35. Magnet Hati
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Tidak ada seorang pun, ketika Allah menciptakannya, kecuali pasti
memiliki potensi menerima dan menolak. Bila tidak memiliki bererti ia
telah kehilangan dirinya, kehilangan rahsia wujudnya. la seperti pohon
kering yang daun-daunnya berguguran, tidak menghijau dan tidak hidup.
Atau seperti pohon yang tidak berbuah, hidup tapi seperti mati. la tidak
punya pengaruh dalam kehidupan kerana hanya dapat mengambil tetapi tidak
dapat memberi.
Ada sejumlah orang yang bukan nabi juga bukan syuhada, tetapi
kedudukannya di sisi Allah membuat para nabi dan para syuhada in hati.
Mereka dapat menyingkap rahsia Allah dalam dirinya, yakni anugerah indra:
telinga, mata, dan hati. Mereka membangkitkan dan "memerangi"nya dengan
ibadah dan ketaatan, sehingga menyala dan berkobar-kobar. Dari dalam
jiwa dan hatinya muncul luapan gelombang yang mampu mengharu biru hati
manusia sehingga menjadikannya lunak di hadapan Allah swt. Hati dan
perasaan menjalin hubungan yang demikian harmonis, dan tak dapat
di-ungkapkan dengan kata-kata, namun kita dapat merasakan kebahagiaan
dengannya. la menjelma menjadi kha-yalan indah yang melayang-layang. Ia
pun lalu berubah menjadi "magnet" yang dapat menarik ruh dan hati.
Tak seorang pun yang tidak mempunyai perasaan seperti ini, walau hanya
sedikit. Seorang da'i yang sukses adalah yang mendapat petunjuk Allah ke
tempat persembunyian perasaan ini, sehingga menambah kekuatan dan
gairahnya. Allah swt. berfirman,
"Wahai orang-orang yang
beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru
kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian."
(Al-Anfal: 24)
Sementara orang-orang yang kering hatinya dan berkarat jiwanya, telah
Allah nyatakan,
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan
lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada
sungai-sungai yang mengalir darinya, dan di
antaranya sungguh ada
yang terbelah lalu keluarlah mata air darinya, dan di antaranya
sungguh ada yang
meluncur jatuh kerana takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak
lengah dari yang kalian
kerjakan."
(Al-Baqarah: 74)
Ayat ini telah menjelaskan bahawa batu itu sensitif. Bahkan ia meluncur
jatuh kerana takut kepada Allah. Tetapi kita tidak memiliki peralatan
yang dapat membuka rahsia, bagaimana batu itu dapat sensitif. Namun kita
yakin (melalui ayat) tersebut bahawa ia memang sensitif, takut, dan
melekat satu sama lain kerana takut-nya kepada Allah.
Bila batu saja sensitif, gemetaran, dan melekat satu sama lain kerana
takut kepada Allah, lalu bagaimana dengan manusia yang banyak diberikan
oleh Allah kenikmatan yang besar, seperti akal, perasaan, dan hati
sebagai tempat penitipan rahmat. Allah berfirman,
"Berkata Musa, 'Ya Tuhanku,
lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku“.
(Thaha: 25-28)
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan