16. Tidak Zalim



📚 Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)



Allah Swt berfirman, Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik, mengingat Allah sebanyak-banyaknya dan mendapat kemenangan sesudah dizalimi. Dan orang-orang yang zalim itu nanti mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali (QS al-Syu’ara’ [26]: 227).

Rasulullah Saw bersabda, “Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” Di tempat lain, Beliau bersabda, “Barangsiapa berbuat zalim dengan sejengkal tanah, pada hari kiamat Allah membebaninya dengan tujuh lapis tanah.”

Seorang ulama salaf berkata, “Janganlah kau zalimi orang-orang lemah (dhu‘afa). Jika menzalimi mereka, kamu termasuk orang-orang kuat yang jahat.”

Jabir Ra meriwayatkan: Ketika orang-orang yang berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) kembali kepada Rasulullah Saw, beliau bertanya, “Akankah kalian memberitahukan kepadaku ketakjuban yang lain yang kalian lihat di tanah Habasyah?” Qutaybah—dan di tengah mereka ada ‘Ali Ra menjawab, “Wahai Rasulullah, ketika pada suatu hari kami sedang duduk-duduk, tiba-tiba lewat di hadapan kami seorang nenek-nenek dari penduduk Habasyah sambil memikul sebuah tempat air di kepalanya. Lalu, dia melewati seorang anak muda yang juga penduduk Habasyah. Anak muda itu menepuk pundak nenek tersebut dan mendorongnya hingga terjatuh sehingga tempat airnya pecah. Ketika nenek itu berdiri, dia memandang kepada anak muda itu dan berkata, ‘Engkau akan tahu, wahai pendurhaka, Allah perlihatkan al-Kursiy dan mengumpulkan orang-orang terdahulu, kemudian tangan dan kaki mengatakan apa yang telah mereka lakukan. Kelak engkau akan tahu perkaraku dan perkaramu.”

Kemudian, Rasulullah Saw bersabda, bahwa ada lima orang yang Allah murkai. Jika Dia berkehendak, Dia menimpakan kemurkaan-Nya kepada mereka di dunia. Jika tidak, pada hari kiamat, Dia menempatkan mereka di neraka. Mereka itu adalah pertama, pemimpin kaum yang merampas hak rakyat, tidak berbuat adil terhadap mereka, dan tidak mencegah penganiayaan kepada mereka. Kedua, pemimpin kaum yang ditaati, tidak berlaku adil di antara orang-orang kuat dan orang-orang lemah, dan berbicara menurut hawa nafsu. Ketiga, seseorang yang tidak menyuruh keluarga dan anaknya agar taat kepada Allah dan tidak mengajarkan ajaran-ajaran agama kepada mereka. Keempat, seseorang yang mempekerjakan buruh tetapi tidak membayarkan upahnya. Kelima, seseorang yang berbuat zalim dengan tidak memberi nafkah istrinya.

Abdullah bin Salam Ra berkata, “Ketika Allah menciptakan makhluk, mereka berdiri di atas kaki, dan kepala mereka ditengadahkan ke langit. Mereka berkata, ‘Wahai Tuhanku, bersama siapakah Engkau?’ Allah menjawab, ‘Bersama orang yang teraniaya hingga dikembalikan kepadanya haknya.”’

Wahab bin Munabbih Ra berkata, “Seorang pembesar membangun sebuah istana. Lalu, datang seorang nenek tua yang miskin dan membangun gubuk kecil tempat tinggalnya di samping istana itu. Pada suatu hari, pembesar itu menunggang kuda dan mengelilingi istananya. Kemudian, dia melihat ada sebuah gubuk. Dia bertanya, ‘Milik siapa gubuk ini?’ Ada yang menjawab bahwa gubuk itu tempat tinggal seorang nenek tua. Dia memerintahkan pengawalnya untuk menghancurkan gubuk itu. Kemudian, nenek tua itu datang dan melihat gubuknya telah hancur. Nenek itu bertanya, ‘Siapa yang telah menghancurkannya?’ Ada yang menjawab bahwa pembesarlah yang telah menghancurkannya. Lalu, dia menengadahkan kepalanya ke langit dan berdoa, ‘Wahai Tuhanku, aku ini teraniaya, di mana Engkau berada?’ Segera Allah menyuruh malaikat Jibril untuk membalikkan istana itu beserta seluruh isinya.”

Abu Umamah Ra berkata, “Pada hari kiamat, seorang zalim didatangkan hingga ketika berada di atas jembatan Neraka Jahanam, dia ditemui seseorang yang pernah dia aniaya. Orang-orang yang teraniaya terus-menerus menuntut orang-orang zalim hingga tidak ada lagi kebaikan di tangan orang-orang zalim itu. Jika orang-orang yang teraniaya tidak menemukan kebaikan di tangan orang-orang zalim, mereka memikulkan kejelekan-kejelekan mereka ke pundak orang-orang zalim menurut kadar kezaliman mereka sehingga mereka dilemparkan ke dasar neraka.”

Abdullah bin Anis berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Pada hari kiamat, semua hamba dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki dan telanjang. Lalu, ada seruan yang suaranya terdengar dari jauh seperti yang terdengar dari dekat, ‘Akulah Raja yang disembah, yang tidak membutuhkan siapa pun dari penghuni surga agar masuk surga dan tidak membutuhkan seorang pun dari penghuni neraka agar masuk neraka, dan di sisinya ada keteraniayaan hingga tamparan dan selebihnya. Tuhanmu tidak menzalimi siapa pun.” Lalu, kami bertanya, “Wahai Rasulullah, Bagaimana kami datang dalam keadaan tanpa alas kaki dan telanjang?” Beliau menjawab, “Bagi kebaikan dan kejelekan ada balasan yang setimpal. Tuhanmu tidak menzalimi siapa pun.”

Dikisahkan bahwa seorang Kisra mengambil seorang guru untuk mengajari dan mendidik anaknya. Pada suaru hari, setelah anak itu dewasa dan memperoleh banyak ilmu, guru itu memukul anak tersebut dengan pukulan yang sangat keras tanpa kesalahan dan sebab apa pun. Anak itu pun menaruh dendam kepada gurunya hingga dia dewasa dan diangkat menjadi raja sepeninggal ayahnya. Lalu, dia memanggil gurunya dan bertanya, “Mengapa dulu engkau memukulku dengan pukulan yang sangat keras tanpa kesalahan dan sebab apa pun?” Guru itu menjawab, “Ketahuilah, wahai Raja, sepeninggal ayahmu, aku ingin engkau merasakan pukulan sehingga di kemudian hari engkau tidak tega menzalimi siapa pun.” Raja itu berkata, “Kalau begitu, semoga Allah membalasmu dengan balasan yang lebih baik.” Lalu, raja itu mempersilahkan gurunya pulang.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam