BAB 1. Keutamaan Akhlak yang Baik dan Tercelanya Akhlak yang Buruk



📚 Buku Mengobati Penyakit Hati Membentuk Akhlak Mulia


📚 Beberapa Ucapan Para Tokoh Terdahulu tentang Akhlak

Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi-Nya dan KekasihNya (Muhammad Saw.) seraya memujinya dan menunjukkan karunia-Nya atas dirinya:

... Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (QS Al-Qalam: 4)

Aisyah r.a. menyatakan bahwa, “Akhlak Rasulullah Saw. adalah Al-Quran.”

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang akhlak yang baik maka beliau membacakan kepadanya firman Allah Swt., Jadilah engkau seorang pemaaf, suruhlah orang mengerjakan yang ma‘ruf dan berpalinglah dari orang-orang jahil (QS Al-A’raf: 199). Kemudian beliau menambahkan:

“Itu dapat terwujud dengan tetap memelihara tali silaturahim terhadap siapa yang memutuskannya terhadapmu, memberi siapa yang menahan pemberiannya kepadamu, dan memaafkan siapa yang telah melakukan kezaliman terhadapmu.”

Rasulullah Saw. juga pernah bersabda:

“Sesungguhnya aku hanyalah diutus demi menyempurnakan akhlak yang mulia."

Sabda beliau lagi:

“Timbangan paling berat dari apa yang diletakkan di atas neraca Hari Kiamat kelak, adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”

Seorang laki-laki pernah datang menghadap Rasulullah Saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau menjawab, “Akhlak yang baik!” Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kanan beliau, dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.” Namun, orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah kiri beliau, dan bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Beliau pun menjawab lagi, “Akhlak yang baik.” Orang itu mendatangi beliau lagi, kini dari arah belakang, seraya bertanya, “Ya Rasulullah, apa sesungguhnya agama itu?” Maka, beliau menoleh kepadanya dan bersabda, “Tidakkah kau mengerti? Itu adalah dengan upayamu untuk tidak marah.”

Rasulullah Saw. juga pernah ditanya, “Apakah kesialan itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Akhlak yang buruk!”

Diriwayatkan pula bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw., “Berilah aku nasihat.” Beliau pun mengatakan kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, di mana pun engkau berada.” Orang itu berkata lagi, “Tambahkan untukku.” Sabda beliau, “Ikutilah perbuatan burukmu (yang telanjur kau kerjakan) dengan suatu perbuatan baik, sehingga (dengan perbuatan seperti itu) engkau dapat menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Tambahkanlah untukku.” Sabda beliau pula, “Bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”

Rasulullah Saw. juga pernah ditanya, “Amalan apakah yang paling utama?” Jawab beliau, “Akhlak yang baik.”

Pernah pula beliau bersabda:

“Allah Swt. takkan membaikkan tubuh dan akhlak seseorang, kemudian menjadikannya umpan bagi api neraka.”

Al-Fudhail meriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada Rasulullah Saw., “Ada seorang perempuan yang berpuasa di siang hari dan bertahajud di malam hari, sementara akhlaknya buruk.

Dia mengganggu para tetangganya dengan ucapan lidahnya.” Maka, Rasulullah Saw. bersabda:

“Tak sedikit pun kebaikan ada padanya. Dia adalah penghuni neraka.”

Abu Darda berkata bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesuatu yang pertama kali akan diletakkan di atas mizan (neraca amalan manusia pada Hari Kiamat) adalah akhlak yang baik dan keder mawanan.”

Ketika Allah Swt. menciptakan keimanan, ia berkata, “Ya Allah, kuatkanlah aku.” Maka, Allah menguatkannya dengan akhlak yang baik serta kedermawanan. Ketika Allah menciptakan kekufuran, ia berkata, “Ya Allah, kuatkanlah aku.” Maka, Allah menguatkannya dengan kebakhilan dan akhlak yang buruk.

Rasulullah Saw. juga pernah bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi diriNya, dan tak ada sesuatu yang layak bagi agama kalian ini selain kedermawanan dan akhlak yang baik. Karena itu, perindahlah agama kalian dengan kedua-duanya.

Sabda beliau:

“Akhlak yang baik adalah ciptaan Allah Swt. yang teragung.”

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw., “Siapakah yang paling utama di antara kaum mukmin?” Jawab beliau, “Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.

Sabda beliau pula:

“Sungguh, kalian takkan mampu memuaskan manusia semuanya dengan harta kalian maka puaskanlah mereka dengan wajah yang cerah dan akhlak yang baik.”

Sabda beliau pula:

“Akhlak yang buruk merusak amalan yang baik seperti halnya cuka merusak madu.”

Jarir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

“Sungguh engkau adalah seorang yang diberi Allah bentuk tubuh yang baik maka baikkanlah pula akhlakmu.”

Al-Bara bin ‘Azib berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Saw. adalah seorang yang paling tampan wajahnya dan paling baik akhlaknya di antara semua manusia.”

Diriwayatkan dari Amu Mas‘ud Al-Badry, katanya, “Rasulullah Saw. biasa mengucapkan dalam doanya:

‘Ya Allah, telah Engkau beri aku tubuh yang baik maka baikkanlah pula akhlakku.’”

Diriwayatkan pula dari Abdullah bin ‘Amr, katanya, “Telah menjadi kebiasaan Rasulullah Saw. memperbanyak doa, di antaranya:

‘Ya Allah, aku memohon dari-Mu kesehatan dan keselamatan, serta kebaikan akhlak.’”

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw. telah bersabda:

“Kemuliaan diri seorang mukmin adalah agamanya, sedangkan ketinggian derajatnya adalah dalam kebaikan akhlaknya, kekesatriaannya dan kelurusan akalnya.”

Dari Usamah bin Syuraik, katanya, “Aku pernah menyaksikan sekelompok A’rab (orang-orang Arab Badui) bertanya kepada Rasulullah Saw., ‘Apakah anugerah Allah terbaik yang dapat diperoleh seseorang?’ Jawab beliau, ‘Akhlak yang baik.’”

Sabda beliau pula:

“Sesungguhnya yang paling kucintai di antara kamu dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat, adalah yang paling baik akhlaknya.”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

“Ada tiga hal yang apabila tak dijumpai dalam diri seseorang—ketiga-tiganya atau salah satu di antaranya—maka, janganlah kalian merasa kagum akan sesuatu dari amalannya. Ketiga hal itu adalah: ketakwaan yang menghalanginya dari perbuatan pembangkangan (maksiat) kepada Allah, sifat santun yang dengannya dia menghadapi ulah seseorang yang berbudi rendah, dan akhlak baik yang dengannya dia bergaul dengan manusia.

Dan di antara doa-doa Rasulullah Saw. dalam shalat beliau:

“Ya Allah, arahkanlah diriku pada akhlak yang baik, sebab tak ada yang dapat mengarahkan aku padanya selain Engkau. Jauhkanlah aku dari akhlak yang buruk, sebab tak ada yang dapat menjauhkan aku daripadanya, selain Engkau.”

Anas berkata, “Pada suatu hari, ketika kami berada bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda:

‘Sungguh, akhlak yang baik dapat mencairkan suatu perbuatan dosa, sebagaimana panas matahari dapat mencairkan salju.’”

Sabda Rasulullah Saw. pula:

“Di antara kebahagiaan seseorang adalah kebaikan akhlaknya.”

Sabda beliau pula:

“Keberuntungan seseorang adalah dalam kebaikan akhlaknya.”

Beliau juga pernah bersabda kepada Abu Dzarr:

“Wahai Abu Dzarr, tiada (pemikiran) akal sebaik tadbir (pengelolaan sesuatu dengan bijaksana), dan tiada kehormatan seseorang setinggi akhlak yang baik.”

Anas merawikan bahwa Ummu Habibah pernah bertanya kepada Rasulullah Saw., “Bagaimana kiranya seorang wanita yang mempunyai dua orang suami di dunia (yakni dalam dua kali perkawinan), lalu dia dan kedua suami itu meninggal dunia dan masuk surga. Siapakah di antara keduanya yang akan menjadi suaminya di sana?” Maka Nabi Saw. menjawab:

“Yang terbaik akhlaknya bagi si istri ketika masih di dunia. Wahai Ummu Habibah, akhlak yang baik senantiasa akan bersama-sama dengan semua kebaikan dunia dan akhirat.”

“Seorang Muslim yang lurus akan mencapai derajat seorang yang berpuasa di siang hari dan bershalat di malam hari, sebagai ganjaran bagi akhlak baiknya dan martabatnya yang mulia.”

Abdurrahman bin Samurah berkata, “Kami sedang bersama Rasulullah Saw. ketika beliau bersabda:

‘Tadi malam aku melihat sesuatu yang aneh (dalam mimpi). Aku melihat seorang laki-laki dari umatku sedang berlutut; antara dia dan Allah Swt. terbentang tirai penutup (hijab). Lalu datanglah akhlaknya yang baik dan memasukkannya ke hadapan Allah Swt.’”

Anas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

“Dengan akhlaknya yang baik, seorang hamba dapat mencapai derajat-derajat akhirat yang amat tinggi, serta kedudukan-kedudukan yang amat mulia, walaupun dia lemah dalam segi ibadahnya.”

Diriwayatkan bahwa Umar r.a. pernah meminta izin untuk menemui Nabi Saw. Ketika itu, ada beberapa wanita dari kalangan Quraisy yang sedang berbicara dengan beliau; suara mereka terdengar lebih keras dari suara Nabi Saw. Tiba-tiba, ketika mengetahui bahwa Umar meminta izin untuk masuk, mereka bergegas menyembunyikan diri mereka di balik hijab. Dan masuklah Umar sementara Rasulullah Saw. tertawa. Umar pun bertanya, “Demi ayah dan ibuku, mengapa Anda tertawa, ya Rasulullah?” Jawab beliau:

“Sungguh aku merasa heran melihat tingkah laku wanita-wanita yang baru saja bersamaku; ketika mendengar suaramu, mereka segera bersembunyi di balik hijab.”

Mendengar itu, Umar berkata, “Sungguh engkaulah ya Rasulullah, yang lebih patut mereka takuti daripada aku.” Kemudian dia menoleh ke arah para wanita itu, seraya berkata, “Hai musuh-musuh diri mereka sendiri, adakah kalian takut kepadaku dan tidak takut kepada Rasulullah?” Jawab mereka, “Ya, karena Anda begitu keras dan begitu kasar, tidak seperti Rasulullah Saw.! Maka beliau pun bersabda:

“Wahai Ibn Khaththab, demi Tuhan Yang jiwaku berada di tangan-Nya, tak sekali pun setan berjumpa denganmu di suatu lembah, kecuali ia akan menghindar dan melintasi lembah lainnya.”

Sabda Rasulullah Saw.:

“Akhlak yang buruk adalah dosa yang tak terampuni, sedangkan persangkaan buruk (su'uzhan) adalah kesalahan yang berbau busuk.”

Sabda beliau pula:

“Seseorang dapat terjatuh ke dalam dasar Jahanam yang terdalam, dengan akhlaknya yang buruk.”

📚 Beberapa Ucapan Para Tokoh Terdahulu Tentang Akhlak


Telah berkata putra Lukman kepada ayahnya, “Ayah, hal apa yang paling baik untuk manusia?”

“Agama,” jawab Lukman.

“Kalau dua?” tanya sang anak lagi.

“Agama dan harta.”

“Kalau tiga?”

“Agama, harta, dan rasa malu.”

“Kalau empat?”

“Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang baik.”

“Kalau lima?”

“Agama, harta, rasa malu, akhlak yang paling baik, dan kedermawanan.”

“Kalau enam?”

“Wahai anakku,” jawab Lukman. “Jika kelima hal tersebut terhimpun dalam diri seseorang, dia adalah seorang yang berhati suci, bertakwa, kekasih Allah, dan terjauhkan dari setan.”

Al-Hasan pernah berkata, “Barangsiapa rusak akhlaknya, sungguh dia telah menganiaya dirinya sendiri.”

Anas bin Malik berkata, “Seorang hamba—dengan akhlaknya yang baik—dapat mencapai derajat tertinggi di surga, sedangkan dia bukanlah seorang ahli ibadah. Dan—dengan akhlaknya yang buruk—dapat terhempas ke dasar paling bawah Neraka Jahanam, sedangkan dia seorang ahli ibadah.

Telah berkata Yahya bin Mu‘adz, “Dalam kelapangan akhlak tersimpan harta karun rezeki.”

Wahb bin Munabbih berkata, “Perumpamaan seorang yang berakhlak buruk seperti tembikar yang pecah, tidak dapat ditambal dan tidak pula dapat dikembalikan menjadi tanah lagi.”

Telah berkata Al-Fudhail, “Sekiranya aku ditemani seorang pendosa yang baik akhlaknya, lebih kusenangi daripada aku ditemani seorang ahli ibadah yang buruk akhlaknya.”

Ibn Al-Mubarak pernah mendapat seorang teman seperjalanan yang buruk akhlaknya. Namun, dia tetap bersabar dan senantiasa berusaha mengikuti kemauan temannya itu. Ketika akhirnya mereka berpisah, Ibn Al-Mubarak menangis. Seseorang menanyakan hal itu kepadanya, dan dia pun berkata, “Aku menangisi orang itu. Kini aku telah berpisah darinya, sedangkan akhlaknya yang buruk masih bersamanya, tidak berpisah darinya.”

Al-Junaid berkata, “Empat hal yang mengangkat seseorang ke derajat tertinggi, meski amalan dan ilmunya hanya sedikit saja: kesantunan, tawadhu (kerendahhatian), kedermawanan, dan kebaikan akhlak. Itulah pula kesempurnaan iman.”

Telah berkata Al-Kinani, “Tasawuf adalah akhlak. Siapa saja yang mengunggulimu dalam akhlak maka dia mengunggulimu dalam tasawuf.”

Umar bin Khaththab r.a. pernah berkata, “Pergaulilah manusia dengan akhlak dan bersamalah dengan mereka dalam amalan.”

Yahya bin Mu‘adz berkata, “Akhlak yang buruk adalah kejahatan yang mengakibatkan tak bergunanya perbuatan baik walaupun banyak jumlahnya. Adapun akhlak yang baik adalah kebajikan yang mengakibatkan tidak berpengaruhnya perbuatan buruk walaupun banyak jumlahnya.”

Abdullah bin Abbas pernah ditanya, “Apa kemuliaan itu?” Maka dia menjawab, “Kemuliaan adalah sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam kitab-Nya yang agung, ‘Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa dari kamu’” (QS Al-Hujarat: 13). Kemudian dia ditanya lagi, “Apa ketinggian derajat seseorang?” Jawabnya, “Yang paling baik akhlaknya di antara kamu adalah yang paling tinggi derajatnya.”

Ibn Abbas juga pernah berkata, “Setiap bangunan memiliki pondasi, dan pondasi Islam adalah akhlak yang baik.”

Telah berkata ‘Atha, “Tak seorang pun meningkat martabatnya kecuali dengan akhlak yang baik.”

Tak seorang pun meraih kesempurnaan akhlak selain Rasulullah Al-Musthafa Saw. Oleh karena itu, manusia-manusia yang paling dekat kepada beliau adalah mereka yang mengikuti jejaknya dengan akhlak yang mulia.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam