu akan berbunyi. Ustadz Hasan Al-Banna lalu
kembali ke mobilnya dan melepas kantong terompet itu serta mengisinya
dengan benzene beberapa kali. Ini semua beliau lakukan tanpa harus
menanyakan terlebih dahulu nama, agama, atau pekerjaan orang yang
ditolong itu. Inilah sifat ulama dalam berbuat kebajikan. Lakilaki ltu
terhairan-hairan dengan sikap beliau, maka la memperkenalkan dirinya, "Nama
saya Muhammad Abdurrasul, hakim di penga-dilan Kairo. Siapakah nama Anda?"
Dengan tawadhu' beliau menjawab, "Nama saya Hasan Al-Banna, guru di
Madrasah Ibtida'iyah Al-Banin." Hakim itu bertanya, "Hasan Al-Banna,
Ketua Umum Ikhwanul Muslimin?" Beliau menjawab, "Ya." Sejak saat itu
Ustadz Muhammad Abdurrasul berdiri sebagai pembela Ikhwanul Muslimin di
pengadilan. Inilah kisah yang diceritakan oleh Ustadz Muhammad
Abdurrasul kepada saya, tatkala beliau menjabat sebagai hakim di
pengadilan Syabin Al-Kum. Allah-lah yang menjadi saksi atas segala yang
saya paparkan.
Kisah ini dialami oleh seorang muslim warga negara Jerman yang bernama
Yahya Syuvskuh. Kisah ini bermula tatkala ia dan isterinya menumpang
kendaraan umum. Waktu itu mereka berdua duduk di kursi. Tidak lama
kemudian seorang lakilaki tua berkebangsaan Afrika naik dan ternyata
kursi-kursi sudah penuh dengan penumpang, sehingga bapak tua itu pun
berdiri. Dengan cepat Yahya bangkit dan mempersilakan bapak tua itu
untuk duduk. Bapak tua ltu pun berterima kasih lalu duduk, namun
tiba-tiba la menangis. Yahya terkejut dan bertanya tentang sebabnya,
tetapi tak menemukan hasil, kerana bapak tua itu berbicara dengan bahasa
Inggris sedangkan Yahya tidak dapat berbahasa Inggris. Lalu ia mencari
tahu dan para penumpang yang lain, dan dari merekalah ia mengetahui
bahawa bapak tua itu datang dari Afrika Selatan dan baru pertama kali
ini bapak tua itu melihat ada orang kulit putih yang mahu memberikan
tempat duduknya. Yahya menceritakan kisah ini seraya berkata, "Inilah
Islam."
Masih dalam kisah Yahya. Kisahnya kali ini terjadi tatkala ia berada di
kota Makkah. Ketika tiba waktu shalat, ia pergi ke Masjid Al-Haram. Ia
lupa tidak membawa sajadah. Tatkala berdiri untuk melakukan shalat ia
melihat di tempat sujudnya terdapat batu-batu kerikil, ia berkata dalam
hati, "Ini adalah bagianku." Akan tetapi, tiba-tiba orang berkebangsaan
India yang berada di sebelahnya melepaskan jaketnya dan
menghampar-kannya di tempat sujud Yahya. Yahya menutup kisahnya dengan
ucapan, "Inilah Islam."
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan