44. Strategi Psikologis dalam Forum Dialog Umum
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Terkadang, dalam suatu acara kita dihadapkan pada sesuatu yang mendadak
dan mendesak, serta masalah yang tidak ada kesepakatan sebelumnya.
Bahkan sebagian hadirin tidak pernah kenal sebelumnya. Suatu ketika —dalam
suatu diskusi—, tibatiba pembicaraan berkisar tentang dakwah Ikhwanul
Muslimin. Saya paparkan beberapa pom seputar pemikiran Al-Ikhwanul
Muslimun, sejarah, dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Setelah ceramah,
saya menunggu reaksi para peserta.
Muncullah pertanyaan dari salah seorang peserta, ia mengatakan, "Kita
adalah Ikhwan, apa sikap kita terhadap orang-orang yang menghalangi
dakwah kita? Saya ingin penjelasan tentang pokok-pokok pemikiran Ikhwan
dan sejarahnya sehingga saya dapat membelanya?"
Pada saat yang bersamaan ada peserta lain yang bertanya, "Kalian adalah
Ikhwan. Bagaimana kalian menghadapi tantangan, tuduhan, dan rencana
musuhmusuh dakwah Islam?"
Dari dua tanggapan tersebut, saya menyadari sekali-gus menyimpulkan
bahawa penanya pertama telah dibu-kakan hatinya oleh Allah sehingga
merespon dan merasa mantap terhadap dakwah Ikhwan. Sementara penanya
kedua masih ragu-ragu dan belum mantap menerima manhaj dakwah Ikhwan,
sehingga masih perlu mendapat banyak penjelasan. Maka, langsung saja
saya mengarah-kan perhatian dan pembicaraan kepada penanya kedua dengan
penuh rasa hormat. Saya tidak berusaha mem-bantah dan menghubungkan
pertanyaannya dengan penanya pertama. Seandainya saya melakukan hal itu,
bererti saya telah membuat jarak secara kejiwaan antara keduanya kerana
terjadi perbezaan pemikiran/pendapat.
Sebenarnya, secara kejiwaan seseorang itu tidak menyukai orang lain yang
tidak sependapat dengannya. Saya menyadari bahawa menyampaikan dakwah
pada sekelompok orang yang mempunyai latar belakang dan tujuan
berbeda-beda, kecil kemungkinannya dapat menembus hati dan pikiran
mereka, kerana jumlahnya yang banyak. Yang terjadi justru munculnya
perbezaan pen-dapat dan madzhab. Kerana kebiasaan seorang pembi-cara
adalah mempertahankan pendapatnya, baik ber-dalih kepada kebenaran
maupun kebatilan, sehingga timbullah perdebatan yang tak bermanfaat.
Akan tetapi dakwah fardiyah adalah menyentuh inti permasalahan dan
memberikan kesempatan lebih luas dalam berdialog yang bebas dan tenang
atau dalam baha-sa dakwah
"billati hiya ahsan ",
5ehingga dapat saling tukar pandangan dan adu argumentasi. Dakwah
fardiyah me-rupakan cara untuk saling terbuka, kerana terkadang ada
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat diungkap di depan umum. Seperti
tuduhan-tuduhan buruk yang sempat merasuki pikiran generasi muda, yang
tidak mengetahui hakikat sebenarnya tentang kondisi politik : Kairo yang
dikendalikan oleh musuh-musuh dakwah Islam, yaitu musuh-musuh yang
selalu ingin menutup jalan Allah. Namun, Allah berkuasa terhadap
utusan-Nya, "Tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya."
(Yusuf:21)
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan