Anda Tidak Pernah Sendiri



📚 Buku Allah Dekat Dan Bersamamu



“Di mana pun dan kapan pun Anda tidak pernah sendiri. Ada Allah yang senantiasa mengawasi Anda.”

Thawus adalah seorang thabi’in yang wara’ dan saleh. Kesalehannya sangat dikenal di kalangan masyarakat. Tak heran ia kerap dimintai nasihat oleh masyarakat. Banyak orang yang datang meminta nasihat atau menanyakan suatu masalah kepadanya. Kabar kesalehan Thawus di dengar juga oleh seorang wanita penggoda. Tentu saja wanita itu cantik dan memesona. Setiap laki-laki yang digodanya pasti takluk dan bertekuk lutut. Mendengar kabar kesalehan Thawus yang sangat dihormati masyarakat, wanita penggoda itu merasa penasaran.

“Sekuat apa, sih, imannya? Apa ia sanggup menahan diri dari godaanku?” pikirnya.

Didorong oleh rasa penasaran, wanita penggoda itu ingin menguji keimanan Thawus. Dia berpikir Thawus juga akan takluk dalam dekapannya. Maka, pada hari yang sudah ditentukan, wanita penggoda itu bersolek sangat cantik dan menarik, kemudian pergi mendatangi rumah Thawus. Tanpa rasa curiga Thawus mempersilakan wanita itu masuk dan menanyakan maksud kedatangannya. Namun, di luar dugaan Thawus, wanita itu mulai menggoda dan mengajaknya berzina.

Dengan tenang Thawus menjawab, “Hari ini aku sedang sibuk. Kembalilah esok hari. Aku akan menyambutmu.”

Wanita penggoda itu pulang menuju rumahnya dengan perasaan gembira. “Katanya dia ahli ibadah yang wara’ dan saleh. Namun, baru digoda begitu saja sudah takluk. Buktinya dia mengundangku esok untuk bersenang-senang,” gumam wanita itu dalam hati.

Esok harinya, wanita penggoda itu berhias lebih cantik dan menarik daripada kemarin. Ia mendatangi rumah Thawus dengan hati yang berbunga-bunga. Ia seperti sudah yakin bahwa Thawus telah terpikat dengan kecantikannya. Tiba di rumah Thawus, benar saja Thawus sudah menyambut wanita itu di depan rumahnya.

“Ayo kita pergi ke suatu tempat!” ajak Thawus.

“Lho, memangnya kita akan pergi ke mana? Kita berzina di rumahmu saja,” ujar wanita itu.

“Tenang saja. Aku akan memenuhi keinginanmu tapi tidak di rumahku. Ayo ikut aku!”

Wanita itu mengiringi Thawus di belakang. Hatinya bertanya-tanya, hendak ke mana Thawus mengajaknya untuk berbuat mesum. “Ah, mungkin dia sudah menyewa sebuah tempat yang bagus. Rumahnya, kan, memang jelek. Kurang nyaman untuk melakukan perbuatan mesum di rumah jelek itu,” tutur wanita itu dalam hatinya.

Wanita penggoda itu bersemangat mengikuti langkah-langkah Thawus. Namun, pikirannya kembali bertanya-tanya ketika ia menyadari jalan yang mereka lalui adalah jalan menuju Masjidilharam. “Ke mana sebetulnya Thawus hendak mengajakku?” gumamnya dalam hati.

Benar saja. Thawus mengajak wanita penggoda itu ke Mas jidilharam. Bukan hanya di luarnya, tetapi Thawus benar-benar mengajak wanita penggoda itu masuk ke Masjidilharam sampai di depan Kakbah. Saat itu orang-orang tengah ramai beribadah kepada Allah di Masjidilharam.

“Kita sudah sampai di tempat yang dituju. Baiklah, sekarang tanggalkan pakaianmu. Kita berzina di sini,” ujar Thawus.

“Apa? Berzina di sini? Kau sudah gila, ya!”

“Lho, bukankah di rumahku atau di tempat ini, Allah sama-sama melihat perbuatan yang akan kita lakukan?” ujar Thawus.

Wanita itu terhenyak. Seketika hati nuraninya mengatakan, “Kata-kata Thawus benar. Bukankah di mana saja kamu bermaksiat, Allah Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan? Sekarang apakah kamu berani bermaksiat di dalam rumah Allah?”

Wanita itu tersadar. Seketika ia menangis. Terbayang dalam pikirannya betapa banyak maksiat yang telah dia lakukan. Ia meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah. Akan tetapi, dia tidak merasa diawasi dan dilihat Allah. Ia dengan asyiknya bermaksiat. Namun, kini ia telah menemukan momentum perubahan dan perbaikan diri. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk bertobat kepada Allah dan mengisi hari-harinya dengan beribadah kepada Allah.

*****

Kisah di atas memberikan pelajaran tauhid kepada kita. Sejatinya, Allah senantiasa mengawasi kita di mana pun dan kapan pun. Kita tidak pernah sendiri. Kita tidak pernah luput dari pengawasan-Nya. Kesadaran mendalam bahwa Allah senantiasa mengawasi kita (muraqabah) akan menjadi alarm yang mengingatkan kita saat muncul keinginan untuk bermaksiat.

Setan tidak pernah lelah menggoda kita agar berbuat maksiat. Ia sangat licik. Ia akan memanfaatkan kesempatan sekecil apa pun untuk menggoda dan menyesatkan kita. Terlebih lagi jika kesempatan berbuat maksiat terbuka lebar, seperti yang dialami Thawus. Tentu saja godaan setan menjadi semakin hebat. Dada akan terasa bergemuruh karena pertarungan antara hati nurani dan hawa nafsu. Setan mengendarai hawa nafsu untuk membisikkan hal-hal buruk kepada manusia.

Oleh karena itu, kesadaran mendalam bahwa Allah senantiasa mengawasi kita (muraqabah) harus ditanamkan kuat-kuat ke dalam hati kita. Ketika muraqabah telah tertanam kuat dalam hati, insya Allah akan menjadi benteng bagi kita untuk menolak godaan setan. Meski ada kesempatan untuk berbuat dosa dan maksiat, kita akan mampu menolaknya.

Tentu saja muraqabah ini harus dilatih terus-menerus. Ia tidak bisa diperoleh dengan instan, hasil dari sekali praktik.

Oleh karena itu, saat muncul dorongan untuk berbuat maksiat, menangkanlah dorongan suara hati nurani yang membisikkan untuk menolak melakukan kemaksiatan tersebut. Jangan sebaliknya, memenangkan dorongan hawa nafsu.

Semakin sering kita memenangkan dorongan hati nurani, akan semakin sensitifl ah hati nurani kita dalam menjalankan fungsi sebagai alarm pencegah kemaksiatan. Kita akan betul-betul merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap gerak langkah kehidupan. Dengan demikian, perilaku kita akan terjaga, akhlak kita pun akan terbina. Inilah muraqabah. Jadi, ingatlah kita tidak pernah sendiri. Allah senantiasa mengawasi kita.

“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf [50]: 16–18).

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam