16. Mush'ab bin Umair r.a
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Pada dirinya terdapat kemampuan dan sifat dasar yang harus dimiliki oleh
seorang da'i, ditambah lagi dengan wajahnya yang tampan dan
penampilannya yang menarik. Ia adalah duta pertama yang diutus
Rasulullah saw. Kepada penduduk kota Madinah. Tatkala sampai di Madinah,
ia singgah di rumah As'ad bin Zurarah. Sementara itu ada dua orang yang
bernama Sa'adz bin Mu'adz dan Usaid bin Hudhair, keduanya adalah pemimpm
suku Bam Abdil Asyhal dan penganut kepercayaan nenek moyang mereka.
Tatkala mendengar berita tentang Mush'ab bin Umair ra., Sa'ad berkata
kepada Usaid, "Pergilah, temui orang yang telah memasuki wilayah kita
dan mengelabui masyarakat kita yang lemah ltu. Usir keduanya dan jangan
sekali-kali diperbolehkan mendatangi kaum kita. Kalau bukan karena
keberadaan As'ad niscaya aku sudah pergi mendatangi mereka dan tidak
menyuruhmu. Seperti yang kamu ketahui, ia (As'ad bin Zurarah) adalah
anak bibiku."
Usaid mengambil tombaknya lalu pergi mendatangi keduanya. Tatkala As'ad
mengetahui kedatangannya, ia berkata kepada Mush'ab, "Dia adalah seorang
pemimpin suku dan telah mendatangimu, maka berlaku benar-lah kepada
Allah." Mush'ab berkata, "Jika la mau duduk, maka saya akan berbicara
kepadanya." Usaid masuk dan langsung mendamprat (pada saat itu masih
dalam posisi berdiri), "Apa maksud kalian da-tang kapada kami dan mempu
orang-orang yang lemah? Tinggalkanlah kami, jika kalian masih menyayangi
nyawa kalian!"
Setelah selesai, Mush'ab berkata dengan sangat halus,
:'Bagaimana
jika Anda duduk terlebih dahulu dan men-iengarkan perkataan kami? Jika
Anda suka maka ambilah, dan jika Anda tidak suka maka tinggalkanlah,"
Usaid ?erkata, "Anda berlaku adil." Kemudian ia meletakkan ;ombaknya dan
duduk. Mush'ab lalu memberitahukan Ian menjelaskan kepadanya tentang
Islam dan membaca-jan ayat-ayat Al-Qur'an. Keduanya mencentakan, "Demi
Allah, kami sudah nelihat pada wajahnya pancaran cahaya Islam, sebelum a
berkata dengan wajah yang lebih ceria." Kemudian Usaid berkata, "Alangkah
mdahnya ajaran-ajaran ini. Apa yang kalian perbuat tatkala hen-dak
memasuki agama ini?" Keduanya menjawab, "Mandilah dan bersihkan kedua
pakaianmu. Kemudian ucap-kanlah syahadat dan setelah itu dirikanlah
shalat."
Usaid kemudian bangkit untuk mandi dan member-sihkan pakaiannya, lalu
mengucap syahadat dan dilan-jutkan dengan shalat dua rakaat. Kemudian ia
berkata, "Ada seorang laki-laki, jika ia masuk Islam maka seluruh
kaumnya akan mengikutinya. Saya akan menyuruhnya menghadap kalian. Orang
itu bernama Sa'ad bin Mu'adz."
Usaid mengambil tombaknya dan beranjak pergi menemui Sa'ad dan kaumnya.
Ketika menyaksikan kehadiran Usaid yang telah berubah dan saat Usaid
sudah berada di hadapan mereka, Sa'ad bertanya, "Wa-hai Usaid, apa yang
telah kamu perbuat?" Usaid berkata, "Saya telah bertemu dan berbicara
dengan kedua orang itu dan ternyata mereka tidak membahayakan. Saya juga
telah mencegah mereka. Lalu mereka berkata, 'Kami berbuat apa yang Anda
sukai.' Saya telah mendengar berita bahwa Bani Haritsah telah berangkat
menuju rumah As'ad bin
Zurarah.
Untuk membunuhnya dengan tujuan menghinakan dirimu, karena mereka tahu
bahwa As'ad adalah anak bibimu." Dengan marah Sa'ad mengambil tombak dan
berkata, "Wahai Usaid, Demi Tuhan, kamu belum berbuat apa-apa." Kemudian
ia keluar menuju rumah As'ad bin Zurarah. Dan pada akhirnya apa yang
terjadi pada Usaid terjadi pula pada Sa'ad bin Mu'adz.
Demikianlah tatkala Usaid datang dengan marah, Mush'ab justru
menyambutnya dengan senyum dan ketenangan. Sikap imlah yang dapat
melunakkan hati sekeras apa pun. Mush'ab adalah da'i yang membawa
risalah yang amat agung dan suci. Oleh karena itu, dia sangat mengerti
akan sikap yang tepat pada saat yang tepat pula. la tidak terpengaruh
dengan kemarahan Usaid, tetapi justru sebaliknya, la berperilaku dengan
akhlak yang mulia.
Kemudian, Mush'ab berkata dengan perkataan yang lemah lembut dan
menggugah perasaan lawan bicaranya untuk kembali kepada fitrah dan
keadilan, "Bagaimana jika Anda duduk dan mendengarkan perkataan saya?
Jika Anda menyukai perkataan saya, maka ambillah dan jika Anda tidak
menyukai, maka kami akan menjauhkan apa yang Anda benci itu dari diri
Anda." Memang, tatkala menyampaikan dakwahnya, seorang da'i akan melihat
dampak pada wajah mad'unya. Setelah masuk Islam, ia (Usaid in Hudhair)
berubah dari mad'u menjadi seorang da'i. Lalu ia mencari cara agar Sa'ad
mau menemui dan mau mendengarkan perkataan Mush'ab ra. seperti yang
telah ia alami.
"Tidak sempurna iman
seseorang di antara kamu hingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri."
Dikatakan juga bahwa belum sempurna juga iman seseorang sebelum ia
merasa bahagia jika hal yang ia sukai itu terjadi juga pada saudaranya.
Akhirnya Sa'ad pun masuk Islam disertai katimnya, Bani Abdul Asyhal.
As'ad berkata kepada Mush'ab ra., tatkala melihat kedatangan Usaid, "Hai
Mush'ab, ia adalah pemimpin suku maka berlaku jujurlah kepada Allah swt."
Sungguh merupakan sebuah perkataan yang akan tetap langgeng, sebuah
senjata dan sumber kekuatan bagi seorang da'i, "Berlaku jujurlah kepada
Allah swt." Seorang da'I harus berlaku ikhlas hanya mencari ridha Allah
swt., tidak untuk tujuan-tujuan selain Allah. Dengan ikhlas ltulah Allah
akan berkenan membukakan pmtu hidayah- Nya. ltulah makna syiar kita:
"Allah adalah tujuan kami".
Kisah yang terjadi pada Mush'ab ra. bersama Usaid dan Sa'ad memberikan
banyak pelajaran yang berharga. Semua ini terjadi semata-mata atas
hidayah (petunjuk) Allah
'Azzawajalla.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan