8. Tiga Karakteristik Manusia
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Dalam kehidupan ini manusia dapat diklasifikasi dalam tiga kategori,
iaitu:
🔹1. Manusia yang
Berperilaku dengan Akhlak Islamiah
Ia adalah orang yang rajin beribadah dan rajin ke masjid. Orang yang
seperti ini harus dinomborsatukan, kerana mereka lebih dekat dengan
dakwah kita, sehingga tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan untuk
mengajak mereka pun tidak banyak kesulitan,
insya Allah.
🔹2. Manusia yang
Berperilaku dengan Akhlak Asasiyah
Ia adalah orang yang tidak taat beragama, tetapi tidak mahu
terang-terangan dalam berbuat maksiat kerana ia masih menghormati harga
dirinya. Orang-orang semacam ini menempati urutan kedua.
🔹3. Manusia yang
Berperilaku dengan Akhlak Jahiliah
Ia adalah orang yang bukan dari golongan pertama atau kedua. Dialah
orang yang tidak peduli terhadap orang lain, sedang orang lain
mencibirnya kerana perbuatan dan perangainya yang jelek. Rasulullah saw.
bersabda, "Sesungguhnya
sejelek-jelek tempat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang
yang ditinggalkan (dijauhi) masyarakatnya kerana takut dengan
kejelekannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan inilah yang disebut dalam sabda Rasulullah saw. sebagai:
"Sejelek-jelek teman
bergaul".
(HR. Muslim)
Orang-orang semacam ini menempati urutan terakhir dalam prioritas dakwah
fardiyah. Ada seseorang berdin di bawah pohon epal yang sedang berbuah
lebat. Jika ia ingin memetik, ia terlebih dulu memetik buah yang dapat
dijangkau dengan tangannya. Jika sudah habis, dan tinggal yang paling
atas, maka jika dapat dijangkau buah itu akan dipetik dan kalau tidak,
buah tersebut tidak akan terpetik. Bukan bererti seorang da'i harus
tetap berpegang dan terikat dengan urutan ini, kerana kadangkala keadaan
bisa mengubah pandangannya dalam hal ini —dengan izin Allah— seperti
yang terjadi pada Umar bin Khathab ra., Khalid bin Wahd ra., Amr bin Ash
ra., dan yang lain.
Ada seseorang yang pergi ke pantai untuk memancing ikan dengan membawa
peralatan pancing. Menurut pengalamannya, dengan peralatan yang ia bawa
itu hanya akan mendapatkan ikan-ikan kecil. Tetapi pada saat itu ia
terkejut kerana mendapatkan ikan yang besar. Ada beberapa pemuda dari
daerah Bulaq, Kairo, yang berkeliling mencari tanah yang kosong untuk
digunakan sebagai tempat peringatan Maulid Nabi Muhammad saw., yang akan
dihadiri oleh Imam Hasan Al-Banna sebagai pembicara. Di sebelah warung
makan, mereka menjumpai tanah lapang, lalu mereka bertanya kepada
pemilik warung makan tersebut. Pemilik warung itu adalah Ustadz Ibrahim
Karrum, seorang tokoh dari daerah Bulaq yang disegani oleh pemerintah
yang berkuasa pada waktu itu dan disegani pula oleh kawan sendiri.
Setelah mengetahui maksud dan tujuan pemuda-pemuda itu, beliau
menyambutnya dengan sambutan yang luar biasa dan menyatakan kesediaannya.
Setelah mereka kembali, mereka menceritakan kejadian yang baru saja
mereka alami kepada Ustadz Hasan Al-Banna.
Ketika Ustadz Al-Banna berangkat untuk berceramah dalam acara tersebut,
terlebih dahulu beliau mengunjungi Ustadz Ibrahim Karrum dan mengucapkan
terima kasih atas kebaikannya. Begitu pula tatkala beliau mulai
berceramah, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ibrahim
Karrum untuk kedua kalinya.
Sejak saat itu, Ustadz Ibrahim aktif dalam Jamaah Ikhwanul Muslimin.
Pada bulan Maret 1954 M. beliau memimpin demonstrasi akbar terhadap
Jamal Abdun Naser. Mereka menuntut agar Presiden Muhammad Najib
dipulangkan ke Mesir dan anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara
dibebaskan. Beliau juga pernah dipenjara bersama anggota Ikhwanul
Muslimin yang lain. Semoga Allah swt. Memberikan rahmat kepadanya.
Tatkala seorang da'i melihat beberapa pemuda — yang wajah mereka
menyiratkan ketaatan— maka ia berkeinginan untuk berkenalan dan mengajak
mereka ke jalan dakwah. Yang perlu diperhatikan adalah dalam mendekati
mereka dibutuhkan langkah yang cermat, kerana biasanya pemuda-pemuda ini
mempunyai seseorang yang, mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i
dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan pemuda-pemuda itu
mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai
da'i, ia tidak boleh putus asa. Ia harus mendekati salah satu pemuda —di
antara pemuda-pemuda tadi— yang pemahamannya terhadap dakwah islamiah
lebih mantap, bergaul dengannya — dan juga yang lain— dengan sabar dan
penuh kasih sayang tanpa menyinggung permasalahan yang dapat menyebabkan
hubungan itu terganggu. Jika —dengan izin Allah— pemuda itu mahu
menerima ajakan kita, ini akan sangat membantu usaha kita untuk mengajak
teman-temannya yang lain.
Pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari
bahawa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima
ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah
rahmat dari Allah. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah. Allah
berfirman, "Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberikan petunjuk kepada orang yang kamu cintai,
tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada yang dikehendaki-Nya dan
Allah lebih mengetahui orang-orangyang mahu menerima petunjuk."
(Al-Qashash: 56)
Ayat ini menjelaskan bahawa walaupun kita memberikan segenap hati kita
untuk mengajak mad'u kita, tetapi hanya Allah-lah yang berhak
membolak-balikkan hati orang tersebut. Seorang tukang roti berdin di
depan forn
(tempat pembakaran roti), sambil memasukkan potongan-potongan roti ke
dalamnya. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengeluarkan roti yang
sudah matang dan membolak-balikkan yang belum matang. Setiap kali ada
roti yang sudah matang, ia akan mengeluarkannya. Bisa dipastikan bahawa
ada beberapa potong roti yang jatuh ke dalam api dan terbakar. Inilah
keadaan da'i tatkala berdakwah di masyarakat; ia memberi sekaligus
menerima (give
and take).
Suatu saat ia mendekat dan pada saat yang lain ia menjauh.
Ia akan memberi kepada setiap orang sebagaimana seorang doktor yang
memberikan ubat dengan berlaku sabar. Setelah selang beberapa waktu, di
antara mereka sudah ada yang tersinari oleh cahaya iman (inilah roti
yang telah matang), ada yang menyambut ajakan tersebut kerana perasaan
takut, ada yang menyambut ajakan tersebut kerana malu, ada yang bersikap
angin-anginan, ada pula yang menjauh, dan bahkan ada yang berlaku tidak
baik terhadap sang da'i. Untuk menghadapi mereka itu, kita tidak boleh
putus asa, tetapi harus terus berusaha sehingga yang ditunggu-tunggu
dapat dipetik, disertai doa agar Allah membukakan hati mereka.
Adapun da'i yang menghabiskan waktunya hanya untuk satu orang dengan
harapan agar orang tersebut mahu menerima ajakannya adalah tidak benar.
Orang tersebut akan merasa bahawa dirinya diajak dengan cara yang sangat
berlebihan, sehingga ia akan berprasangka buruk, dan bisa jadi ia akan
lari dari ajakan itu, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Allah
swt. Kaedah yang harus kita perhatikan adalah: "Ambillah yang mudah dan
tinggalkan yang sulit, jika ada yang mudah".
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan