7. Dzikir kepada Allah



πŸ“š Terjemah Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)



Allah Swt berfirman, Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada kalian... (QS al-Baqarah [2]: 152).

Tsabit bin al-Banani Ra berkata, “Aku tahu kapan Allah Swt mengingatku.” Muridnya bertanya, “Bagaimana Anda mengetahui hal itu?” Tsabit menjawab, “Apabila aku mengingat-Nya, Dia mengingatku.”

Allah Swt berfirman, ... berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya (QS al-Ahzab [33]: 41).

Maka apabila kalian telah bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy‘aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut nama)Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepada kalian (QS al-Baqarah [2]: 198).

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, atau berdzikir lebih banyak dari itu (QS al-Baqarah [2]: 200).

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk, atau sambil berbaring ... (QS Γ‚li ‘Imran [3]: 191).

Maka apabila kalian telah selesai shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring (QS al-Nisa’ [4]: 103).

Tentang ayat 103 surah al-Nisa’ di atas, Ibn ‘Abbas Ra berkata, “Maksudnya adalah (mengingat Allah) pada malam dan siang hari, di daratan dan lautan, dalam perjalanan dan ketika tinggal di rumah, ketika kaya dan dalam keadaan miskin, ketika sakit dan ketika sehat, dan secara tersembunyi dan terang-terangan.”

Ketika mencela orang-orang munafik, Allah Swt berfirman, Dan tidaklah mereka mengingat Allah kecuali sedikit sekali (QS al-Nisa’ [4]: 142).

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (QS al-A‘raf [7]: 205).

Dan sesungguhnya dzikirullΓ’h itu lebih besar (keutamaannya) (QS al-‘AnkabΓ»t [29]: 45).

Ibn ‘Abbas Ra berkata, “Ayat di atas (al-‘Ankabut: 45) memiliki dua makna, yaitu pertama, dzikir Allah Swt kepadamu lebih besar daripada dzikirmu kepada-Nya, dan kedua, dzikir kepada Allah Swt lebih utama daripada seluruh ibadah yang lain.”

Rasulullah Saw bersabda, “Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai seperti pohon hijau di tengah pohon-pohon yang kering.”

“Orang yang berdzikir kepada Allah di tengah orang-orang yang lalai seperti orang yang berjuang di tengah orang-orang yang lari dari medan perang.”

Allah ‘Azza wa Jalla befirman, “Aku bersama hamba-Ku selama dia mengingat-Ku dan bibirnya bergerak karena Aku.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Saw bersabda “Tidaklah anak Adam mengerjakan suatu amalan yang lebih menyelamatkannya dari siksa Allah daripada dzikir kepada-Nya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukan jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab, “Bukanlah jihad di jalan Allah melainkan kamu menebaskan pedangmu hingga patah. Kemudian, kamu menebaskannya lagi hingga patah.”

Beliau juga pernah bersabda, “Barangsiapa ingin tinggal di taman-taman surga, hendaklah dia memperbanyak dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Rasulullah Saw ditanya, amalan apa yang paling utama. Beliau menjawab, “Engkau mati sementara lisanmu selalu basah karena dzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Laluilah waktu pagi dan sore dalam keadaan lisanmu selalu basah karena dzikir kepada Allah, niscaya engkau melalui waktu pagi dan sore itu tanpa ada dosa padamu. Berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla pada waktu pagi dan petang adalah lebih utama daripada menebaskan pedang di jalan Allah dan memberikan harta karena kedermawanan.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Allah Swt berfirman, “Apabila hamba-Ku mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia mengingatku dalam keramaian, Aku mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik dari itu. Apabila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepada-Nya sehasta. Apabila dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepada-Nya sedepa. Apabila dia berjalan kepada-Ku, Aku berlari kepadanya.” Makna “berlari kepadanya” adalah segera mengabulkan doanya.

Abu al-Darda’ meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu perbuatanmu yang lebih baik dan lebih suci di antara barang milikmu dan lebih tinggi di antara derajatmu dan lebih baik bagimu daripada pemberian uang dan emas, serta lebih baik bagimu daripada menghadapi musuhmu lalu kamu menebas leher mereka dan mereka pun menebas lehermu?” Para sahabat bertanya, “Apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Selalu berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla.”

Allah Sawt berfirman, “Barangsiapa yang disibukkan dengan berdzikir kepada-Ku daripada memohon kepada-Ku, Aku akan memberinya lebih baik daripada yang Aku berikan kepadanya ketika dia memohon kepada-Ku.

Al-Fudhayl berkata, “Telah sampai kabar kepada kami bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, berdzikirlah kepada-Ku sesaat setelah shalat subuh dan sesaat setelah shalat asar, maka Aku penuhi keperluanmu di antara dua waktu itu.”

Seorang ulama mengatakan, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kapan pun Aku memperhatikan hati seorang hamba, lalu Aku dapati sebagian besarnya disibukkan dengan berdzikir kepada-Ku, maka Aku mengawasi kebijakannya. Aku menjadi teman duduknya, teman bicaranya, dan kekasihnya.”

Al-Hasan Ra berkata, “Dzikir itu ada dua, pertama, dzikir kepada Allah di antara dirimu dan Allah. Kedua, yang lebih bagus, lebih besar pahalanya, dan lebih utama daripada itu adalah ingat kepada Allah Swt ketika menghadapi sesuatu yang diharamkan-Nya.”

Diriwayatkan bahwa setiap nyawa keluar dari dunia dalam keadaan haus kecuali nyawa orang yang selalu berdzikir kepada Allah.

Mu’adz bin Jabbal Ra berkata, “Tidak ada yang disesali penghuni surga selain sesaat yang mereka lalui tanpa berdzikir kepada Allah.”

Rasulullah Saw bersabda, “Tidak duduk suatu kaum di dalam sebuah majelis seraya berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla melainkan para malaikat mengelilingi mereka dan menyurahkan rahmat kepada mereka. Allah pun menyebutkan mereka di tengah-tengah para malaikat yang ada di sisi-Nya.

“Tiadalah suatu kaum berkumpul seraya berdzikir kepada Allah Swt tanpa menginginkan sesuatu selain keridhaan-Nya melainkan penyeru dari langit memanggilnya, ‘Berdirilah dengan ampunan bagimu. Kejelekan-kejelekanmu telah diganti dengan kebaikan.”’

“Tidak duduk suatu kaum tanpa bedzikir kepada Allah Swt dan tidak bershalawat kepada Nabi Saw melainkan bagi mereka kerugian pada hari kiamat.”

Dawud As berkata, “Wahai Tuhanku, jika Engkau melihatku melewati majelis para pedzikir menuju majelis orang-orang lalai, hancurkanlah kakiku, bukan mereka, karena hal itu merupakan kenikmatan yang Engkau karuniakan kepadaku.”

Abu Hurayrah berkata, “Penghuni langit memperhatikan rumah-rumah penduduk bumi tempat disebutkan nama Allah Swt, sebagaimana mereka memerhatikan bintang-bintang.”

Sufyan bin ‘Uyaynah Ra berkata, “Jika suatu kaum berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Swt, setan dan dunia lari dari mereka. Setan berkata kepada dunia, ‘Tidakkah engkau lihat apa yang mereka perbuat?’ Dunia menjawab, ‘Tinggalkan mereka, karena jika mereka telah berpisah, aku akan membawa leher mereka kepadamu.”

Abu Hurayrah Ra meriwayatkan bahwa dia masuk pasar. Dia berkata, “Aku lihat kalian di sini sementara warisan Rasulullah Saw dibagikan di dalam masjid.” Orang-orang pergi ke masjid dan meninggalkan pasar. Namun, mereka tidak melihat warisan itu. Mereka berkata, “Wahai Abu Hurayrah, kami tidak melihat warisan dibagikan di dalam masjid.” AbΓ» Hurayrah balik bertanya, “Apa yang kalian lihat?” Mereka menjawab, “Kami hanya melihat suatu kaum sedang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan membaca al-Quran.” Abu Hurayrah berkata, “Itulah warisan Rasulullah Saw.”

A’masy meriwayatkan hadis dari Abu Shalih dari Abu Hurayrah dan Abu Sa’id al-Khudri dari Nabi Saw: Allah ‘Azza wa Jalla memiliki para malaikat yang selalu memuji-Nya di bumi. Mereka mencatat amalan manusia. Apabila mereka menemukan suatu kaum sedang berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla, mereka menyeru, “Marilah kepada pasukan kami.” Mereka datang dan mengelilingi para malaikat. Kemudian, para malaikat itu kembali ke langit. Allah swt bertanya kepada para malaikat itu, “Apa yang dikerjakan hamba-hamba-Ku ketika kalian meninggalkan mereka?” Para malaikat menjawab, “Kami meninggalkan mereka dalam keadaan sedang memuji, memuliakan, dan menyucikan-Mu.” “Apakah mereka melihat-Ku?” “Tidak.” “Bagaimana kalau mereka melihat-Ku?” “Kalau mereka melihat-Mu, niscaya akan lebih banyak lagi mereka bertasbih dan memuliakan-Mu.” “Dari apa mereka mohon perlindungan?” “Dari api nereka.” “Apakah mereka melihatnya?” “Tidak.” “Bagaimana kalau mereka melihatnya?” “Kalau mereka melihatnya, niscaya mereka lebih takut lagi padanya dan lebih banyak berusaha menghindarinya.” “Apa yang mereka cari?” “Surga.” “Apakah mereka melihatnya?” “Tidak.” “Bagaimana kalau mereka melihatnya?” “Kalau mereka melihatnya, tentu lebih besar lagi keinginan mereka padanya.”

Allah Swt berfirman, “Aku bersaksi kepada mereka bahwa Aku telah mengampuni mereka.”

Kemudian para malaikat berkata, “Di antara mereka ada si Fulan yang tidak menemui mereka melainkan karena punya suatu keperluan. “Allah menjawab, “Mereka adalah kaum yang majelis mereka tidak mencelakakan.”

Nabi bersabda, “Sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ialah La ilaha illallah wahdahu la syarikalah (tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya).”

“Barangsiapa mengucapkan La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay’in qadir (tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu) setiap hari 100 kali, dia memperoleh pahala sama dengan pahala memerdekakan sepuluh hamba sahaya, dituliskan baginya 100 kebaikan, dan dihapuskan darinya 100 kejelekan. Selain itu, dia memperoleh perlindungan dari gangguan setan pada hari itu hingga malam. Tidak ada seorang pun yang memperoleh sesuatu yang lebih utama daripada itu selain orang yang mengamalkan lebih daripada itu.”

“Tiadalah seorang hamba berwudhu, lalu membaguskannya, kemudian mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu la syarikalah. Wa asyahadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh (aku bersaksi, sesungguhnya Tiada tuhan selain Allah dan Dia Maha Esa, tiada sekutu baginya. Dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya) melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga. Dia masuk dari pintu yang disukainya.”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam