Bersedakah Kepada Orang Yang Memberi



📚 Kumpulan Nasehat


Syeikh Abdul Qadir Jailani pernah mengalami musim paceklik di Bagdad. Saat itu ulama madzhab Hambali ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Suatu saat dalam keadaan sangat lapar beliau keluar untuk mencari makanan.

Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Jika Syeikh Abdul Qadir melihat orang-orang fakir berebut di tempat sampah, maka beliau memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syeikh Abdul Qadir akhirnya tidak memperoleh makanan.

Beliau akhirnya berjalan hingga sampai di masjid Yasin di Bagdad, karena sudah tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Di saat yang sama datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syeikh Abdul Qadir ingin membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya.

Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syeikh Abdul Qadir seraya mengatakan,” Bismillah ya akhi ”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syeikh Abdul Qadir.

Syeikh Abdul Qadir menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syeikh Abdul Qadir memakan sedikit dari apa yang diberikan.

Setelah itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?” Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”. Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?” Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Itu adalah saya”.

Mendangar jawaban itu si pemuda pun terperengah,” Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”

Syeikh Abdul Qadir pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun menjelaskan bahwa ibu Syeikh Abdul Qadir telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syeikh Abdul Qadir. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syeikh Abdul Qadir pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (lihat, Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)

Meski menolak untuk meminta-minta, Syeikh Abdul Qadir tetap memperoleh rizki bahkan di saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang lain. Yang juga perlu dicontoh adalah sifat Syeikh Abdul Qadir yang selalu mengutamakan orang lain, sehingga Allah pun mencukupi rizkinya.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam