20. Memanggilnya dengan Panggilan yang Paling Disukai
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Pada zaman ini banyak orang menggunakan nama-nama aneh yang hanya asal
ucap saja. Lebih aneh lagi banyak orang merasa bangga jika menyandang
nama-nama itu, sehinggga jika ada orang yang memanggilnya dengan
menggunakan nama aslinya maka ia akan marah. Tatkala kita sudah menjadi
umat Muhammad saw., kita mempunyai kewajiban agar memanggil orang lain
dengan panggilan yang ia sukai, karena hal itu dapat mempererat hubungan
kita dengan orang tersebut. Ada sebagian ikhwah yang memanggil orang
yang lebih tua dan lebih tinggi (pangkatnya) darinya dengan menggunakan
nama saja tanpa ada
embel-embel-nya..
la menganggap bahwa sikap itu adalah bentuk penerapan dari makna ukhuwah
islamiah. Maka kita jumpai ada seorang mahasiswa yang memanggil dosennya
dengan "akh",
ada juga di antara
ikhwab
yang tatkala memper-silakan penceramah hanya dengan menggunakan nama-nya
saja dengan anggapan bahwa sikap itu lebih men-jauhkan dari sikap riya'.
Padahal
embel-embel
itu adalah wajar dan merupakan haknya, bukan buatannya sendin. Lalu
bagaimana orang-orang dapat mengenal penceramah tersebut dengan betul,
jika nama yang dimiliki oleh penceramah juga dimiliki oleh banyak orang?
Di mana-kah pula kita meletakkan sabda Rasul,
"Tempatkanlah orang lain pada posisi mereka?"
Di beberapa tempat ada yang memanggil dengan menggunakan
kunyah, seperti:
wahai, Abu Muhammad! atau wahai, Abu Hasan! Barangkali ini lebih halus
didengar dan lebih dapat diterima oleh hati.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan