Bagian 5. Menjadi Ibu



📚 Buku Ya Allah, Bimbing Hamba Menjadi Wanita Salehah



📚 32. Rahim, Mukjizat dalam Diri Wanita 📚 33. Dahsyatnya ASI 📚 34. Bahkan Malaikat Beristighfar Untukmu 📚 35. Saat Sang Bayi Lahir 📚 36. Menjadi Ibu 📚 37. Mendidik Anak Saleh 📚 38. Al-Khansa, Ummu Syuhada


📚 32. Rahim, Mukjizat dalam Diri Wanita


Jika Anda mendidik seorang pria, Anda hanya mendidik seorang manusia. Jika Anda mendidik seorang wanita, Anda telah mendidik seluruh manusia.”

Salah satu karunia luar biasa yang diberikan kepada wanita yaitu berupa rahim. Rahim merupakan organ yang punya peranan besar dalam kehidupan seorang wanita, mulai dari siklus menstruasi sampai saat mengandung dan melahirkan.

Rahim termasuk salah satu ciptaan Allah yang sungguh unik. Rahim berbentuk seperti buah jambu pipih dengan dasar berada di atas dan puncaknya di bawah. Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala menguatkannya dengan banyak ikatan (ligamentum) yang saling menopang, sehingga walaupun tidak menempel dinding tubuh, rahim tetap kokoh dari segala sisi. Posisinya yang sedikit condong ke depan (antefl exi) dan membentuk sudut terbuka dengan vagina (anteversi) mampu mencegah rahim turun dan keluar.

Perlindungan yang superketat terhadap rahim karena sesuai dengan fungsinya rahim sebagai tempat janin berada, tumbuh, dan berkembang. Benar memang bahwa ada tekanan pada rongga perut akibat kontraksi ototdiafragma, dan otot dinding perut yang akan mendorong rahim ke arah bawah. Tetapi hal ini ternyata diimbangi dengan adanya tekanan pada sisi yang berkebalikan akibat kontraksi otot bagian bawah. Keseimbangan tekanan inilah yang menjadikan rahim tetap berada di tempatnya.

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 20–23)

Subhanallah. Allah empat belas abad yang lalu telah menyebut rahim sebagai qaraarin makiin, yang berarti tempat yang kokoh. Benar-benar terbukti bahwa penelitian sains semakin menguatkan kebenaran Islam.

Pada keadaan normal, ukuran rahim relatif kecil. Berat rahim tidak lebih dari 50 gram dan besarnya sekitar 5,2 cm persegi. Kira-kira seukuran genggaman tangan pemiliknya. Tapi ketika perempuan mulai mengandung, ukuran rahim akan berubah menjadi sedemikian besar. Panjang otot rahim bertambah menjadi 7–11 kali dan ketebalannya bertambah menjadi 2–5 kali lipat sehingga bayi pun mampu dilindunginya. Namun hebatnya, adanya perubahan bentuk yang cukup drastis tersebut ternyata tetap serasi dengan bagian tubuh yang lain.

Allah Maha Kreator Sejati. Kita wanita adalah makhluk spesial yang diamanahi organ sehebat rahim. Semoga amanah ini menjadikan kita sebagai muslimah yang senantiasa bersyukur. Sungguh, rahim adalah organ hebat tempat tumbuhnya generasi hebat.

Rahim, Penyayang

Tentu bukan sesuatu yang kebetulan jika organ tempat tumbuhnya jabang bayi diberi nama yang sama dengan satu di antara 99 asmaul husna, yaitu Rahim. Rahim sendiri berarti penyayang.

Mari kita coba merenungkan pemberian nama rahim sebagai media untuk memperbaiki diri. Kita sebagai wanita sengaja dicipta oleh Allah dengan perasaan yang lebih sensitif terhadap kasih dan sayang. Jiwa kita secara fi trah sebenarnya dicipta dengan pembawaan yang halus. Dalam perut kitalah nantinya hadir jabang bayi yang mungkin menjadi generasi hebat.

Rahim. Di dalam organ inilah nantinya tumbuh manusia baru yang hadir ke dunia karena curahan kasih sayang dari bundanya. Hanya calon ibu yang benar-benar penyayang yang bersedia mengorbankan ‘kenyamanan’ hidupnya sejenak demi menyaksikan bayi yang dikandungnya lahir ke dunia dengan selamat. Hanya calon ibu yang tangguh yang sanggup bertahan selama sembilan bulan menahan beban berat di perutnya. Hanya ibu yang pemberani yang rela menahan sakitnya melahirkan.

Rahim. Penamaan ini adalah salah satu bentuk pelajaran dari Tuhan kepada seluruh perempuan. Dengan adanya rahim dalam perut kita, itu sebagai pertanda bahwa kita adalah salah satu makhluk Allah yang seharusnya memiliki sifat penyayang yang tinggi. Penyayang sebagai seorang ibu, sebagai istri, sebagai anak, sebagai menantu, serta sebagai manusia.

Sebagai ibu kita memiliki kewajiban mencurahkan kasih sayang kepada putra putri kita. Seorang ibu adalah guru pertama bagi seorang anak. Jika guru pertamanya mengajarkan kebencian, keburukan, pikiran negatif, serta dendam, jangan harap seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi yang penyayang.

Sebagai seorang istri, perempuan seharusnya menjadi pribadi yang tak hanya menuntut kasih sayang dari suami, tetapi justru menjadi pencurah kasih sayang yang tinggi. Rumah tangga bagaikan bahtera yang tidak selamanya berjalan nyaman dan tenang. Adakalanya angin datang menerpa, ombak hadir, badai menyambangi. Dibutuhkan pribadi-pribadi yang penuh kasih sayang, karena jika tidak, bahtera rumah tangga akan mudah retak dan pecah oleh permasalahan hidup yang kemungkinan hadir tak terkendali.

Sebagai seorang anak atau menantu, perempuan hendaknya mampu menempatkan diri sebagai pribadi yang tak lantas mengabaikan sayang kepada orangtua serta mertuanya. Rasa sayang kepada suami dan anak-anak tidak bisa dijadikan alasan untuk menegasikan rasa sayang kepada mertua dan orangtua. Karena mereka tetap menjadi salah satu jalan pintas untuk merebut ridha Allah Subhanallahu ta’ala. Orangtua maupun mertua adalah makhluk yang dikaruniakan oleh Allah sebagai media untuk mempercepat perjalanan kita menuju surga. Rasa sayang kepada mereka harus tetap menjadi prioritas, meski berada di bawah rasa sayang kepada suami.

Perempuan. Sungguh hadir di muka bumi sebagai pembawa kasih sayang. Di mana pun kita berada, mari kita hadir sebagai pribadi yang memenuhi lingkungan kita dengan cahaya cinta, cahaya kasih, cahaya sayang.

📚 33. Dahsyatnya ASI


Air susu ibu adalah salah satu ciptaan Allah yang luar biasa. ASI terbukti menjadi sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI mengandung berbagai zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi terhadap penyakit. Bahkan makanan bayi yang dibuat dengan teknologi masa kini belum mampu menggantikan sumber makanan yang menakjubkan ini. Ibu Gitta, salah seorang konsultan perawatan ibu dan bayi, pernah memublikasikan beberapa keajaiban air susu ibu, antara lain:

• ASI mengandung zat gizi paling sempurna untuk petumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya.
• ASI mengandung kolostrum untuk meningkatkan daya tahan tubuh 17–20 kali lebih baik dibanding ASI berikutnya.
• ASI selalu tersedia, bersih, dan segar. ASI yang tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. ASI dalam payudara tak pernah basi dan ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
• ASI mengandung kalori 65 kcal/100ml yang memberikan cukup energi bagi pertumbuhan bayi.
• Sebanyak 90 persen kandungan lemak ASI dapat diserap oleh bayi.
• ASI dapat menyebabkan pertumbuhan sel otak secara optimal, terutama karena kandungan protein khusus, yaitu Taurin, selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan panjang lebih banyak dari susu sapi/kaleng.
• Protein ASI adalah spesifi k spesies sehingga jarang menyebabkan alergi untuk manusia.
• ASI memberikan perlindungan terhadap infeksi dan alergi. Juga akan merangsang pertumbuhan sistem kekebalan tubuh bayi.
• Pemberian ASI dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya bayi berpotensi mengasihi orang lain.
• ASI jarang menyebabkan diare dan sembelit yang berbahaya.

Lalu sampai pada usia berapa pemberian ASI yang paling baik terhadap sang bayi? Salah satu fakta yang ditemukan ilmu pengetahuan tentang air susu ibu adalah bahwa menyusui bayi selama dua tahun setelah kelahiran sungguh amat bermanfaat. (Rex D. Russell, Design in Infant Nutrition).

Subhanallah, lagi-lagi kita dibuat terkagum-kagum dengan ajaran Islam. Ketika dunia sains baru-baru ini mengatakan pemberian ASI terbaik adalah hingga usia dua tahun, jauh sebelum itu, empat belas abad yang lalu, Islam telah mengumandangkan kalimat dari langit yang berbunyi:

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf…” (QS. Al-Baqarah: 233).

Banyak orangtua yang mendambakan punya anak cerdas, sehat, dan memenuhi standar gizi. Padahal harapan memiliki anak seperti itu tidaklah susah dan tidaklah mahal. Tanpa suplemen vitamin yang macam-macam, harapan itu dapat terwujud. Salah satu kuncinya yakni dengan pemberian ASI selama minimal 2 tahun. Bahkan, menurut kalangan ilmuwan, efek dahsyat yang terkandung dalam ASI akan sangat dirasakan ketika anak mulai memasuki dunia sekolah atau umur lima sampai 14 tahun. Anak-anak yang mendapat asupan ASI memiliki kemampuan belajar lebih baik, termasuk membaca, menulis, dan memahami matematika. Maria Iacovou, salah seorang penulis studi tersebut, mengatakan, “ASI memiliki sejuta manfaat kesehatan untuk ibu dan anak. Salah satunya, bermanfaat untuk otak anak.”

Penelitian lain dilakukan di Oxford University mengungkapkan, ketika melakukan pengujian terhadap 10.000 anak, anak yang mengonsumsi ASI, memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan yang hanya mengonsumsi susu formula setelah kelahiran. Anak-anak yang mengonsumsi ASI, menurut penelitian itu, secara konsisten juga lebih baik dalam mengikuti pelajaran membaca, menulis, dan matematika di sekolah dasar dan menengah.

Tak hanya itu, ternyata Allah memberi pahala yang luar biasa besar bagi para ibu yang berkenan menyusui bayinya. Rasulullah bersabda, “Tidakkah seseorang di antara kamu merasa ridha jika hamil dari benih suaminya dan suaminya bangga dengan kehamilannya, bahwa wanita tersebut mendapat pahala sama dengan (pahala) seorang prajurit yang berpuasa ketika berperang di jalan Allah.’’

Dalam riwayat Th abarani dan ‘Ibnu Asakir ditambahkan, “Jika ia melahirkan, lalu ia mengeluarkan susu dari payudaranya dan dihisap oleh bayinya, setiap hisapan dan tegukan mendapat satu pahala. Jika ia berjaga sepanjang malam (karena melayani bayinya), ia mendapatkan pahala seperti pahala orang memerdekakan 70 orang budak di jalan Allah. Wahai Salamah, tahukah engkau siapa yang kumaksud dengan sabdaku ini? Yaitu perempuan-perempuan yang memelihara dirinya, yang salehah, yang taat kepada suaminya, dan mereka tidak mengingkari kebaikan suaminya.”

Tidak ragu lagi, kalau kita mampu, mari kita beri bayi kita asupan gizi terbaik dengan ASI yang dikaruniakan oleh Allah kepada kita. Jangan sampai alasan merepotkan, malas, dan beragam alasan konyol lain, lalu kita mengabaikan kesehatan dan masa depan bayi kita.

📚 34. Bahkan Malaikat Beristighfar Untukmu


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya, beristighfarlah para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan baginya seribu kejahatan.”

Memang sangatlah berat mengandung selama sembilan bulan. Allah pun secara khusus menceritakan peristiwa itu di dalam Al-Qur’an dengan kalimat:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, ‘Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al Hassan bin Safwan, Th abrani Jan Ibnu As Sahir menyebutkan tentang beberapa keutamaan wanita yang sedang hamil. Rasulullah saw., bersabda,

• Apakah ridha, hai golongan wanita yang sedang hamil dari suaminya, Allah memberikan pahala kepadanya sebagaimana pahala orang berjihad fi sabilillah.
• Apabila merasa sakit untuk melahirkan anaknya, ia mendapat pahala yang banyak sekali sehingga manusia tidak mengerti seberapa banyaknya pahala itu.
• Apabila telah lahir lalu disusui, bagi ibu itu setiap satu tegukan dari susunya Allah memberi dia pahala satu kebaikan.
• Apabila si ibu semalaman tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, Allah memberi pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.

Lalu apakah amalan yang sebaiknya dikerjakan saat seorang wanita sedang mengandung? Pertama, harus menjaga makan minum dari sumber yang subhat atau haram. Karena nutrisi yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh bayi yang sedang dikandungnya.

Kedua, dianjurkan memperbanyak beribadah sebaik mungkin, berzikir, membaca Al-Qur’an dan berusaha mendekatkan hati dengan Allah. Biasakan membaca Surah Maryam (untuk mendapat anak yang saleh), surah Yusuf (untuk mendapat anak yang cantik atau tampan). Surah Luqman (untuk mendapatkan anak yang bijak), dan surah Yasin (agar memudahkan persalinan).

Semoga dengan amalan-amalan itu seorang ibu bisa melahirkan anak-anak yang saleh atau salehah.

📚 35. Saat Sang Bayi Lahir


Setelah kelahiran yang dinanti-nanti tiba, iringilah kehadiran bayi dengan beberapa tata cara yang sudah dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu dilakukan sebagai langkah awal untuk mendidik anak-anak kita agar memiliki fondasi Islam sejak lahirnya. Bagaimanapun, bayi yang baru lahir ke dunia adalah ibarat sebuah rekaman yang masih kosong, atau kertas yang masih putih. Bersih. Sebagai seorang muslim yang mendamba hadirnya anak saleh, tentu saja upaya yang layak kita kerjakan adalah dengan mengisi kertas putih itu dengan tulisan-tulisan yang bernilai tinggi. Salah satunya adalah tauhid. Itulah mengapa mengapa bayi yang baru lahir sangat dianjurkan untuk dibacakan azan ke telinganya. Agar kalimat yang pertama kali didengar oleh telinganya, adalah kalimat Ilahi.

Ada beberapa tuntunan Rasulullah mengenai apa saja yang sebaiknya dikerjakan oleh para orangtua kepada bayi yang baru lahir, di antaranya adalah;

Pertama, men-tahnik bayi. Tahnik adalah mengunyah buah kurma dan menggosokkannya di langit-langit mulut bayi. Selain itu juga dioleskan di bagian mulut bayi, kemudian menggerakkannya ke kanan dan ke kiri dengan gerakan yang halus, sehingga seluruh bagian mulut bayi terolesi dengan kurma yang telah dikunyah itu. Jika kurma sulit didapatkan, tahnik bisa dilakukan dengan bahan apa saja yang manis (misalnya madu). Diriwayatkan sebuah hadis dari Abu Musa, ia berkata, “Telah lahir anakku, dan aku membawanya mendatangi Nabi, beliau menamainya Ibrahim dan men-tahnik-nya dengan kurma. Beliau mendoakannya dengan keberkahan dan menyerahkannya kembali kepadaku. Dia adalah anak Abu Musa yang paling besar.”

Kedua, mencukur rambut kepala bayi. Malik meriwayatkan di dalam Al-Muwaththa’, “Fathimah menimbang rambut Hasan, Husain, Zainab, dan Ummu Kultsum, kemudian ia bersedekah dengan perak seberat timbangan rambut itu.” Di samping bersedekah atasnya, sesudah mencukur rambut bayi, disunahkan untuk mengusap kepala bayi dengan wewangian. Buraidah berkata, “Di masa jahiliah jika lahir salah seorang anak kami, kami menyembelih kambing dan melumuri kepalanya dengan darah kambing tersebut. Ketika telah datang Islam, (jika anak kami lahir) kami menyembelih kambing dan mencukur rambut bayi, serta melumuri kepalanya dengan minyak za‘faran.” (HR. Abu Dawud)

Ketiga, melaksanakan akikah. Hal ini merupakan sunah yang sangat dianjurkan. Untuk itu, Imam Ahmad merasa senang kepada seseorang yang bahkan berutang (karena tidak mampu), agar dapat melaksanakan akikah. Ia berkata, “Dia telah menghidupkan sunah, dan saya berharap semoga Allah akan memberi ganti atasnya.” Akikah adalah menyembelih kambing disebabkan kelahiran bayi, dan dilaksanakan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Untuk anak laki-laki disembelihkan dua ekor kambing, dan anak perempuan satu ekor kambing. Nabi bersabda, “Semua anak digadaikan dengan akikahnya, hendaklah disembelihkan (kambing) pada hari ketujuh dan ia diberi nama.” (HR. Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah)

Keempat, memberi nama anak yang baik. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan menggunakan nama-nama kalian dan dengan nama-nama bapak kalian, baguskanlah nama-nama kalian.” (HR. Abu Daud)

Kelima, melaksanakan khitan. Telah diriwayatkan banyak hadis tentang khitan. Rasulullah bersabda, “Kesucian itu ada lima, yakni khitan, mencukur rambut di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun waktu pelaksanaan khitan, menurut Ibnul Mundzir, tidak ada dalil yang menetapkan kepastian pelaksanaannya. Sehingga, khitan bisa dilaksanakan kapan saja disesuaikan dengan kondisi anak dan orangtua. Namun, lebih utama bagi orangtua untuk melaksanakan khitan di hari-hari awal kelahiran anak.

Keenam, memohonkan perlindungan untuk anak. Nabi pernah memohonkan perlindungan bagi Hasan dan Husain dengan berdoa, “Aku memohonkan perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap gangguan setan, binatang yang berbisa, dan dari setiap pandangan mata yang jahat.” (HR. Bukhari)

Ketujuh, menyusui bayi sampai dua tahun, dan kemudian menyapihnya. Allah ta’ala berfirman,

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh. Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf…” (QS. Al-Baqarah: 233).

Semoga semua ritual yang sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah membuat bayi kita tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas akalnya, sehat badannya, berkah umurnya, berkembang menjadi anak saleh-salehah, yang kelak bisa menjadi generasi prestatif dan memberi bobot pada bumi dengan ketauhidan.

📚 36. Menjadi Ibu


“Surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.” (Riwayat Ahmad)

Salah satu keutamaan kaum wanita adalah menjadi seorang ibu. Sebuah syair mengatakan, ibu adalah sebuah sekolah, yang apabila engkau persiapkan (dengan baik), berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa dengan dasar yang baik.

Dr. A. Madjid Katme, Presiden Asosiasi Dokter Muslim di London dalam Konferensi Dunia tentang Wanita di Beijing, menuturkan, “Tugas keibuan adalah pekerjaan yang paling terhormat dan membutuhkan keterampilan di dunia ini. Terlaksananya tugas ini sangat penting bagi pemeliharaan dan perlindungan anak terutama di masa awal-awal pertumbuhannya. Walaupun tugas keibuan sebenarnya adalah tugas yang full time, tak berarti ayah sebagai pencari nafkah tak ikut bertanggung jawab. Tak ada satu jenis pekerjaan pun yang dapat merampas seorang ibu dari tugas keibuannya. Tak ada seorang pun yang dapat mengambil alih tugas keibuan tersebut.”

Menjadi ibu adalah sebuah keistimewaan. Allah menempatkan wanita pada posisi yang sangat penting, bahkan keridhaan seorang ibu terhadap putra putrinya menjadi salah satu syarat tercurahnya keridhaan Tuhan.

Peran ibu sangat sentral terhadap pembentukan kepribadian anak, karena seorang ibu tidak hanya mewariskan gen biologis tapi juga akhlak dan kepribadian kepada anaknya. Persiapan dan perbaikan diri perlu dilakukan oleh para ibu maupun oleh muslimah yang hendak menjadi ibu.

Paling tidak ada tiga persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang ibu maupun calon ibu. Pertama, persiapan ruhiyah. Karena seorang ibu sangat berperan dalam pembentukan mental anak-anaknya, sang ibu hendaknya membekali diri dengan melakukan pendekatan kepada Sang Pencipta.

Persiapan ruhiyah bisa ditempuh dengan jalan memperbanyak ibadah mahdhah, seperti shalat sunah, zikir, membaca Al-Qur’an, memperbanyak doa, dan lain-lain.

Persiapan kedua yakni persiapan aqliyah. Persiapan ini terkait erat dengan kemauan untuk terus belajar. Seorang ibu yang berpengetahuan luas dapat berpikir kreatif bagaimana cara mengembangkan potensi anak-anaknya. Setidaknya seorang ibu yang cinta belajar akan selalu mementingkan pembelajaran yang terbaik bagi anak-anaknya.

Proses belajar bagi seorang ibu tidak harus ditempuh di institusi formal. Saat ini sudah banyak media yang bisa kita jadikan sebagai bahan untuk belajar. Ada internet yang menyediakan informasi secara up to date. Ada buku-buku berkualitas yang bisa dijadikan sebagai referensi pembelajaran, serta beragam media lain yang membantu peningkatan informasi dalam otak kita.

Informasi yang terhimpun di memori kita nantinya sangat menunjang proses pembelajaran sang anak yang biasanya sangat tinggi rasa ingin tahunya. Terkadang anak-anak mengajukan pertanyaan yang sepele, tetapi untuk menjawabnya kita kesulitan. Di samping memberi informasi yang benar kepada sang anak, kita juga dituntut untuk kreatif mengolah informasi itu dengan bahasa sederhana yang bisa dicerna oleh pemahaman anak-anak yang masih sangat terbatas.

Persiapan ketiga yaitu persiapan jasmaniah. Kesehatan raga mutlak dibutuhkan oleh seorang ibu. Sehat saat sedang mengandung serta melahirkan. Usai melahirkan pun seorang ibu sering kali disibukkan dengan mengurus anaknya yang tentu masih bertahun-tahun hingga bisa mandiri.

“Jika Anda mendidik seorang pria, Anda hanya mendidik seorang manusia. Jika Anda mendidik seorang wanita, Anda telah mendidik seluruh manusia.” (Presiden Tanzania, 1980-an)

📚 37. Mendidik Anak Saleh


“Perintahkanlah anak-anakmu yang sudah berumur tujuh tahun untuk mengerjakan shalat. Apabila mereka telah berumur sepuluh tahun, tetapi belum mengerjakan shalat juga, hendaklah dipukul (pukulan kasih sayang) dan pisahkanlah tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud)

Menunggu detik-detik kelahiran sang bayi merupakan momen yang sangat mendebarkan bagi setiap orangtua. Apalagi seorang ibu. Perasaan cambur baur jadi satu. Antara cemas, bahagia, takut, girang, harapan, semua menyatu dalam diri. Ada semacam momentum baru yang dirasa bisa mengubah banyak hal dalam kehidupan mendatang. Ada tugas-tugas baru yang segera hadir. Ada amanah baru yang siap ditangani. Ada kewajiban baru yang sedang menunggu untuk ditunaikan. Ada harapan baru yang segera dihadirkan.

Benar sekali. Harapan baru. Harapan yang ditanamkan pada kepala sang bayi. Seolah dalam benak orangtua lahir sebuah cita-cita baru yang dilekatkan pada sang bayi.

Mungkin ada cita-cita dari orangtua yang belum terwujud. Mungkin dulu ada harapan tinggi yang belum tergapai. Mungkin ada impian muluk yang belum diraih. Anak adalah penerima estafet mimpi. Anak yang akan meneruskan perjalanan menuju cita yang diimpikan oleh kedua orangtuanya.

Tetapi ada yang perlu kita perhatikan, saudariku, ternyata kitab suci menyebut seorang anak sebagai salah satu perhiasan dunia, setelah harta. Kita tahu, harta memiliki sifat ganda dalam kehidupan manusia. Ia bisa menjadi jalan yang memudahkan manusia meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, tetapi di sisi lain, harta juga memiliki peluang untuk menjadi jalan yang mempercepat terpelesetnya manusia ke jurang kesengsaraan.

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15)

Mengamati ayat tersebut kita bisa mengambil sebuah informasi langit, ternyata anak tak selamanya menjadi penolong bagi orangtuanya. Anak juga berpeluang menjerumuskan orangtua ke lembah kehancuran. Mendidik anak agar menjadi anak saleh adalah suatu kewajiban agar nasib kita di dunia dan akhirat bisa diringankan dengan kehadiran sang anak.

Peran seorang muslimah dalam mendidik anak sangat tinggi. Dialah madrasah pertama yang akan memberikan pelajaran dan hikmah kepada sang anak. Proses pendidikan yang berasal dari sang ibu akan sangat menentukan bagaimana proses pendidikan yang akan dijalani oleh sang anak di masa mendatang.

Dalam buku ‘Ibunda Para Ulama’, Sufyan ibn Fuad Baswedan pernah berkisah tentang pengalaman yang dialami oleh Syaikh DR. Muhammad Al-’Arifi . Suatu ketika Syaikh Muhammad bepergian naik mobil bersama salah seorang sahabatnya menuju Jedah. Di mobil tersebut, sahabat Syaikh itu mengajak dua orang anaknya yang masih balita. Syaikh sangat mengenal sahabatnya itu. Yang Syaikh tahu, sahabat yang sedang bersamanya ini termasuk orang yang tergolong awam dalam pengetahuan agama. Tetapi saat mobil sedang menapaki jalan layang, kedua anak yang masih balita itu serempak mengumandangkan takbir.

Tentu saja Syaikh terkejut. Syaikh tahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menapaki jalan mendaki beliau bertakbir dan bila menuruni lembah beliau bertasbih. Yang membuat Syaikh terkejut, bagaimana anak-anak tersebut paham bila mobil sedang menanjak disunahkan untuk takbir, bila turun disunahkan bertasbih.

Oleh karena penasaran, akhirnya Syaikh pun bertanya, “Saudaraku, masya Allah. Engkau bukanlah santri dan bukan pula aktivis, tapi anak-anakmu mampu menerapkan sunah sedemikian rupa. Apa rahasianya?”

“Ya akhi, ini bukanlah hasil didikanku,” jawab sahabatnya. “Ini adalah hasil didikan ibu mereka. Istriku memang masya Allah. Semoga Allah membalas kebaikannya. Dia betul-betul ibu teladan. Dialah yang mengajari anak-anak berdoa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa sebelum dan setelah makan, doa masuk WC, doa ini dan doa itu. Bahkan dia memiliki cara unik dalam mendidik anak-anak.”

“Bagaimana caranya?” tanya Syaikh Muhammad.

“Kalau sekali waktu anak-anak bertengkar,” kata sahabat tersebut, “lalu salah satu dari mereka berkata kasar kepada yang lain, istriku memanggilnya,

“Wahai anakku, ke sini sebentar.”

“Ada apa, Ma? Mama hendak memukulku ya?” tanya anakku.

“Enggak kok, nggak Mama apa-apakan. Mama cuma mau tanya, siapa yang lebih engkau sayangi, Allah ataukah setan?” kata ibunya.

“Tentu Allah lebih aku sayangi, Ma,” jawab anakku polos.

“Tapi kok kamu sekarang mau jadi temannya setan?” tanya ibunya.

“Lho, kenapa, Ma?” tanya anakku.

“Karena kamu berkata kasar tadi. Kalau berkata kasar, berarti kamu jadi temannya setan. Bisa jadi setan sekarang lagi duduk di atas punggungmu. Ia tertawa lebar mendengar ucapanmu tadi,” kata ibunya.

“Terus Ma, bagaimana supaya setan menangis? Aku tidak mau jadi temannya setan. Aku mau jadi temannya Allah.”

“Oo... gampang, kamu sekarang menghadap Kiblat, lalu ucapkan astaghfi rullah seratus kali. Hayo, coba lakukan!”

“Jadi kalau aku melakukan itu, setan bakal nangis ya, Ma?”

“Iya, kalau kamu lakukan itu, setan pasti nangis.”

“Kalau begitu, aku mau istighfar sekarang. Astaghfi rul- lah, astaghfi rullah, astagfi rullah... Udah belum, Ma?”

“Belum, masih lima puluh lagi.”

“Astaghfi rullah, astaghfi rullah... Udah belum?”

“Belum, tiga belas kali lagi.”

“Astaghfi rullah, astaghfi rullah.. Udah?”

“Iya, sudah.”

“Sekarang setan lagi nangis ya, Ma?” tanya anakku dengan polosnya.

“Iya, sekarang dia pasti nangis,” kata ibunya dengan senyum.

“Kalau gitu, aku mau istighfar lagi supaya nangisnya lebih lama,” kata anakku sembari menambah istighfarnya.

📚 38. Al-Khansa, Ummu Syuhada


Sejarah mengabadikan sebuah nama seorang wanita Arab. Al-Khansa namanya. Para sejarawan sepakat bahwa sejarah tak pernah mengenal wanita yang lebih jago dalam bersyair dibandingkan Al-Khansa, sebelum maupun sepeninggal dirinya. Para ahli sejarah menceritakan bahwa pernah suatu ketika Rasulullah menyuruhnya melantunkan syair, kemudian karena kagum pada keindahan syairnya, Rasulullah sampai mengatakan, “Ayo teruskan, tambah lagi syairnya, wahai Khansa!” sambil mengisyaratkan dengan telunjuk beliau.

Tetapi bukan itu alasan mengapa saya mengangkat kisah Al-Khansa di sini. Ada yang lebih istimewa pada diri Al-Khansa dibanding kepiawaiannya dalam bersyair. Keistimewaan inilah yang membuat Al-Khansa mendapat panggilan istimewa, Ummu Syuhada.

Suatu hari Khalifah Umar Ibn Khattab menyediakan satu pasukan tempur untuk melawan pasukan Farsi. Semua umat Islam dari berbagai kabilah telah dikerahkan menuju ke medan perang, dan telah terkumpul 41.000 tentara Islam. Khansa mengerahkan keempat putranya untuk ikut mengangkat senjata dalam perang suci itu. Iya, keempat-empatnya.

Subhanallah, ibu macam apa ini. Keempat anaknya dikirim ke medan perang. Mempertaruhkan nyawanya membela agama. Bukan hanya itu. Khansa sendiri juga ikut ke medan perang dalam kumpulan pasukan wanita yang bertugas merawat dan menaikkan semangat pejuang tentara Islam.

Dengarlah nasihat Khansa kepada putra-putranya yang sebentar lagi siap menjemput syahid di medan perang.

“Wahai anak-anakku. Aku telah melahirkan kalian dengan penderitaan dan membesarkan kalian dengan susah payah. Aku tidak pernah membawa aib bagi keluarga kita dan tidak pernah menodai nama baik kabilah kita. Aku tidak pernah mencoreng nama baik ayah kalian. Jadi, tidak ada yang perlu diragukan lagi dari kepribadian ibu kalian.”

Kemudian Khansa membacakan satu ayat dari surah Ali-Imran, “Wahai orang yang beriman. Sabarlah, dan sempurnakanlah kesabaran itu, dan teguhkanlah kedudukan kamu, dan patuhlah kepada Allah, semoga menjadi orang yang beruntung.”

Tertunduk khusyuk putra-putra Khansa mendengar nasihat ibunda yang disayanginya itu.

“Sekarang, dengarkan! Ingat, adalah suatu keberuntungan besar bila dalam perang membela Rasulullah. Ingat ayat Al-Qur’an yang memerintahkan bersabar di tengah kesulitan. Besok pagi, aku harap kalian bangun dari tempat tidur dengan penuh kekuatan dan semangat. Majulah ke medan perang dengan gagah berani. Majulah ke tengah-tengah medan yang paling berbahaya, hadang musuh-musuh kalian dan raihlah syuhada!”

Azan Subuh menggema. Tentara Islam telah bersiap menghadap-Nya dalam jemaah shalat Subuh, kemudian mereka berdoa, “Ya Allah berikanlah kami kemenangan atau surga.”

Usai itu, Saad bin Abu Waqas, sang panglima besar Islam memberikan arahan agar semua pasukan bersiap.

Dua hari pertama satu pasukan Islam masih sanggup berhadapan dengan satu pasukan kafi r. Tetapi berbeda, hari ketiga mulailah pertempuran besar-besaran yang tak imbang. 41.000 orang tentara Islam melawan 200.000 tentara Farsi. Satu berbanding lima. Pasukan Islam mendapat perlawanan hebat, namun jiwa keimanan mereka tetap yakin bahwa pertolongan Allah mengiringi kibasan pedang mereka.

Putra-putra Khansa maju untuk merebut peluang menuju surga. Motivasi dahsyat dari diksi syair ibunya telah memusnahkan ketakutan dalam hati mereka. Sambil mengibaskan pedang, salah seorang dari mereka berkata, “Hai saudara-saudaraku! Semua mutiara telah keluar dari lisan ibu kita. Insya Allah akan kita buktikan sesaat lagi.”

Pertempuran semakin sengit.

“Demi Allah,” kata anak kedua Khansa, “Kami tidak akan melanggar nasihat ibu kami. Nasihatnya wajib ditaati dengan ikhlas dan rela hati. Segeralah bertempur, segeralah bertarung dan menggempur musuh-musuh Islam, sampai kalian menyaksikan keluarga Kaisar musnah.”

Di sudut lain, sang putra ketiga tak mau kalah.

“Sungguh,” suara anak ketiga menyusul, “Ibu kami kuat azamnya, tegas dan tidak guncang oleh apa pun. Beliau telah menggalakkan kita agar bertindak cerdas dan berakal cemerlang. Segera masuki medan tempur dan segera pertahankan diri. Dapatkan kemenangan yang bakal membawa kegembiraan di dalam hati, atau tempuhlah kematian yang bakal mewarisi kehidupan yang abadi.”

Anak keempat dengan pedang terhunus dan lompatan indah menyusul saudara-saudaranya, ia pun berkata, “Bukanlah aku putra Khansa, kalau aku tidak berhasil membuat tentera asing itu terjun ke jurang kematian dan musnah termangsa oleh senjataku.”

Singkat kisah. Pasukan Islam yang menemui syahid di medan Kadisia berjumlah lebih kurang 7.000 orang. Dari 7.000 orang syuhada itu, terbujur syahid empat putra Khansa.

Setelah Al-Khansa menerima berita bahwa keempat putranya telah syahid, dengan tenang, gembira, dan hati tidak berguncang Al-Khansa terus memuji Allah dengan ucapan, “Alhamdulillah, yang telah memuliakanku dengan mensyahidkan mereka, dan aku mengharapkan dari-Nya, agar Dia mengumpulkan aku dengan mereka di tempat tinggal yang kekal dengan rahmat-Nya!”

Al-Khansa kembali ke Madinah bersama para prajurit yang masih hidup dengan mengikhlaskan syahidnya mayat-mayat putranya di medan Kadisia. Oleh karena peristiwa itu, ia mendapat gelar kehormatan, ‘Ummu syuhada, ibu para syuhada’.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam