13. Tidak Berlaku Dzalim



📚 Terjemah Kitab Minah As-Saniyah (Menjadi Kekasih Tuhan)



Seorang murid (orang yang hendak berjalan menuju Tuhan) harus menghindarkan diri dari perbuatan dzolim, terutama kepada orang lain. Ini adalah masalah serius yang tidak akan dibiarkan oleh Tuhan.

Adapun dzolim pada diri sendiri (selain syirik) walau hal itu tetap tercatat, tidak akan diperdulikan oleh Allah, kalau mau bertaubat. Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Menurut Ali Al-Khowas, berbuat dzolim terhadap orang lain ada tiga macam;

  1. Berhubungan dengan badan,
  2. Berhubungan dengan harta
  3. Berhubungan dengan harga diri atau kehormatan.

Dzolim yang berhubungan dengan badan, seperti pembunuhan, pemukulan dan lain-lain, hukumannya telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Yang berhubungan dengan harta, hal ini tidak akan bisa selesai kecuali dengan mengembalikan harta yang diambil kepada pemiliknya yang sah, atau kepada ahli warisnya. Bila yang berhak telah meninggal, ia harus banyak sedekah dengan atas nama orang yang didzolimi. Bila tidak mampu, harus banyak berbuat baik yang nantinya bisa digunakan sebagai pembayaran ganti rugi kepada yang dirugikan. Bila tidak, maka ia hendaknya bersiap-siap untuk menanggung dosa dan tuntutan orang yang disakiti, di akherat kelak.

"Sungguh, siapa yang mempunyai kebaikan (tetapi pernah menyakiti orang lain) akan diambil kebaikannya untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dirugikan. Bila tidak mempunyai kebaikan (atau kebaikannya habis) maka dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah disakiti ditimpakan kepada orang tersebut. Sedemikian, sehingga ia tidak mempunyai apa-apa kemudian dilemparkan kedalam neraka" (Al- Hadits).

Adapun pendzoliman yang berhubungan dengan harga diri dan kehormatan, maka hal itu bisa dijelaskan sebagai berikut. Bila perbuatan dzolim itu berhubungan dengan gunjingan, hal itu ada kalanya sudah sampai (didengar) oleh yang digunjing, atau belum. Bila sudah didengar, maka orang yang menggunjing harus segera datang dan minta maaf. Bila belum, maka yang bersangkutan harus banyak memintakan ampun atas orang yang didzolimi. Tidak perlu datang dan minta maaf, sebab hal itu justru malah akan menimbulkan dendam dan kemarahan.

Selain itu, ada juga perlakukan dzolim yang samar; apakah ia dzolim pada diri sendiri, atau dzolim pada orang lain, seperti zina. Disini perlu diperhatikan. Bila orang yang dizina (fihak perempuan) mengajak dahulu, maka itu berarti dzolim pada diri sendiri. Sebaliknya, bila fihak laki-laki merayu dan memaksa wanita untuk melakukan zina, maka itu berarti juga dzolim pada orang lain. Laki laki itu telah merusak kehormatan wanita, merusak kehormatan keluarganya dan merusak masa depannya. Kehormatan adalah sesuatu yang sangat penting. Tanggung jawabnya lebih berat daripada soal harta.

Abu Al-Mawahib As-Syadzili menyatakan, banyak murid
yang tidak bisa naik ke Hadlirat Ilahy karena persoalan ini; terjerumus dalam soal harga diri orang lain, seperti menggunjing dan lain-lain. Maka, siapa yang terlanjur menggunjing orang lain, hendaknya ia membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falq dan An-Nas. Niatkan pahala bacaan tersebut pada orang yang disakiti atau didzolimi.

Rasul pernah bersabda; "Keburukan menggunjing dan pahala (surat-surat diatas) akan dating kehadapan Allah. Saya berharap, keduanya akan seimbang".

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam