8. Berusaha Keras Dalam Mencari Ilmu


📚 Terjemah Kitab Alala Tanalul ‘Ilma




تَمَنَّيْتَ اَنْ تُمْسِىَ فَقِيْهًا مُنَاظِرًا ۞ بِغَيْرِ عِنَاءٍ وَالْجُنُوْنُ فُنُوْنُ


هُوَاْلعِلْمُ اْلهَادِىْ اِلَى سُنَنِ الْهُدَى ۞ هُوَالْحِصْنُ يُنْجِىْ مِنَ جَمِيْعِ الشَّدَائِدِ


Terjemah :

Kamu berharap ingin jadi ahli fiqih yang bisa menerapkan hujjah atas setiap permasalahannya, dengan tanpa usaha keras itu namanya gila dan gila itu bermacam-macam, sementara mencari harta tanpa usaha keras bukanlah mencari harta apalagi ilmu”?

Kandungan :

Ilmu apalagi ilmu fiqih adalah semulia-mulianya karunia Allah yang di berikan kepada manusia, karena dengan ilmulah manusia bisa menjadi manusia seutuhnya, manusia yang pantas menjadi kholifah di jagad raya ini, maka dari itu mencari ilmu haruslah dengan perjuangan dan usaha yang keras.

Orang yang mencari ilmu harus berani menempuh kesulitan demi kesulitan yang menghadangnya, perbandingannya adalah bila orang yang mencari harta harus bekerja keras demi mendapatkannya, harus berani membanting tulang dan memeras keringat untuk menggapainya dimana kalau tidak membanting tulang memeras keringat maka tidak akan berhasil mendapatkannya maka ilmu lebih dari usaha mencari harta, karena ilmu jauh lebih sulit di dapatkan dari sekedar harta, harta adalah sesuatu yang nyata terlihat mata dan bisa di cerna bagaimana cara mendapatkannya, sementara ilmu adalah sesutau yang misterius, belum tentu orang yang cerdas dan semangat kemudian pasti akan mampu mendapatkan ilmu yang bermanfaat, ilmu yang akan membawanya mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Ilmu adalah Nur “cahaya” ilahi yang hanya di berikan kepada hamba yang di kehendaki, maka dari itu seorang yang seperti Imam Syafi’i saja sampai bertanya pada gurunya yaitu Imam Waki’ seperti dalam syair di bawah ini :

“Saya melapor pada syeh Waki’ tentang buruknya hafalanku, maka beliau memberikan petunjuk padaku untuk meninggalkan kemaksiatan, beliau memberitahukan bahwa ilmu adalah Nur dan Nur Allah tidak akan di berikan kepada mereka yang ahli maksiat.”

Syi’ir ini adalah gubahan Imam syafi’i sendiri yang menceritakan pengalaman pribadinya, pengalaman tentang buruknya hafalan beliau imam syafi’i, seorang yang dalam usia 7 tahun sudah bisa menghafal Al-Qur’an dan dalam usia belasan tahun mampu menghafal kitab Al Muwatto’ juga kitab-kitab lainnya, namun dengan kecerdasan dan kedisiplinan hidup beragamanya beliau tetap berkata :

“Tidak mencari ilmu orang yang mencarinya dengan kemuliaan dan kekayan, tapi dialah mencari ilmu yang mencarinya dengan kehinaan dan kefakiran.”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam