0. Muqodimah Dan Biografi Syekh Zarnuji Pengarang Kitab Talim Mutaalim


πŸ“š Terjemah Kitab Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum



Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat harkat derajat manusia dengan ilmu dan amal, atas seluruh alam. Salawat dan Salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad saw, pemimpin seluruh umat manusia, dan semoga pula tercurah atas keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.

Kalau saya memperhatikan para pelajar (santri) , sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengalaman dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat- syaratnya mereka tinggalkan. karena, barang siapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu saya ingin menjelaskan kepada santri cara mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang saya baca dan menurut nasihat para guru saya yang ahli ilmu dan hikmah.

Dengan harapan semoga orang-orang yang tulus ikhlas mendo’akan saya sehingga saya mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akherat. Begitu do’a saya dalam istikharah ketika akan menulis kitab ini.

Kitab ini saya beri nama Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum . Yang terdiri dari tiga belas Bab.

Tidak ada penolong kecuali Allah, hanya kepada-Nya saya berserah diri, dan kehadirat-Nya aku kembali.

Biografi Syekh Zarnuji Pengarang Kitab Talim Mutaalim

​Di kalangan pesantren, khususnya pesantren tradisional, nama Al-Zarnuji tidak asing lagi ditelinga para santri.

Al-Zarnuji dikenal sebagai tokoh pendidikan Islam. Kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim merupakan kitab sangat popular yang wajib dipelajari di pesantren-pesantren. Bahkan para santri wajib mengkaji dan mempelajari kitab ini sebelum membaca kitab-kitab lainnya. Tapi siapa sebenarnya al-Zarnuji itu? Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhan al-Din Ibrahim al-Zarnuji al-Hanafi.

Nama lain yang disematkan kepadanya adalah Burhan al-Islam dan Burhan al-Din. Namun, hingga kini belum diketahui secara pasti waktu dan tempat lahirnya al-Zarnuji. Nama “al-Zarnuji” sendiri dinisbatkan pada suatu tempat bernama Zurnuj, sebuah tempat yang berada di wilayah Turki. Sementara kata “al-Hanafi” diyakini dinisbatkan kepada nama mazhab yang dianutnya, yakni mazhab Hanafi.

Perjalanan kehidupan al-Zarnuji tidak dapat diketahui secara pasti. Meski diyakini ia hidup pada masa kerajaan Abbasiyah di Baghdad, kapan pastinya masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Al-Quraisyi menyebut al-Zarnuji hidup pada abad ke-13 M. Sementara para orientalis seperti G.E. Von Grunebaun, Theodora M. Abel, Plessner dan J.P. Berkey meyakini bahwa al-Zarnuji hidup dipenghujung abad 12 dan awal abad 13 M.

Al-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, dua tempat yang disebut-sebut sebagai pusat keilmuan, pengajaran dan sebagainya. Semasa belajar, al-Zarnuji banyak menimba ilmu dari; syeikh Burhan al-Din, pengarang buku al-Hidayah; Khawahir Zadah, seorang mufti di Bukhara; Hamad bin Ibrahim, seorang yang dikenal sebagai fakih, mutakallim, sekaligus adib; Fakhr al-Islam al-Hasan bin Mansur al-Auzajandi al-Farghani; al-Adib al-Mukhtar Rukn al-Din al-Farghani yang dikenal sebagai tokoh fikih dan sastra; juga pada Syeikh Zahir al-Din bin ‘Ali Marghinani, yang dikenal sebagai seorang mufti.

Karya termasyhur al-Zarnuji adalah Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum , sebuah kitab yang bisa dinikmati dan dijadikan rujukan hingga sekarang.

Menurut Haji Khalifah, kitab ini merupakan satu-satunya kitab yang dihasilkan oleh al-Zarnuji . Meski menurut peneliti yang lain, Ta’lim al-Muta’allim , hanyalah salah satu dari sekian banyak kitab yang ditulis oleh al-Zarnuji . Seorang orientalis, M. Plessner, misalnya, mengatakan bahwa kitab Ta’lim al-Muta’allim adalah salah satu karya al-Zarnuji yang masih tersisa. Plessner menduga kuat bahwa al-Zarnuji memiliki karya lain, tetapi banyak hilang, karena serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan terhadap kota Baghdad pada tahun 1258 M. Pendapat Plessner ini dikuatkan oleh Muhammad ‘Abd Qadir Ahmad. Menurutnya, minimal ada dua alasan bahwa al-Zarnuji menulis banyak karya, yaitu: pertama, kapasitas al-Zarnuji sebagai pengajar yang menggeluti bidang kajiannya. Ia menyusun metode pembelajaran yang dikhususkan agar pasa siswa sukses dalam belajarnya. Tidak masuk akal bagi al-Zarnuji , yang pandai dan bekerja lama di bidangnya itu, hanya menulis satu buku. Kedua, ulama-ulama yang hidup semasa al-Zarnuji telah menghasilkan banyak karya. Karena itu, mustahil bila al-Zarnuji hanya menulis satu buku. Tentang ada tidaknya karya lain yang dihasilkan al-Zarnuji sebenarnya dilukiskan al-Zarnuji sendiri dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim , yang dalam salah satu bagiannya ia mengatakan: “…kala itu guru kami syeikh Imam ‘Ali bin Abi Bakar semoga Allah menyucikan jiwanya yang mulia itu menyuruhku untuk menulis kitab Abu Hanifah sewaktu aku akan pulang ke daerahku, dan aku pun menulisnya.

Hal ini bisa memberikan gambaran bahwa al-Zarnuji sebenarnya mempunyai karya lain selain kitabnya yang berjudul Ta’lim al-Muta’allim . Telepas dari perdebatan itu, al-Zarnuji merupakan tokoh yang telah memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan pendidikan Islam. Karyanya, patut dikaji dan dipelajari.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam