6. Berbakti kepada Orangtua



๐Ÿ“š Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)



Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Ibn Mas‘ud Ra. Dikatakan, “Aku bertanya kepada Nabi Saw, “Amalan apa yang lebih Allah sukai?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” “Lalu apa?” “Berbuat baik kepada orangtua.” “Kemudian apa?” “Berjihad di jalan Allah.” Sementara itu, Muslim dan lain-lain meriwayatkan, “Seorang anak tidak membalas orang tuanya selain jika mendapatinya sebagai budak, dia membeli dan memerdekakannya.” Masih dari Muslim. Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. Lalu dia bertanya, “Aku berbaiat kepada Anda untuk berhijrah dan berjihad. Aku mengharap pahala dari Allah Swt.” “Apakah orangtumu masih hidup?” Tanya Nabi Saw. “Ya, mereka masih hidup.” “Anda mengharap pahala dari Allah?” “Benar.” “Kembalilah kepada kedua orangtuamu. Perlakukanlah mereka dengan baik”

Abu Ya‘la dan al-Thabrani meriwayatkan hadis dengan sanad yang baik bahwa seseorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. Ia berkata, “Saya ingin sekali pergi berjihad, tetapi saya tidak mampu.” “Apakah orangtuamu masih hidup?” tanya Rasulullah. “Ibuku masih hidup.” “Memohonlah kepada Allah dalam berbuat baik kepadanya. Jika engkau melakukannya, pahalanya sama dengan pahala orang yang berhaji, berumrah, dan berjihad.” Dalam hadis lain dari al-Thabrani disebutkan, “Seseorang datang kepada Nabi Saw, lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad di jalan Allah.’ Beliau bertanya, ‘Masih hidupkah ibumu?’ Dia menjawab, ‘Ya, masih.’ Beliau bersabda. ‘Ciumlah kakinya. Di situlah letaknya surga.’”

Demikian pula, Ibn Majah meriwayatkan, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Wahai Rasulullah, apa hak orangtua dari anak mereka?’ Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah surgamu dan nerakamu.’”

Ibn Majah, al-Nasa’i, dan al-Hakim meriwayatkan, “Seseorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin berjihad. Aku datang ke sini untuk meminta nasihat Anda.’ Nabi Saw bertanya, ‘Apakah engkau masih punya Ibu?’ Orang itu menjawab, ‘Ya, masih.’ Beliau berkata, ‘Rawatlah dia, karena surga ada di telapak kakinya.’

Dalam riwayat sahih yang lain disebutkan, “Masih adakah orangtuamu?” Dia menjawab “Ya, masih ada.” Beliau bersabda, “Rawatlah mereka, karena surga ada di telapak kaki mereka.”

Al-Tirmidzi meriwayatkan hadis dari Abu al-Darda’ Ra, bahwa seorang laki-laki menemuinya dan berkata, “Aku punya seorang istri, dan ibuku menyuruhku menceraikannya.” Abรป al-Darda’ berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Orangtua adalah pintu surga paling tengah. Jika engkau mau, abaikan pintu itu atau engkau menjaganya.’” Adapun Ibn Hibban di dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Abu al-Darda’ dan berkata, “Dulu bapakku terus-menerus mendesakku agar aku segera menikah. Akan tetapi, kini dia menyuruhku agar menceraikan istriku.” Ibn Mas‘ud menjawab, “Aku bukanlah orang yang menyuruhmu berbuat durhaka kepada orang tuamu dan bukan pula orang yang menyuruhmu menceraikan istrimu. Akan tetapi, jika engkau mau, aku beritahukan kepadamu apa yang pernah aku dengar dari Rasulullah Saw. Beliau bersabda, ‘Orangtua itu adalah pintu surga paling tengah. jika engkau mau, peliharalah hal itu, atau engkau tinggalkan.’” Lalu, orang itu menceraikan istrinya. Hadis ini dinukil dari pemilik sunan, serta Ibn Hibban di dalam shahih-nya.

Al-Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadis hasan sahih dari Ibn ‘Umar Ra. Dikatakan, “Aku punya istri yang aku cintai. Akan tetapi, ‘Umar tidak menyukainya. Dia berkata kepadaku agar aku menceraikannya. Namun, aku menolaknya. Lalu, ‘Umar menemui Rasulullah Saw dan menceritakan hal itu. Rasulullah Saw berkata kepadaku, ‘Ceraikanlah dia.’”

Ahmad melalui sanad yang sahih meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, berbuat baiklah kepada orangtua dan hubungkanlah tali silaturahim.”

Abu Ya‘la dan lainnya meriwayatkaqn hadis yang di-sahรฎh-kan al-Hรขkim, “Barangsiapa yang berbuat baik kepada kedua orangtuannya, berbahagialah dia. Allah memanjangkan umurnya.”

Ibn Majah dan Ibn Hibban dalam Shahihnya, demikian pula al-Hakim dalam Shahih-nya, meriwayatkan, “Seseorang mencegah datangnya rezeki dengan dosa yang diperbuatnya. Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa dan tidak ada yang dapat memperpanjang umur kecuali kebaikan.”

Dalam hadis hasan gharib yang diriwayatkan al-Tirmidzi dikatakan, “Tidak ada yang dapat menolak qadha (ketentuan Allah) kecuali doa dan tidak ada yang dapat memperpanjang umur kecuali kebaikan.”

Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Jagalah kesucian istri orang lain, maka dijaga kesucian istrimu. Berbuat baiklah ke­pada orangtuamu maka berbuat baik kepadamu

anak-anakmu. Jika saudara datang untuk memberikan sesuatu, terimalah sesuatu itu, yang bagus ataupun yang jelek. Jika tidak melakukannya, dia tidak akan sampai ke telaga (al-hawadh).”

Al-Thabrani dengan sanad hasan meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Berbuat baiklah kepada orangtuamu. Jagalah kesucian istri orang lain, maka dijaga pula kesucian istrimu.” Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tunduklah, tunduklah, kemudian tunduklah, yakni menyentuh tanah karena hina.” Seorang sahabat bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang mendapati salah satu atau kedua orangtuanya dalam keadaan tua renta, kemudian tidak berusaha mengajaknya ke surga.”

Al-Thabrani, dengan salah satu sanad hasannya, meriwayatkan bahwa Nabi Saw naik mimbar. Beliau berkata, “Amin. Amin. Amin.” Kemudian beliau bersabda, “Jibrรฎl As datang kepadaku. Dia berkata, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapati orangtuanya tetapi tidak berbuat baik kepada mereka, jika mati dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya. Ucapkanlah, ‘Amin.’ Aku pun mengucapkan ‘Amin.’ Jibril berkata lagi, ‘Wahai Muhammad, barangsiapa yang memasuki bulan Ramadhan, lalu mati sebelum diampuni dosanya, dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya. Ucapkanlah, ‘Amin’. Aku pun mengucapkan ‘Amin’. Dia berkata lagi, ‘Barangsiapa yang ketika disebutkan namamu dia tidak bershalawat kepadamu, lalu dia mati, dia masuk neraka dan Allah manjauh darinya. Ucapkan, ‘Amin.’ Aku pun mengucapkan, ‘Amin.”’

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibn Hibban dalam Shahih-nya. Hanya saja redaksinya berbunyi, “Barangsiapa yang mendapati orang tuanya tetapi tidak berbuat baik kepadanya, lalu dia mati, dia masuk neraka dan Allah menjauh darinya. Katakan, ‘Amin.’ Aku mengucapkan, ‘Amin.’”

Al-Hakim dan lainnya meriwayatkan hadis yang sama, tetapi pada akhirnya disebutkan. “Ketika aku menaiki anak tangga ketiga, Jibril berkata, ‘Barangsiapa yang mendapati orang tuanya sudah tua renta tetapi tidak mengajak masuk surga, mereka tidak akan masuk ke dalam surga.’ Aku jawab, ‘Amin.’”

Al-Thabrani meriwayatkan hadis serupa. Akan tetapi, di situ disebutkan, “Jibril berkata, ‘Barangsiapa yang mendapati orangtuanya, tetapi dia tidak berbuat (baik) kepada mereka, dia masuk neraka dan menjauh darinya dan menjauhkannya.’ Aku jawab, ‘Amin.’”

Ahmad meriwayatkan hadis melalu beberapa sanad, salah satunya hasan, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak perempuan Muslim, dia menjadi tebusannya api neraka. Dan, barang siapa yang mendapati orangtuanya, tetapi mereka tidak memaafkannya, Allah menjauh darinya.”’ Dalam riwayat lain disebutkan, “... dan menjauhkannya.”

Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, “Waha Rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik?” “Ibumu.” “Kemudian siapa?” “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi?” “Ibumu.” “Kemudian siapa lagi?” “Bapakmu.”

Selain itu, al-Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan hadis dari Asma‘ binti Abi Bakar Ra. Katanya, “Aku datang kepada ibuku, dan dia masih musyrik, pada zaman Nabi Saw. Aku meminta fatwa kepada Rasulullah Saw. Aku bertanya, ‘Aku datang kepada ibuku, dan dia sangat membenci Islam. Bolehkah aku mengun­junginya.” Beliau menjawab, ‘Ya, engkau boleh mengunjunginya.”’

Tentang kedurhakaan kepada orangtua Ibn Hibbรขn meriwayatkan, “Keridhaan Allah ada pada keridhaan orangtua dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan mereka.”

Al-Tirmidzi, juga Ibn Hibban dalam Shahih-nya serta al-Hakim, meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw. Dia berkata, ‘Aku telah berbuat dosa sangat besar, bisakah aku bertobat?” Nabi Saw bertanya, ‘Masihkah kau punya ibu?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak.’ Beliau bertanya lagi, ‘Apakah engkau punya bibi?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, ‘Berbuat baiklah kepadanya.’”

Sementara itu, Abu Dawud dan Ibn Majah meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, adakah sesuatu yang bisa aku kerjakan untuk berbuat baik kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?” Beliau menjawab, “Ya, ada. Yaitu mendoakan mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, memenuhi janji mereka, disambungkan silaturahim yang tidak disambungkan kecuali karena mereka dan memuliakan teman dan karib mereka.”

Ibn Hibban meriwayatkan hadis ini dalam Shahih-nya dengan tambahan, “Orang itu berkata, ‘Betapa banyak dan bagusnya ini, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda, ‘Kerjakanlah.’”

Muslim meriwayatkan bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar berada di atas keledai tunggangan dengan bebannya. Lalu dia memberikan serban yang melilit di kepalanya kepada seseorang. Ibn Dรฎnรขr yang menyertainya berkata, “Semoga Allah memberikan kebaikan kepada Anda, mereka itu orang-orang badui. Mereka akan senang dengan diberi sesuatu, meskipun sedikit.” ‘Abdullรขh bin ‘Umar berkata, “Bapak orang ini sangat mencintai ‘Umar bin al-Khaththรขb. Dan aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Kebaikan yang paling baik adalah anak yang menyambungkan tali silaturahim dengan sahabat bapaknya.”’

Dalam Shahih-nya, Ibn Hibban meriwayatkan hadis dari Abu Bardah Ra. Katanya “Aku tiba di Madinah. ‘Abdullah bin ‘Umar menemuiku. Dia bertanya, ‘Tahukan engkau, mengapa aku mendatangimu?’ Aku jawab, ‘Tidak tahu.’ Kemudian, dia berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ‘Barangsiapa yang ingin menemui orang tuanya di dalam kuburnya, temuilah kawan-kawan sepeninggalnya.’ Di antara bapakku, ‘Umar, dan bapakmu terjalin persaudaraan dan kasih sayang. Karena itu, aku ingin menyambungkan hal itu.”’

Dalam al-Shahihnya dan lainnya diriwayatkan hadis melalui berbagai periwayatkan, bahwa tiga kelompok orang sebelum kita keluar berjalan bersama dan kembali kepada keluarga mereka. Lalu, turunlah hujan sehingga mereka berlindung di dalam sebuah gua di kaki gunung. Namun, tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dari atas gunung dan menutupi mulut gua. Salah seorang dari mereka berkata:

“Tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian kecuali kalian berdoa dengan amal saleh kalian.”

Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Lihatlah amalan-amalan yang kalian kerjakan karena untuk Allah ‘Azza wa Jalla sebagai amal saleh. Untuk itu, bermohonlah kepada Allah dengannya, mudah-mudahan Dia membukakan pintu gua ini.”

Dalam riwayat lain lagi disebutkan bahwa sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, “Batu telah jatuh. Tidak ada yang mengetahui tempat kalian kecuali Allah. Maka memohonlah kepada Allah dengan amalan kalian yang paling diyakini.” Salah seorang di antara mereka berkata, “Ya Allah, aku punya kedua orang tua yang telah tua renta dan tak punya harta kecuali seekor kambing. Dari kambing itu aku memerah susu dan aku berikan kepada mereka. Setiap hari aku mengumpulkan seikat kayu bakar dan menjualnya, dan mempergunakan uangnya untuk menyediakan makan untuk mereka dan aku sendiri. Pada suatu malam, aku pulang terlambat. Sebelum aku sempat memerah susu kambing dan menyediakan makan untuk mereka, keduanya sudah terlelap tidur. Aku memegang mangkuk dan berdiri di situ tanpa makan apa-apa hingga pagi menjelang. Ketika bangun, mereka makan. Kemudian, aku pun duduk. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mencari keridhaan-Mu, lepaskanlah kami dan tolonglah kami.” Maka, batu besar itu bergeser sedikit, dan tampaklah suatu celah.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam