Risalah 56-60



📚 Terjemah Kitab Futuuhul Ghaib



Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani



Risalah 56
Bila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan, diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah yang Maha perkasa lagi Maha agung, dan segala suatu sirna dari hatinya. Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat kepada-Nya dan menerima kurnia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tak pernah menutup pintu-pintu itu terhadapnya. Maka sang hamba memilih Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, berkehendak melalui kehendak-Nya, redha dengan keredhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan tak melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tak memenuhi hamba-Nya, dan yang didambakan sama hamba dalam hal ini tak datang kepadanya, kerana keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung. Maka tiada janji atau pun pengingkaran janji dalam hal ini, kerana hal ini ada pada orang yang berkeinginan. Pada maqam ini, janji Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung terhadap orang semacam itu, dapat digambarkan dengan contoh seorang yang berkehendak di dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu pula, Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad saw wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya: "Wahyu yang kami hapuskan atau jadikan terlupakan, Kami gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahawa Allah berkuasa atas segala-nya?"" (QS.2:106)

Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehendak, kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut: " Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini, sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Maha kuasa lagi Maha bijaksana. Andaikan bukan kerana hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan menimpamu siksaan yang besar atas yang kau lakukan."(QS.8:67-68)

Nabi saw adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya; maka Ia menggerakkannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya dengan firman-firman-Nya: "Tidakkah kau tahu bahawa Allah Mahakuasa atas segalanya?" (QS.2:106) Dengan kata lain, kamu berada di samudera ketentuan-Nya, yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang ke sini, kadang ke sana. Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal selain maqam Nabi.


Risalah 57
Segala pengalaman spiritual merupakan pengekangan, sebab sang wali diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu. Segala yang diperintahkan untuk dijaga menimbulkan pengekangan. Berada dalam ketentuan Allah merupakan kemudahan, sebab yang diperintahkan hanyalah memaujudkan diri dalam ketentuan-Nya. Sang wali tak boleh bersitegang dalam masalah ketentuan-Nya. Ia harus selaras dan tak boleh bertentangan dengan segala yang terjadi pada dirinya, entah manis atau pahit. Pengalaman itu terbatas, maka dari itu diperintahkan untuk menjaga pengalaman itu. Di lain pihak, kehendak Allah, yang merupakan ketentuan, tak terbatas.

Isyarat bahawa hamba Allah telah mencapai kehendak-Nya dan kemudahan ialah diperintahkan-Nya ia untuk meminta kenikmatan-kenikmatan setelah diperintahkan untuk mencampakkannya dan menjauh darinya, sebab bila ruhaninya hampa akan kenikmatan, dan yang tinggal dalam dirinya hanyalah Tuhan, maka ia dimudahkan dan diperintahkan untuk meminta, mendambakan dan menginginkan hal-hal yang menjadi haknya dan yang bisa ia peroleh melalui permintaannya akan hal-hal itu, sehingga harga dirinya di mata Allah, kedudukannya dan kurnia Allah Yang Maha perkasa lagi Maha agung, dengan diterimanya doanya, menjadi kenyataan. Menggunakan lidah untuk meminta kenikmatan sangat menunjukkan hal setelah pengekangan dan keluar dari segala pengalaman, kedudukan dan dari upaya keras menjaga batas.

Bila ditolak bahawa lenyapnya kesulitan dalam menjaga hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya: "Abdilah Tuhanmu sampai kematian datang kepadamu." (QS.15:99)

Jawabku ialah bahawa hal ini tak bererti begitu dan takkan begitu, tetapi bahawa Allah amat pemurah dan wali-Nya amat dicintai-Nya, sehingga Dia tak dapat mengizinkannya untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu, menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas hukum. Maka ia terlindung dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tak sedar akan keadaan ini dikeranakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman: "Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya ia adalah salah satu dari hamba-hamba terpilih kami." (QS.12:24)

"Sesungguhnya terhadap hamba-hamba-Ku kau tak berkuasa." (QS.15:42)

"Kecuali hamba-hamba Allah yang dibersihkan." (QS.37:40)

Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan kasih-sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian mendekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya! Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan kasih-sayang sempurna sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan kurnia-kurnia sempurna-Nya melalui tindak kasih-sayang-Nya!


Risalah 58
Butalah terhadap segala hal. Tutuplah matamu terhadap sesuatu pun dari hal-hal itu. Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal itu, maka kurnia dan kedekatan Allah SWT akan tertutup bagimu. Oleh kerana itu, tutuplah segala hal dengan kesedaranmu akan keesaan Allah dan dengan peniadaan diri. Maka akan tampak oleh mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan kedua mata hatimu ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur keyakinan teguhmu. Pada saat itu cahaya ruhanimu akan mewujud pada lahiriahmu bak cahaya sebuah lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya sehingga sisi luar rumah menjadi cerah oleh cahaya dari dalam. Maka diri dan anasir tubuh akan merasa redha dengan janji Allah dan kurnia-Nya.

Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketak-acuhan dan kebodohanmu, agar ia tak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tak bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan tertutup bagimu dan kurnia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran kesyirikanmu. Nah, bila telah kau sedari keesaan-Nya, telah kau lihat kurnia-Nya, kau hanya berharap kepada-Nya dan telah kau butakan dirimu terhadap segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan mengasihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan, akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu kurnia-kurnia, akan menolongmu, akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaan serta dari dirimu sendiri, dan akan membuatmu tiada, sehingga kau takkan melihat baik kemiskinanmu mahupun kekayaanmu.


Risalah 59
Jika kau ditimpa musibah, berupayalah bersabar - ini merupakan hal yang rendah - dan bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi dari yang lain. Mintalah agar kau bisa redha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah dengan kehendak-Nya, dan akhirnya luruhlah di dalam kehendak-Nya; inilah keadaan para badal dan ruhaniwan, orang yang tahu perihal Allah yang Maha kuasa lagi Maha agung. Bila kau mendapat rahmat, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati mahupun anasir tubuh.

Bersyukurlah lidah berupa pengakuan bahawa rahmat berasal dari Allah dan penghindaran dari menisbahkannya kepada orang lain, yang melalui tangan-tangan mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah sarana-sarana sampainya rahmat. Pemberi dan pencipta sejati rahmat iaitu Allah, Yang Maha kuasa lagi maha agung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada yang lain. Misal, orang tak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai pengirim hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah berfirman tentang orang yang tak bersikap selayaknya: "Mereka mengetahui lahiriah kehidupan duniawi, sedang mengenai akhirat, mereka sungguh lalai." (QS 30:7)

Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang pengetahuannya tak melebihi ini, adalah jahil dan rosak fikiran. Istilah fikiran' digunakan untuk orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati terletak pada keyakinan kukuh bahawa segala rahmat, kesenangan dan milikan yang kau punyai, berasal dari Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung, bukan dari selain-Nya. Dan rasa-syukurmu melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana firman-Nya: "Dan apa pun nikmat yang ada padamu, berasal dari Allah." (QS 16:53)

"Dan (Ia) telah menyempurnakan nikmat-Nya padamu lahir dan batin." (QS 31:20)

"Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu menghinggakannya." (QS 14:34)

Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi kurnia selain Allah. Dan bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penggunaan anasir tubuh untuk mematuhi perintah-perintah-Nya guna menjauhi dari ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali makhluk, sebab di situ terdapat penentangan terhadap Allah; ciptaan termasuk dirimu sendiri, keinginanmu, maksudmu, kehendakmu dan segalanya. Patuhlah kepada Allah sepatuh-patuhnya. Jika kau bertindak lain, bererti kau menyimpang dari jalan lurus, menjadi aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang diturunkan bagi hamba-hamba beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan para saleh. Allah Yang Maha kuasa lagi Maha agung berfirman: "Barangsiapa tak menentukan dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim." (QS 5:45)

Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu. Bila kau tak tahan demam, untuk satu jam, di dunia ini, maka bagaimana kau bisa tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya? Menjauhlah, menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah.

Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya, sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat --baik keadaan ditimpa musibah mahupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan kegundahanmu kepada siapa pun, jangan salahkan Tuhanmu di dalam benakmu, dan jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan jangan lari kepada orang guna mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau bererti menyekutukan-Nya.

Tak satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu memberikan mudharat, manfaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan bencana, menyembuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan menjerat oleh ciptaan, baik secara lahiriah mahupun batiniah, sebab mereka takkan menguntungkanmu. Bersabar dan redhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke dalam kehendak-Nya.

Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta tolong kepada-Nya, menunjukkan kerendah-dirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh kepada-Nya akan kejahatan dirimu dan akan penjauhkanmu dari kebenaran, mengesakan-Nya, mengakui rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai berakhirnya musibah dan berganti dengan kurnia-Nya, kemudahan dan kebahagiaan, sebagaimana hal itu terjadi pada diri Nabi Ayub; bak berlalunya gelapnya malam dan datangnya cerahnya siang, dan berlalunya dingin musim dingin, diganti sepoi musim semi dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya ada pertentangan dan akhir. Maka kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalam Sunnah Nabi saw. "Kesabaran adalah keseluruhan iman."

Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu, jika Allah Yang Maha mulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.


Risalah 60
Awal kehidupan ruhani berupa keterlepasan dari kedirian, keberadaan dalam arena hukum, dan kembali kepada kedirian setelah mampu menjaga hukum. Lepaslah dari kedirian, semisal makan, minum, berpakaian, menikah, tempat-tinggal, dan kecenderungan-kecenderungan dan masuklah ke dalam hukum. Ikutilah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman: "Ambillah yang dibawa nabi kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya."

"Katakanlah: jika kau mencintai Allah, ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu." (QS.3:31)

Bila telah terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik lahiriah mahupun batiniah, maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang ada pada lahiriahmu hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini kemudian menjadi sikap, pakaian, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam perjalanan, di rumah, dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala keadaan. Maka dibawalah kau ke lembah-Nya, dan dikendalikan oleh-Nya.

Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu, maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi begini, terlindung dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan dilanggar. Allah berfirman: "Sesungguhnya, telah Kami turunkan pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaga." (QS.15:90)

"Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)

Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya dengan kasih-Nya.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam