Bagian Keempat



📚 Terjemah Kitab Qami'Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)



33. Bersyukur
Dalam surat al-Baqarah ayat 152 Allah swt berfirman:

... dan bersyukurlah kepada-Ku, jangan kau ingkari nikmat-Ku.

Dalam surat an-Nisa ayat 147 Allah swt berfirman:

Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.

Rasulullah saw bersabda,

Ada empat hal, barang siapa yang pada dirinya terdapat hal tersebut niscaya sempurna keislamannya, meskipun dari ujung rambut sampai kakinya terdapat kesalahan. Empat hal tersebut adalah:
  • 1. kejujuran,
  • 2. syukur,
  • 3. malu berbuat maksiat, dan
  • 4. budi pekerti yang baik.
Syukur mengandung tiga unsur, yaitu:

1. Ilmu, yaitu mengetahui bahwa semua kenikmatan yang diterima pada hakekatnya adalah dari Allah swt Sedangkan semua orang yang menjadi sebab dari kenikmatan tersebut pada hakekatnya hanyalah sebagai perantara semata-mata yang dipaksa oleh kehendak dan kekuasaan Sang Pemberi nikmat, Allah swt Namun Allah swt mengajarkan kepada kita agar kita pandai berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi perantara dari kenikmatan Allah swt tersebut, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:

Yang tidak termasuk bersyukur kepada Allah adalah orang yang tidak bersyukur kepada manusia. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.

2. Hal atau keadaan, yaitu kegembiraan karena nikmat datang:
  • (A) Gembira karena melihat wujud dari kenikmatan yang datang.
  • (B) Gembira karena melihat manfaat dari kenikmatan yang datang.
  • (C) Gembira karena memandang kepada pemberian nikmat dari Sang Pemberi nikmat.
Kegembiraan hati yang termasuk unsur syukur adalah yang terakhir.

3. Amal, yaitu penggunaan kenikmatan yang telah diterima:
  • (A) untuk maksiat.
  • (B) untuk menuruti keinginan nafsu yang bukan maksiat.
  • (C) sesuai dengan keinginan dan tujuan Sang Pemberi nikmat, Allah swt.
Amal yang termasuk unsur syukur adalah yang terakhir.

Menurut Syeikh Syubuli, syukur adalah memandang kepada Sang Pemberi nikmat dan tidak memandang kepada kenikmatan. Sebagian ulama berpendapat bahwa kesyukuran orang awam adalah terhadap kebutuhan dasar yaitu makanan, minuman, dan pakaian. Sedangkan kesyukuran orang khusus adalah terhadap hal-hal yang datang pada hati (jiwa).

34. Menjaga lidah dari omongan yang tidak pantas
Dalam surat Qaf ayat 18 Allah swt berfirman:

Tiada suatu kata yang diucapkan, kecuali di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Rasulullah saw bersabda,

Tegaknya agama adalah dengan salat; puncak amal adalah berjuang; dan akhlak Islam yang paling utama adalah diam, sehingga orang memberi salam.

Sahabat Abu Hurairah ra meriwayatkan hadits Rasulullah saw:

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia berkata baik atau diam.

Menurut Imam asy-Syafii, jika seseorang ingin berbicara, ia harus memikirkan hal yang akan di ucapkan. Jika nampak kemaslahatannya, ia boleh berbicara, dan jika ragu hendaknya tak usah bicara sehingga jelas kemaslahatannya. Sebagian orang bijak berkata, ‚Barang siapa yang berbicara selain dalam kebaikan, maka ia telah berbuat sia-sia. Barang siapa yang melihat sesuatu tanpa mengambil pelajaran dari yang dilihatnya, maka ia benar-benar telah lupa. Barang siapa yang diam tanpa berfikir, maka ia benar-benar telah berbuat percuma.

Kata orang bijak: "Apabila pembicaraan membuatmu heran, diamlah. Dan apabila diam telah membuatmu heran, maka berbicaralah!"

35. Menjaga kemaluan dari hal yang dilarang oleh Allah
Maksudnya adalah menjaga kemaluan dari zina, liwath (homo sexual), musahaqah (lesbian) dan mufakhadzah. Liwath adalah memasukkan kemaluan laki-laki ke dalam dubur laki-laki. Musahaqah adalah perbuatan yang dilakukan orang perempuan dengan perempuan lain dengan farjinya. Mufakhadzah adalah perbuatan yang dilakukan seorang laki-laki dengan dzakarnya pada laki-laki lain di pahanya.

Dalam surat al-Isra ayat 32 Allah swt berfirman:

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.

Dalam surat asy-Syu'ara ayat 165 Allah swt berfirman:

Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki dari manusia?

Dalam surat al-A'raf ayat 81 Allah swt berfirman:

Sesungguhnya kamu sekalian mendatangi para lelaki untuk memuaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu sekalian adalah kaum yang melampaui batas.

Rasulullah saw bersabda,

Sungguh Allah tidak memerintahkan bersikap malu dalam menerangkan kebenaran. Janganlah kamu sekalian mendatangi para wanita pada dubur mereka!

36. Menunaikan amanat kepada yang berhak
Cabang iman 36-39 disebutkan dalam bait syair:

Tunaikanlah amanat, janganlah kamu membunuh orang muslim, jagalah makanan, jaga hartamu dari yang haram, niscaya kamu menjadi terhormat.

Dalam surat an-Nisa ayat 58 Allah swt berfirman:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian agar menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya ...

Rasulullah saw bersabda,

Ada tiga hal yang bila ketiganya atau salah satu terdapat pada diri seseorang, dipersilakan mengawini bidadari yang ia inginkan. Tiga hal tersebut adalah:
  • (1) orang yang diamanati sesuatu dan menunaikannya karena takut kepada siksa Allah Yang Maha Menang lagi Maha Agung, 
  • (2) orang yang memaafkan kesalahan orang yang membunuhnya (sebelum ia mati), dan
  • (3)orang yang membaca surat al-Ikhlas 11 kali setiap selesai salat. (HR. Ibnu Asakir).
37. Tidak membunuh orang muslim
Dalam surat an-Nisa ayat 93 Allah swt berfirman:

Barang siapa yang membunuh seseorang muslim dengan sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, ia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya dan mengutuknya serta menyiapkan azab yang besar baginya.

Dalam surat al-An'am ayat 151 Allah swt berfirman:

... dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk membunuhnya, kecuali ada sebab yang benar ...

Rasulullah saw bersabda,

Dosa yang paling besar menurut Allah adalah membunuh jiwa. Barang siapa bunuh diri dengan pisau, maka para malaikat selalu menikamnya dengan pisau tersebut di jurang Jahannam. Barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari suatu tempat hingga mati, maka para malaikat akan selalu menjatuhkan dia dari puncak sampai ke jurang dalam neraka. Barang siapa yang menggantung diri dengan tali hingga mati, maka ia akan selalu digantung di tonggak dari api. Dan barang siapa yang membunuh orang lain tanpa alasan yang benar, maka para malaikat akan selalu menyembelihnya dengan pisau dari api. Demikian seterusnya, balasan itu adalah dari jenis perbuatan.

38. Menjaga diri dari makanan dan minuman haram
Sabda Rasulullah saw riwayat Abu Bakar as-Siddiq ra:

Jasad yang diberi makan dengan makanan yang haram tidak dapat masuk surga. (HR. Abu Ya'la) dan lainnya.

Peringatan dari wasiat Syeikh al-Kamil Ibrahim al-Matbuliy:

A. Seseorang yang makan di rumah temannya, setelah selesai makan seyogyanya membaca doa seperti yang diamalkan oleh Syeikh Afdlaluddin al-Azhari sebagai berikut:

Ya Allah, jika makanan ini halal, lapangkanlah rizki pemilik makanan dan balaslah ia dengan yang lebih baik. Dan jika makanan ini haram atau syubhat, ampunilah aku dan dia serta relakanlah aku mengikuti orang-orang yang mengikuti agama-Mu pada hari kiamat dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

B. Orang yang diundang makan dan ragu akan kehalalannya, seyogyanya membaca doa yang
diamalkan oleh Syeikh asy-Sya'rani sebagai berikut:

Ya Allah, lindungilah aku dari memakan makanan ini yang aku diundang untuknya. Jika Engkau tidak mau melindungi aku dari memakannya, janganlah Engkau tinggalkan makanan ini berdiam di perutku. Jika Engkau menjadikan makanan ini berdiam di perutku, lindungilah aku dari terjatuh dalam kemaksiatan yang biasanya timbul dari makanan ini. Jika Engkau tidak melindungi aku dari terjatuh dalam kemaksiatan, terimalah permintaan ampunku dan relakan aku termasuk orang-orang yang mengikuti perintah-Mu. Dan jika Engkau tidak mau menerima permintaan ampunku dan tidak merelakan aku termasuk orang-orang yang mengikuti perintah-Mu, sabarkanlah aku terhadap siksa neraka, wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

39. Menjaga diri dari harta yang haram
Orang yang beriman wajib menjaga dirinya dari harta yang haram, seperti riba dan yang semacamnya. Oleh karena itu seseorang wajib mencari pekerjaan yang halal, seperti bertani, berdagang, dan industri. Sebagian dari orang ahli makrifat berkata, Orang yang tidak bekerja disebabkan oleh tiga alasan: malas, sibuk bertakwa, atau takut celaan dan congkak:
  • A. Orang yang tidak bekerja karena malas pasti menjadi pengemis.
  • B. Orang yang tidak bekerja karena sibuk dengan ketakwaan pasti akan tamak terhadap milik orang lain, dan akan makan dari hasil menjual agamanya yang makanan tersebut hukumnya haram.
  • C. Orang yang tidak bekerja karena takut gengsinya jatuh dan karena congkak pasti akan mencuri.
Sebagian dari ahli makrifat berkata, "Barang siapa yang bekerja untuk menjaga mukanya dari meminta-minta, maka pada hari kiamat mukanya bagaikan bulan purnama; ia tidak diungkit-ungkit oleh orang-orang yang bebannya lebih berat dari pada gunung". Sebagian ulama berkata,

"Mencari pekerjaan adalah wajib seperti kewajiban mencari ilmu. Alasan mencari pekerjaan ada empat:
  • 1. Fardhu, yaitu mencari pekerjaan untuk mencukupi keperluan minimal bagi diri, keluarga, dan agamanya.
  • 2. Sunnat, yaitu mencari kelebihan dari kadar kecukupan agar dapat membantu orang yang fakir atau membantu famili dan kerabat. Ini adalah lebih utama dari pada ibadah sunnat.
  • 3. Mubah, yaitu mencari tambahan dari kadar kecukupan untuk bernikmat-nikmat dan memperindah tempat tinggal dan pakaian.
  • 4. Haram, yaitu mencari tambahan dari kecukupan yang dapat dipergunakan untuk menyombongkan diri."
Demikianlah keterangan dari kitab "Tuhfatul Muluk".

40. Menghindari pakaian, perhiasan, dan bejana yang diharamkan
Cabang iman 40-42 disebutkan dalam bait syair:

Hindarilah perhiasan, bejana, dan permainan yang dilarang. Belanjakan hartamu dengan baik. Jika tidak, engkau berdosa.

Orang laki-laki dan orang banci yang sudah baligh diharamkan memakai pakaian sutera dan pakaian yang bahannya dicampur dengan sutera lebih dari 50%, serta pakaian yang ditenun seluruhnya atau sebagiannya dengan benang emas atau perak. Juga haram memakai campuran salah satu dari emas atau perak, jika campuran tersebut dihasilkan dengan jalan memanaskannya pada api, kecuali jika emas dan perak tersebut dapat bertagar (berkarat).

Orang laki-laki dan orang banci meskipun masih kecil haram mempergunakan bejana yang terbuat dari emas atau perak. Wali anak kecil haram jika membiarkan anaknya memakai bejana tersebut. Juga haram mengumpulkan berbagai bejana yang terbuat dari emas dan perak murni atau campuran, besar atau kecil untuk dibuat pajangan.

Pemakaian oles celak, tempat celak, jarum, tusuk gigi, bingkai kaca, sendok, sisir, tempat pembakaran dupa dan lainnya yang terbuat dari emas dan perak juga haram.

Nabi Muhammad saw bersabda,

Barang siapa orang-orang lelaki yang memakai pakaian dari sutera di dunia, maka pada hari kiamat Allah akan mengenakan pakaian dari api neraka kepadanya.

Pengertian hadits di atas ialah bahwa orang laki-laki yang memakai pakaian sutera di dunia ini dengan sengaja lagi mengetahui bahwa pakaian tersebut adalah sutera dan dia memakainya tidak dalam keadaan darurat, niscaya pada hari kiamat nanti Allah swt akan mengenakan pakaian dari api neraka kepadanya, sebagai balasan dari perbuatannya.

Rasulullah saw bersabda,

Barang siapa memakai sutera di dunia, niscaya ia tidak akan memakainya di akhirat.

Rasulullah saw bersabda,

Barang siapa memakai pakaian kemasyhuran, niscaya Allah akan berpaling darinya hingga ia melepaskannya pada waktu ia melepaskannya.

Maksud hadits di atas ialah bahwa orang yang memakai pakaian kesombongan dan kecongkakan tidak akan dipandang oleh Allah dengan pandangan kasih sayang, hingga Allah membuat semua mata dan hati manusia memandang hina terhadapnya.

Rasulullah saw bersabda,

Janganlah kamu sekalian makan pada tempat yang terbuat dari emas dan perak dan jangan kamu sekalian minum minuman yang berada pada tempat yang terbuat dari emas dan perak.

Diriwayatkan bahwa seorang alim, Syeikh Hasan al-Bashri, dan seorang ahli ibadah, Syeikh Farqad, berada dalam satu jamuan walimah yang menyediakan kurma dalam tempat terbuat dari emas dan perak. Syeikh Hasan duduk menghadapi makanan tersebut, sedangkan Syeikh Farqad mengucilkan diri. Syeikh Hasan mengambil kurma dari tempatnya dan menuangkannya habis di atas roti, lalu beliau makan roti dan kurma tersebut sambil menoleh kepada Syeikh Farqad dan berkata, "Wahai Farqad yang tidak alim, tidakkah engkau berbuat seperti ini?". Syeikh Hasan berpendapat bahwa mengosongkan isi piring yang terbuat dari emas dan perak tersebut bukanlah berarti memakainya, bahkan menghilangkan kemungkaran yang diperbuat oleh pemilik rumah.

Karena kedalaman ilmu agamanya, beliau telah menggabungkan antara kesunnatan makan hidangan walimah, menutup kekecewaan hati orang yang mengundang, menghilangkan kemungkaran, dan sekaligus mengajarkan hukum fikih. Beliau memandang kecil nama Syeikh Farqad yang tidak alim dengan "Wahai Farqad kecil‛ yang memperlihatkan perbuatan mungkar dari pemilik rumah.

41. Menjaga diri dari permainan yang dilarang
Permainan yang dilarang oleh agama Islam antara lain undian (lotre), meniup seruling, meniup harmonika, dan gitar.

42. Sederhana dalam membelanjakan harta
Setiap orang yang beriman dilarang boros dalam membelanjakan harta dan dilarang berbuat pelit.

Dalam surat al-Isra ayat 29 Allah swt berfirman:

Dan janganlah kamu sekalian jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah kamu 
sekalian terlalu mengulurkannya, karena itu kamu sekalian menjadi tercela dan menyesal.

Setiap orang yang beriman dilarang berbuat pelit dan berbuat boros dalam membelanjakan hartanya, agar tidak dicela oleh sesama manusia dan oleh Allah swt Jika orang berbuat pelit, maka ia akan menyesal, dan jika berbuat boros, akhirnya tidak mempunyai apa-apa lagi. Kejahatan pemboros disamakan dengan kejahatan setan,

sebagai disebut dalam surat al-Isra ayat 26 dan 27:

... dan janganlah kamu sekalian menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya para pemboros adalah kawan setan ...

Nabi Muhammad saw bersabda,

Tidak akan rugi orang yang beristikharah; tidak akan menyesal orang yang bermusyawarah dan tidak akan melarat orang yang sederhana (dalam membelanjakan harta)"

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam