21. Memberikan Tempat Duduk dalam Satu Majlis
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Anda diundang ke walimahan atau sedang takziyah. Tatkala Anda masuk ke
ruangan yang disediakan dan Anda menjumpai bahawa ruangan itu sudah
penuh, tentunya Anda akan malu, bingung, serta salah tingkah. Jika pada
saat itu ada di antara hadirin yang berada dalam ruangan tersebut yang
bangkit dan mempersila-kan Anda untuk duduk di tempatnya, tentunya Anda
akan merasa lega, dan kebaikan orang tersebut tidak akan terlupakan.
Seringkali ada orang yang masuk masjid —terutama pada waktu shalat
Jum'at— dan mencari tempat kosong di antara jamaah yang sedang duduk.
Semua mata memandangnya dengan keheranan dan perasaan tidak setuju,
hingga akhirnya ada orang yang menaruh belas kasihan kepadanya yaitu
orang yang memahami firman Allah swt.,
"Wahai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepada kalian, 'Berlapanglapanglah dalam
majelis,' maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk
kalian. Dan apabila dikatakan kepada kalian, 'Berdirilah kalian', maka
berdinlah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kalian dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.'"
(Al-Mujadilah: 11)
Saya masih bisa merasakan apa yang dialami oleh Ka'ab ra. tatkala ia
mendapatkan sanksi karena tidak ikut dalam perang Tabuk. Ka'ab bercerita,
"Setelah genap lima puluh hari sejak larangan nabi kepada para sahabat
untuk berbicara kepada saya, pada hari kelima puluh —ketika saya sedang
shalat shubuh di bagian bela-kang rumah, tempat saya mendirikan sebuah
kemah di belakang rumah di tempat yang agak tinggi, saat itu saya
merenungkan nasib diri yang benar-benar menyesakkan dada, sebagaimana
disebut oleh Allah dalam Al- Qur'an, bumi ini sudah terasa sempit bagi
kami— tiba-tiba saya mendengar teriakan yang sangat keras, 'Hai Ka'ab,
ber-gembiralah.' Maka saya segera sujud syukur sebab saya merasa bahwa
Rasulullah telah mengatakan pada para sahabat bahwa Allah telah menerima
taubat kami pada shubuh ini. Sehingga orang-orang berdatangan untuk
mengucapkan selamat. Seorang sahabat yang mengen-darai kuda menuju ke
arah saya sambil berteriak hingga suara teriakan itu lebih cepat danpada
langkah kaki kudanya. Tatkala orang itu sampai di hadapan saya, saya
buka dua pakaian saya dan saya hadiahkan padanya, padahal waktu itu saya
tidak mempunyai pakaian lain, sehingga saya meminjam pakaian untuk saya
pakai menghadap Rasulullah. Saya berjalan menuju ke tempat Rasulullah.
Di tengah jalan banyak orang yang menyambut saya dengan mengucapkan
selamat atas penerimaan taubat kami, sehingga sampailah saya di masjid
tempat Rasulullah sedang duduk dikerumuni oleh para sahabat. Pada saat
itu seorang sahabat yang bernama Thalhah bin Ubaidillah ra. bangkit dari
duduknya lalu menyam-but saya dan mengucapkan selamat. Demi Allah swt.,
tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang bangkit dari tempat duduknya
selain Thalhah, sehingga saya tidak dapat melupakan sikap Thalhah itu."
Begitulah, dengan sikap itu Thalhah ra. menjadi orang yang menempati
sudut hati Ka'ab bin Malik ra.
Dalam kesempatan lain Rasulullah saw. juga mem-berikan pelajaran pada
kita, yaitu tatkala beliau masuk kota Makkah dan memasuki Masjidil Haram.
Saat itu Abu Bakar ra. datang dengan membimbing bapaknya, Abu Quhafah.
Melihat hal itu Rasulullah bersabda, "Kenapa tidak kau biarkan bapak ini
berada di rumahnya dan saya yang datang ke rumahnya?" Abu Bakar ra.
berkata, "Ya Rasul, beliaulah yang harus mendatangi-mu." Rasulullah
mempersilakan Abu Quhafah duduk di sebelahnya, kemudian Rasulullah
mengusap dada orang tua itu seraya berkata, "Masuklah Islam." Sejak saat
itu bapak tua itu pun menjadi seorang muslim.
Rasulullah juga telah bersabda,
"Tidaklah seorang muslim
masuk rumah saudaranya sesama muslim lalu tuan rumah memberikan bantal
kepadanya sebagai penghormatan, melainkan Allah swt. Mengampuni semua
dosanya."
(HR. Hakim)
Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"janganlah kamu menyuruh
orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian kamu duduk di tempat
itu, tetapi hendaklah kamu saling melapangkan."
(Muttafaqun 'Alaih)
Ibnu Umar sendiri jika ada orang yang berdiri dari tempat duduknya dan
mempersilakannya untuk duduk di tempat itu, ia tidak duduk di tempat
tersebut.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan