23. Menghibur Hati



📚 Buku Bulir-Bulir Kebaikan



Jika akan bosan dan jemu serta lelah dari pekerjaan. Manusia harus mengalokasikan waktu untuk menghibur hatinya dengan permainan yang diperbolehkan bersama teman-teman dan anak-anak. Para Nabi 'alaihimushalatu wassalam, meski mereka pribadi yang kuat dan hebat akan tetapi mereka pun menghibur diri mereka.

Nabi Sulaiman 'alaihissalam tersenyum. Allah ta'ala berfirman : " Maka dia tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: "Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba- Mu yang saleh ". (QS.an-Naml : 19 ).

Telah dibuktikan oleh fakta bahwa tersenyum dan tertawa ringan mengaktifkan aliran darah dalam tubuh manusia. Berbeda dengan kesedihan, sikap seimbang sangat dianjurkan dalam setiap perkara. Rasulullah telah bersabda : " Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah ".

Dan contoh dalam hal ini banyak.

Tertawa dan becanda Nabi seperti berikut :

1. Abdullah bin al-Harits berkata : " Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum selain Rasulullah ".(HR. Ahmad, Tirmidzi)

2. Jarir bin Abdullah radhiyallahu'anhu berkata : " Rasulullah tidak pernah menghalangiku sejak aku masuk Islam dan tidaklah beliau melihat kepadaku melainkan tersenyum". (HR. al-Bukhari dan Muslim)

3. Ali bin Rabiah berkata : " aku melihat Ali datang dengan keledai yang akan ia tunggangi, ketika ia hendak meletakkan kakinya pada tunggangan, ia berkata : Bismillah ( dengan menyebut nama Allah ). Ketika ia telah duduk tegak di atasnya ia berkata : Alhamdulillah ( segala puji bagi Allah ). Kemudian ia membaca : alhamdulillahilladzi sakhkhara lanaa hadza, wa maa kunna lahuu muqriniin, wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun ( Maha suci Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami ). Kemudian mengucapakan : Alhamduillah 3 ( tiga ) kali, allahu akbar 3 ( tiga ) kali, subhanaka innii zhalamtu nafsii faghfirlii fainnahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta ( Maha Suci Engkau sesungguhnya kau menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku, karna tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau ). Kemudian ia tertawa. Lantas aku bertanya kepadanya : apa yang menyebabkan anda tertawa wahai amirul mukminin ? ia menjawab : aku melihat Rasulullah melakukan apa yang aku lakukan, kemudian beliau tertawa, maka aku bertanya: apa yang menyebabkan engkau tertawa wahai Rasulullah ?. ia menjawab : " sesungguhnya tuhanmu sangat kagum kepada hamba-Nya yang jika ia berkata : wahai Tuhan ku ampunilah aku, ia mengetahui bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengampuni dosa selain Dia ".(HR. Abu Dawud dan Tirimdzi)

Adapun sifat canda Nabi seperti berikut :

Nabi tidak bercanda melainkan jujur.

1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu bahwa Nabi berkata kepadanya : " Hai yang punya dua telinga ". (HR. Abu Dawud dan Tirimdzi) Tirimidzi berkata : " hadits ini menunjukkan tawadhu' Nabi kepada pembantunya Anas. Bercanda adalah kelapangan jiwa terhadap orang lain sebagi rasa kasih sayang bukan melukai ". Saya menyajikan hadits ini kepada setiap orang yang bersikap sombong kepada pembantunya agar belajar dari penghulu akhlak bagaimana bersikap tawadhu' ? karena bersikap longgar, berlemah lembut, kasih sayang selamanya tidak akan menurunkan derajat sesorang melankan akan mengangkatnya. Karena orang-orang yang penyayang akan disayang Allah azza wajalla.

2. Anas bin Malik radhiyallahu'anhu berkata : " Rasulullah pernah ikut bergaul dengan kami, kemudian beliau berkata kepada saudaraku yang kecil : " wahai abu Umair apa yang dilakukan Nughair ( burung kecil ) ".(HR. al-Bukhari dan Muslim) Abu Isa at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan bagaimana pemahamannya terhadap hadits ini bahwa Nabi pernah bercanda, dan Nabi memberi sebuah julukan kepada seorang anak kecil, belai berkata kepadanya : " wahai Abu Umair ". Hadits ini pula menunjukkan bahwa tidak mengapa memberi anak kecil seubah burung untuk bermain dengannya. Akan tetapi ketika Nabi berkata kepadanya : " wahai Abu Umair apa yang dilakukan Nughair ", karena ia punya burung kecil yang suka bermain dengannya kemudian mati. Anak kecil itu pun bersedih, lantas Nabi mencandainya, dengan bertanya : " wahai Abu Umair apa yang dilakukan Nughair " ?.

3. Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata : " mereka ( para sahabat ) berkata : Wahai Rasulullah, engkau mencandai kami ? ". Rasulullah menjawab : " Aku tidak mengatakan kecuali kebenaran ". (HR. Tirmidzi)

4. Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu bahwa ada seorang pria meminta tumpangan kepada Rasululllah, kemudian Rasulullah berkata : " Aku akan membawamu di atas anak unta . Pria itu pun berkata : Wahai Rasulullah ! apa yang bisa aku perbuat dengan anak unta ?. lantas Rasulullah berkata : " Bukankah unta tidak melahirkan kecuali anak unta ? ". (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

5. Dari Anas radhiyallahu'anhu bahwa suatu hari Nabi mendatangi salah seorang sahabatnya, kemudian Nabi mendekapnya dari belakang dan sahabatnya tidak bisa melihatnya. Ia pun berkata : " lepaskan aku siapa ini ? ", kemudian ia menoleh, ia lihat ternyata Nabi. Maka ia pun tidak melepaskan punggungya menempel dengan dada Nabi. Kemudian Nabi berkata : " siapa yang membeli seorang hamba ?". Ia menjawab : " wahai Rasulullah, demi Allah engkau tau aku ini Kasid ( tidak layak jual ). Maka Nabi berkata : " Tapi kamu bukan kasid di sisi Allah ", atau berkata : " kamu mahal di sisi Allah ". (HR. Ahmad dan Tirimidzi)

Bercanda memiliki adab-adab, diantaranya :

1. Niat yang baik. Ia bercanda dengan maksud menghilangkan kebosanan, hiburan yang boleh bagi hati, agar semangat baru lagi.

2. Tidak banyak bercanda. Orang yang banyak bercanda akan berkurang wara'nya dan hilang wiabawanya.

3. Tidak bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda seperti syaikh besar, ulama dan orang yang tidak suka bercanda.

4. Tidak bercanda saat kondisi semangat.

5. Menjauhi perkara haram ketika bercanda : diantaranya :

  • a. Menakuti seorang muslim dengan candaan. Rasulullah bersabda: " Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti orang muslim ". (HR. Abu Dawud)
  • b. Dusta dalam bercanda. Rasulullah bersabda : " Aku menjamin sebuah rumah di sudut surga bagi orang yang meninggalkan candaan meskipun ia benar, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meinggalkan dusta meskipun ia bercanda, dan sebuah rumah di atas surga bagi orang yang akhlaknya baik ". (HR. Abu Dawud)
  • c. Mencela sebuah kelompok masyarakat : seperti orang yang bercanda untuk membuat senang kelompok tertentu, atau penduduk negeri tertentu, atau orang- orang dengan keahlian tertentu dengan suatu candaan aib bagi mereka. Atau bercanda dengan temannya kemudian mengejeknya, atau menuduhnya berbuat zina, kita berlindung kepada Allah dari hal demikian.
  • d. Hendaknya bercanda dilakukan bersama orang yang memerlukan seperti anak kecil, wanita dan sebagainya.

Sebagian orang menampakkan wajah murung dan pandangan lesu, tidak tersenyum. Tidak berbicara kepada orang lain seolah-olah kepalanya ditimpa kesedihan dunia.

Orang-orang seperti mereka disebabkan beberapa hal, diantaranya :

  • 1. Tidak memahami sejarah hidup Nabi.
  • 2. Mereka hidup dengan keras dan menderita.
  • 3. Mereka tidak tahu bahwa Islam adalah agama  pertengahan dalam semua perkara.


Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam