19. Hari Akhir



📚 Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)



Allah Swt berfirman, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. (QS al-Takatsur [102]: 5).

Yakni, kalau kalian tahu perkara kiamat, niscaya hal itu memalingkan kalian dari menumpuk-numpuk harta dan membanggakan diri, pastilah kalian mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi kalian, dan kalian tinggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat.

Ada yang mengatakan bahwa kalau kalian benar-benar mengetahui dengan ‘ilmal-yaqin, sebagaimana Rasul Saw mengetahuinya, bahwa harta dan kebanggaan diri tidak bermanfaat bagi kalian pada hari kiamat. Tidaklah kalian membanggakan diri dengan harta yang banyak, tetapi hal itu menyebabkan kalian melihat Neraka Jahim. Tuhan bersumpah bahwa kalian pasti melihat neraka dan kerasnya hari kiamat. Kemudian, kalian pasti melihatnya dengan ‘ayn al-yaqin. Yakni, kalian melihat Neraka Jahim itu dengan penglihatan yang merupakan keyakinan itu sendiri, kesaksian yang tidak ada keraguan.

Jika ditanya, “Apa perbedaan antara ‘ilmal yaqin dengan ‘ayn al-yaqin?” Jawabannya, ilmal yaqin adalah milik para nabi dengan kenabian mereka. Adapun ‘ayn al yaqin adalah milik para malaikat, karena mereka melihat surga, neraka, lauh (catatan azali), al-qalam (pena), ‘Arsy (Singgasana), dan al-Kursi (Kekuasaan). Jika mau, engkau bisa mengatakan bahwa ‘ilm al-yaqin adalah pengetahuan tentang kematian dan kubur, serta milik orang-orang mati di dalam kubur, tetapi tidak mengetahui bagaimana keadaan mereka di sana. Adapun ‘ayn al-yaqin adalah milik orang-orang mati karena mereka melihat kubur, baik berupa taman di antara taman-taman surga maupun jurang di antara jurang-jurang neraka. Jika mau, engkau juga bisa mengatakan bahwa ‘ilm al-yaqin adalah pengetahuan tentang kiamat dan ‘ayn al-yaqin adalah melihat kiamat itu sendiri dengan segala ketakutannya. Jika mau, engkau juga bisa mengatakan bahwa ‘ilm al-yaqin adalah pengetahuan tentang surga dan neraka, sedangkan ‘ayn al-yaqin adalah penglihatan: Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia) (QS al-Takatsur [102]: 8).

Pada hari kiamat pasti kalian ditanyai tentang kenikmatan dunia berupa kesehatan badan, pendengaran, penglihatan, mata pencaharian, serta kelezatan makanan, minuman, dan sebagainya. Apakah telah kalian tunaikan syukurnya kepada Pemilik-Nya, dan dengannya kalian mengenal-Nya atau justru dengan kenikmatan itu kalian kufur terhadap-Nya.

Ibn Abi Hatim dan Ibn Mardawayh meriwayatkan hadis dari Zayd bin Aslam dari bapaknya: Rasulullah Saw membaca ayat, Hedonisme telah melalaikanmu yakni, tentang berbagai kenikmatan sampai kamu masuk ke dalam kubur yakni, hingga kematian datang kepadamu. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat- akibat perbuatanmu itu) yakni, kalau kalian telah masuk ke dalam kubur dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui yakni, kalau kalian telah keluar dari kubur menuju tempat kalian berkumpul (Mahsyar, Tanah Lapang). Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin yakni, kalau kalian telah bergantung pada amalan-amalan kalian di depan Tuhan kalian niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahim hal itu karena al-shirath (Titian) diletakkan di tengah Neraka Jahanam. Kemudian, kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia) yakni, kenyangnya perut, segarnya minuman, teduhnya tempat tinggal, keseimbangan perilaku, dan nyenyaknya tidur.

Ikrimah berkata: Ketika ayat ini turun, para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, kenikmatan apa yang telah kami rasakan? Kami hanya makan roti gandum kasar.” Kemudian, Allah menurunkan wahyu, “Bukankah kalian bisa beralaskaki dengan sandal dan minum air tawar? Inilah kenikmatan itu.”

Al-Tirmidzi dan lain-lain meriwayatkan bahwa ketika turun ayat, Bermegah-megahan telah melalaikanmu, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kenikmatan apa yang ditanyakan kepada kami? Padahal, kami hanya makan kurma dan air putih, sementara pedang di leher kami dan musuh telah hadir. Tentang kenikmatan apa kami ditanya?” Beliau menjawab, “Tentang itu semua mereka ditanya.”

Abu Hurayrah Ra meriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda, “Kenikmatan pertama yang ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat adalah, ‘Bukankah Kami telah memberi kesehatan pada tubuhmu dan menyegarkanmu dengan air dingin?’”

Muslim dan lain-lain meriwayatkan hadis dari Abu Hurayrah Ra, bahwa pada suatu malam Nabi Saw keluar rumah. Tiba-tiba beliau mendapati Abu Bakar dan ‘Umar. Beliau bertanya. “Apa yang membuat kalian keluar rumah pada saat seperti ini?” Mereka menjawab, “Kami lapar, wahai Rasulullah.” Beliau berkata, “Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, aku pun demikian. Marilah kuajak pergi.” Mereka pun pergi bersama Rasulullah Saw. Beliau hendak menemui seorang dari kaum Anshar. Akan tetapi, orang itu tidak ada di rumahnya. Ketika istrinya mengetahui kedatangan Nabi Saw, dia berkata, “Selamat datang, wahai Rasulullah.” Nabi Saw menanyakan suami perempuan itu, “Di mana si Fulan?” Perempuan itu menjawab, “Dia pergi mengambil air tawar untuk kami.” Tiba-tiba orang Anshar itu datang. Ketika melihat Nabi Saw dan dua orang sahabatnya, dia berkata, “Alhamdulillah, pada hari ini aku kedatangan tamu yang paling mulia.” Lalu, dia pergi lagi. Tidak lama kemudian, dia kembali dengan membawa setandan kurma dan air dingin. Dia berkata, “Silakan makan. Aku akan mengambil pisau dulu.” Rasulullah Saw berpesan kepadanya. “Berhati-hatilah, jangan sampai mengambil kambing perah (yang biasa diambil air susunya).” Kemudian, dia menyembelih seekor kambing untuk para tamunya. Nabi Saw dan dua orang sahabatnya menyantap hidangan itu dan meminum air tawar. Setelah mereka kenyang dan puas minum, Rasulullah Saw berkata kepada Abu Bakar dan ‘Umar, “Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, pada hari kiamat, kalian pasti ditanya tentang kenikmatan ini.”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam