15. Kasih Sayang



📚 Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)



Pada suatu hari, Rasulullah Saw berkata di hadapan para sahabat, “Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kita semua penyayang?” Beliau menjawab, “Penyayang itu bukan orang yang menyayangi dirinya saja, melainkan orang yang menyayangi dirinya dan orang lain.”

Makna kasih sayang kepada dirinya adalah khawatir akan turunnya adzab Allah Swt dengan cara meninggalkan kemaksiatan dan bertobat darinya serta mengerjakan ketaatan-ketaatan dan mengikhlaskannya. Adapun makna menyayangi orang lain adalah tidak berusaha menyakiti kaum Muslim. Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang dikatakan Muslim apabila orang lain terhindar dari gangguan tangan dan lidahnya.”

Hendaklah juga menyayangi binatang. Karena itu, janganlah memikulkan kepadanya beban yang tidak mampu dipikulnya. Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Ketika seseorang berjalan dalam suatu perjalanan, dia merasakan sangat haus. Lalu, dia menemukan sumur dan turun ke dalamnya untuk mengambil air. Ketika hendak minum, tiba-tiba terlihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Orang itu berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku. Lalu, dia mengisi sepatunya dengan air dan membawanya ke atas dengan mulutnya, kemudian diberikannya pada anjing itu. Allah Swt bersyukur kepadanya, lalu mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami mendapat pahala karena menyayangi binatang?” Beliau menjawab, “Dalam kasih sayang kepada setiap yang bernyawa terdapat pahala.”

Anas bin Malik meriwayatkan: Ketika pada suatu malam ‘Umar Ra meronda, tiba-tiba dia melewati sekumpulan orang yang telah tertidur. ‘Umar khawatir kalau-kalau datang pencuri kepada mereka. Kemudian, dia menemui ‘Abdurrahman bin ‘Auf Ra. ‘Abdurrahman bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang terjadi padamu pada saat seperti ini?” ‘Umar menjawab, “Aku tadi melewati sekumpulan orang yang telah tertidur. Aku khawatir datang pencuri kepada mereka. Marilah kita pergi untuk menjaga mereka.” Mereka berdua pun pergi. Lalu, duduk tidak jauh dari tempat tidur sekumpulan orang itu untuk menjaga mereka. Ketika terbit fajar, ‘Umar memanggil mereka, “Wahai saudara-saudara, shalatlah.” Ketika melihat mereka telah bangun, dia pun pulang.

Karena itu, hendaklah kita mengikuti para sahabat Ra. Allah Swt telah memuji mereka dengan firman-Nya,… mereka saling mengasihi. Mereka berkasih sayang kepada sesama Muslim dan kepada seluruh manusia. Mereka pun berkasih sayang kepada ahli dzimmi (minoritas non-Muslim).

Telah diriwayatkan dari ‘Umar Ra, bahwa dia melihat seorang laki-laki ahli dzimmi sedang meminta-minta di depan pintu rumah seseorang. Peminta-minta itu adalah seorang laki-laki yang sudah tua renta. Kemudian, ‘Umar berkata kepadanya, “Bukankah kami telah berbuat adil kepadamu? Kami mengambil jizyah (pajak perlindungan) darimu ketika kamu masih muda, lalu kini kami membebaskannya darimu.” Kemudian, ‘Umar memerintah agar diberikan keadanya bahan makanan dari Baitul Mal milik kaum Muslim.

Al-Hasan meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw bahwa beliau bersabda, “Para badal (budala, wali pengganti) umatku masuk surga bukan karena mereka banyak mengerjakan shalat, tidak pula karena banyak berpuasa, tetapi mereka masuk surga karena kelapangan dada, kemurahan hati, dan kasih sayang kepada semua kaum Muslim.”

Di tempat lain, Rasulullah Saw bersabda, “Orang-orang yang mengasihi akan disayangi al-Rahman. Karena itu, kasihilah siapa saja yang ada di muka bumi, niscaya penghuni langit mengasihimu.” Tentang hal yang sama, beliau bersabda, “Barangsiapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi. Barangsiapa yang tidak memaafkan, dia tidak akan diampuni.”

Malik bin Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Ada empat hak kaum Muslim yang harus Anda penuhi, yaitu menampakkan kebaikan mereka, memaafkan kesalahan mereka, menjenguk orang sakit di antara mereka, dan mencintai orang yang bertobat.”

Diriwayatkan bahwa Musa As bertanya kepada Tuhannya, “Wahai Tuhanku, dengan apa Engkau jadikan aku orang yang jernih?” Allah menjawab, “Dengan kasih sayangmu kepada makhluk-Ku.”

Abu al-Darda' Ra meriwayatkan bahwa dia pernah mengikuti seorang anak kecil. Anak itu membeli beberapa ekor burung lalu melepaskannya. Anak itu berkata, “Pergilah, maka hiduplah kamu.”

Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam kasih sayang, saling cinta, dan saling menyambung silaturahim di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, anggota tubuh yang lain merasakan demam dan [menyebabkan] sulit tidur.”

Ada sebuah kisah. Seorang ahli ibadah dari Bani Israil melewati bukit pasir. Ketika itu, Bani Israil sedang ditimpa bencana kelaparan. Dalam hatinya dia berharap bahwa kalau bukit ini menjadi tepung maka kenyanglah perut Bani Israil. Kemudian, Allah mewahyukan kepada Bani Israil agar menyampaikan kepada orang itu, “Allah telah mewajibkan pahala bagimu yang kalau menjadi tepung, maka kenyanglah perut seluruh manusia.” Oleh karena itu, Rasulullah Saw bersabda, “Niat orang Mukmin itu lebih baik daripada perbuatannya.”

Pada suatu hari ‘Isa As keluar rumah. Dia bertemu dengan iblis yang sedang membawa madu di tangan kanannya dan debu di tangan kirinya. ‘Isa As bertanya, “Wahai musuh Allah, apa yang engkau kerjakan dengan madu dan debu ini?” Iblis menjawab, “Madu ini aku oleskan pada mulut orang-orang yang sedang bergunjing sehingga mereka larut dalam pergunjingan. Adapun debu ini aku lemparkan ke wajah anak-anak yatim sehingga orang-orang membenci mereka.”

Rasulullah Saw bersabda, “Jika anak yatim dipukul, berguncanglah ‘Arsy al-Rahman karena tangisannya. Lalu, Allah ‘Azza wa Jalla berkata, ‘Wahai para malaikatku, apa yang membuat menangis anak yang ditinggalkan kedua orangtuanya ke dalam tanah?”

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang melindungi anak yatim hingga memberinya makan dan minum, Allah mewajibkan baginya surga.”

Dalam Raudhah al-‘Ulama’ disebutkan, “Ketika Ibrahim As hendak makan, dia berjalan satu atau dua mil mencari teman untuk makan bersama.”

Pada suatu hari, Imam ‘Ali Kw menangis. Lalu dia ditanya, “Apa gerangan yang membuatmu menangis?” Dia menjawab, “Sudah tujuh hari ini tidak datang tamu ke rumahku. Aku takut Allah akan menghinakanku.”

Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan seseorang yang sedang lapar karena mengharap ridha Allah, wajiblah surga baginya. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak memberi makan orang yang sedang lapar, pada hari kiamat Allah akan menahan karunia-Nya dan mengadzabnya dalam neraka.”

“Kedermawanan itu dekat kepada Allah, dekat ke surga, dan dekat kepada manusia, serta jauh dari neraka. Adapun kebakhilan itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, tetapi dekat ke neraka.”

“Orang jahil yang dermawan lebih Allah sukai daripada ahli ibadah yang kikir.”

Di tempat lain, beliau bersabda, “Pada hari kiamat ada empat orang yang masuk surga tanpa dihisab, yaitu ulama yang mengamalkan ilmu­nya, orang berhaji yang tidak berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan hingga meninggal, syuhada yang terbunuh dalam peperangan untuk mengagungkan nama Allah, dan orang dermawan yang mencari harta yang halal dan menginfakkannya di jalan Allah tanpa perasaan riya. Mereka berebutan satu sama lain, siapa yang terlebih dulu masuk surga.”

Ibn ‘Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt memiliki hamba-hamba yang dikhususkan dalam pemberian kenikmatan untuk dimanfaatkan oleh hamba-hamba yang lain. Karena itu, barangsiapa yang bakhil untuk memberikannya kepada mereka, niscaya Allah mengambil darinya dan memberikannya kepada orang lain.”

Diriwayatkan dalam sebuah hadis: “Kedermawanan adalah salah satu pohon di antara pohon-pohon surga. Dahan-dahannya menjulur ke bumi. Bagi yang mengambil salah satu dahannya, itu akan memandunya ke surga.”

Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah ditanya, amalan apa yang paling utama. Nabi Saw menjawab, “Kesabaran dan lapang dada.”

Al-Miqdam bin Syurayh Ra meriwayatkan hadis dari bapaknya yang diterima dari kakeknya. Katanya, “Aku bertanya kepada Nabi Saw, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku jalan yang dapat memasukkanku ke surga.’ Beliau menjawab, ‘Di antara hal-hal yang mendatangkan ampunan adalah memberi makan (orang miskin), menyebarkan salam, dan bertutur kata baik.”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam