Bahaya Menunda Tobat



πŸ“š Buku Mendaki Tanjakan Ilmu Dan Tobat


Selanjutnya, ketahuilah dengan yakin, bahwa tanjakan tobat ini merupakan tanjakan yang sukar. Urusannya sangat penting. Dan, bahayanya besar.

Kami mendengar dari Al-Ustadz Abu Ishaq Al-Asfaroyini rahimahullah. Beliau termasuk ulama yang dalam ilmu, serta amalannya. Beliau berkata, “Aku telah berdoa kepada Allah selama 30 tahun supaya aku diberi taufik tobat nasuha, sampai aku merasa heran, dan kataku, ‘SubhΓ’nallah. Suatu hajat yang telah kuminta dalam 30 tahun sampai sekarang belum diberi.’ Kemudian aku merasa seolah-olah bermimpi, dan aku mendengar perkataan ini, ‘Ya Abi Ishaq, herankah engkau tentang hal itu? Tahukah engkau, permohonan itu ialah agar Allah cinta kepadamu. Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah sangat mencintai orang yang bertobat dan bersih kelakuannya? Apakah engkau mengira, bila seseorang ingin disukai Allah itu merupakan pekerjaan yang mudah? Lihatlah ketekunan dan perhatian para imam dalam memperbaiki hatinya, dan mereka bersiap-siap menyediakan bekal untuk akhirat.”

Adapun bahaya yang ditakutkan dari menunda tobat ialah, karena dosa itulah yang mulanya menjadikan kerasnya hati; dan akhirnya mendatangkan kesialan dan kecelakaan. Naudzubillah.

Jangan kamu lupakan kisah iblis yang tadinya mempunyai kedudukan baik. Ahli ilmu dan ibadah. Namun, karena dosanya, akhirnya dia jatuh pada keadaan yang sangat hina dan kufur. Demikian pula yang dialami oleh Bal’am bin Ba’uro, yang tergoda harta benda yang bisa dia dapatkan jika mendoakan Nabi Musa a.s. celaka, sehingga dia rugi dan celaka selama-lamanya.

Kamu wajib sadar dan bersungguh-sungguh dalam beramal. Mudah-mudahan kamu bisa menanggalkan akar-akar ishrar (membandel tidak mau tobat) dari hatimu. Dapat membersihkan badanmu dari dosa-dosa. Jangan sekali-kali merasa aman dari kerasnya hati (membatu tidak dapat menerima nasihat-nasihat) yang disebabkan dosa itu. Renungkanlah keadaan dirimu. Jika ada dosa, segeralah bertobat. Dan jika selamat dari dosa, bersyukurlah kepada Allah dengan mengerjakan taat.

Setengah orang-orang saleh berkata, hitamnya hati itu disebabkan mengerjakan dosa. Tanda hitamnya hati ialah, seseorang tidak kaget atau takut ketika mengerjakan dosa. Tidak merasa manis ketika mengerjakan taat. Tidak mempan diberi nasihat. Jangan sekali-kali kamu meremehkan dosa, hingga kamu menyangka dirimu sudah tobat, padahal sebetulnya kamu terus-menerus mengerjakan dosa besar. Itu akibat kamu memandang remeh dosa itu.

Kahmas bin Hasan pernah berkata, “Saya pernah melakukan satu dosa, lalu menyesal dan menangis selama 40 tahun.”

Ada orang yang bertanya, “Apakah dosa engkau itu, ya Abu Abdillah (Kahmas)?”

Jawabnya, “Pada suatu hari ada tamu ke rumahku. Lalu aku membeli ikan goreng untuk menjamunya. Setelah tamu itu selesai makan, untuk membersihkan tangannya, aku ambil segumpal tanah milik tetanggaku, tanpa minta izin terlebih dahulu pada yang punya.”

Cobalah renungkan dirimu, dan hisablah sebelum dihisab pada Hari Kiamat nanti. Segeralah bertobat sebelum mati. Sebab ajal itu tidak diketahui kapan tibanya, sedang dunia ini hanya tipuan. Nafsumu dan setan, keduanya itu adalah musuhmu. Rendahkanlah hatimu dan mohon kepada Allah.

Ingatlah kisah bapak kita, Nabi Adam a.s., yang diciptakan Allah dan diberi ruh, lalu dijunjung malaikat untuk kemudian dibawa ke dalam surga. Tetapi, hanya sekali dia bersalah, dengan tidak sengaja, hal itu menyebabkan beliau diturunkan ke dunia.

Menurut satu riwayat. Allah berfirman kepada Nabi Adam, “Hai, Adam, Aku ini tetangga macam apa bagimu.” Jawab Nabi Adam, “Engkaulah tetangga yang paling baik bagiku.”

Firman Allah, “Hai Adam, keluarlah engkau sekarang ini dari ketetanggaanku itu, dan tanggalkan dari kepalamu mahkota kemuliaan dari-Ku, sebab orang yang melanggar larangan-Ku tidak boleh menjadi tetangga-Ku.”

Setelah itu, Nabi Adam menangis hingga 200 tahun lamanya, sampai Allah menerima tobatnya dan mengampuni kesalahannya yang hanya satu itu: Memakan buah terlarang karena ditipu iblis.

Ini ketetapan Allah Swt. terhadap nabi-Nya dan pilihanNya. Bagaimana dengan orang yang bukan nabi, dan dosanya tidak terhitung tapi tidak mau bertobat? Demikianlah orang bertobat memohon dan menjerit dalam hati seperti Nabi Adam a.s. Bagaimana keadaan orang yang terus saja berbuat dosa dan tidak bertobat dari jalan yang sesat?

Alangkah baiknya syair ini:

“Orang yang tobat merasa khawatir tentang dirinya sendiri. Bagaimana orang yang tidak mau tobat?”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam