Bukan Hasil Sulapan



📚 Buku Sejarah Ilmu Laduni (Mencari Jati Diri)



Orang yang mendapatkan ilmu laduni itu bukan hanya sekedar yang asalnya tidak bisa berbahasa Arab, atau berbahasa Inggris misalnya, kemudian tahu-tahu menjadi bias. Atau tidak bisa membaca kitab kuning, tanpa sebab menjadi bisa. Lebih-lebih dikaitkan dengan kelebihan-kelebihan dan kesaktian (karomah), seperti orang dapat menghilang atau dapat terbang di udara seperti burung. Ilmu laduni bukan demikian, akan tetapi berupa berbagai kemudahan dan kelebihan yang menyertai hidup seorang hamba yang sholeh, baik aspek ilmiah maupun amaliah yang akan menjadikan orang tersebut berma’rifat kepada Tuhannya.

Memang terkadang gejala yang muncul di permukaan seperti tersebut di atas. Namun hal itu bukan karena orang tersebut telah mendapatkan kesaktian “tiban”. Akan tetapi karena penggodokan di dalam “kawah candradimuka” telah menghasilkan buah. Kecerdasan akal yang selama ini ditutupi oleh hijab, ketika hijab itu sudah hilang maka yang sudah cerdas menjadi semakin cerdas sehingga setiap yang sudah dibaca dan dihafalkan, selamanya tidak dapat hilang (lupa) lagi. Allah telah menyatakan yang demikian itu dengan firman-Nya: ´Kami akan membacakan (Al -Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.(QS. al-A’la; 6)

Artinya, kalau memang ada orang yang asalnya tidak dapat membaca kitab kuning, dalam waktu yang relatif singkat kemudian menjadi bisa, Apabila kemampuan itu didapatkan dari sumber ilmu laduni, kemampuan itu bukannya datang dengan sendirinya tanpa sebab, melainkan didatangkan dengan sebab- sebab dan proses yang harus dijalani. Namun demikian, datangnya kemampuan itu dengan jalan dimudahkan, sebagai sunnah yang tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lamanya. Sebagaimana sunnah-sunnah yang sudah diperjalankan Allah kepada para pendahulunya, yaitu para Nabi, ash- Shiddiq, asy-Syuhada·, ash-Sholihin.

Kalau datangnya kemampuan-kemampuan itu tanpa sebab dan tanpa proses yang harus dijalani oleh manusia, yang demikian itu hanyalah “sulapan” atau daya sihir, yang kadang-kadang datangnya dari setan Jin, sebagai “istidroj” atau kemanjaan sementara bagi manusia dan ketika masa tangguhnya habis, istidroj itu berangsur-angsur akan dihilangkan lagi untuk selamanya bersama kehancuran orang yang memiliki.

Demikian pula, ketika pencarian-pencarian sumber ilmu laduni yang dijalankan oleh seorang salik terjebak dengan gambaran secara personal bukan secara karakter. Semisal mencari nabi Khidhir secara personal, di pinggir-pingir laut di muka bumi misalnya, bukan secara karakter di dalam lautan ruhaniah yang ada dalam hati sanubari manusia. Mencari pertemuan dua lautan yang dapat di lihat mata, bukan lautan secara i'tibari, maka yang muncul kemudian boleh jadi adalah bayangan visual di dalam hayal manusia—yang dihasilkan dari sihir dan tipu daya setan Jin.

Kalau demikian, berarti perjalanan tersebut belum menemukan tujuan yang asli, walau untuk menyelesaikan tahapan menemukan yang asli itu, kadang-kadang terlebih dahulu orang harus melalui yang palsu. Oleh karena itu yang paling utama dalam setiap amal—yang dilakukan dengan tujuan khusus— adalah fungsi guru pembimbing ahlinya. Kalau tidak demikian, dapat dipastikan bahwa perjalanan salik tersebut akan menuju jalan yang sesat.

Konon katanya, suatu saat ada seorang anak kecil bertemu dengan nabi Khidhir di tengah jembatan dekat rumahnya menuju arah pasar. Setelah itu, anak tersebut seketika pandai berpidato—tidak sebagaimana seorang anak pada usianya (usia belasan tahun), sehingga ia menjadi terkenal dan didatangkan untuk berceramah ke mana-mana. Layaknya seperti orang yang kesurupan Jin, anak itu dapat berpidato dengan demikian ahlinya. Kata orang, ada roh suci yang memasuki jasadnya, sehingga kemudian anak itu menjadi kaya karena dia juga ternyata dapat mengobati orang-orang yang sakit.

Contoh kejadian seperti ini, kalau tidak dicermati dengan benar—tentunya dengan penguasaan ilmu khusus tentang dunia Jin,—maka banyak orang yang akan menjadi korban. Karena sebentar kemudian anak itu pulih sebagaimana aslinya dengan tanpa membekaskan kemanfaatan untuk dirinya, dalam arti sebagaimana tujuan diturunkannya ilmu laduni. Yang demikian itu kadang-kadang hanya tipu muslihat setan Jin untuk menciptakan sumber fitnah. Juga sebagai istidroj yang sementara dan berangsur-angsur hilang sama sekali. Yang tertinggal kemudian adalah fenomena dan tanda tanya besar yang tidak terjawab. Selanjutnya akan membentuk pola pikir yang salah terhadap orang yang ada di sekitar anak itu—tentang ilmu laduni, tentang nabi Khidhir yang akan dapat menyesatkan banyak orang. Yaitu ketika tapak tilas perjalanan anak tersebut ditindaklanjuti dengan pencarian-pencarian. Mencari nabi Khidhir dan ilmu laduni di tengah jembatan menuju pasar, maka akibatnya, banyak aqidah akan menjadi rusak disebabkan pencarian-pencarian seperti itu.

Kadang-kadang seseorang mengajarkan kepada orang lain cara untuk mendapatkan ilmu laduni, dengan mengamalkan bacaan-bacaan (amalan) khusus tanpa diajarkan dasar ilmunya. Membaca bacaan ini dan itu, dengan cara laku seperti ini, kemudian (katanya) orang yang mengamalkan cara seperti itu akan bertemu dengan nabi Khidhir as. lalu mendapatkan ilmu laduni dari nabi Khidhir. Yang demikian itu banyak terjadi di dalam fenomena. Ternyata hasilnya sama saja, mereka sama-sama terjebak dengan tipu daya setan Jin. Bukannya dapat bertemu dengan Nabi Khidhir, malah ada yang menjadi gila, gila hormat, gila kedudukan, sehingga di mana-mana hidupnya malah menimbulkan perpecahan sesama manusia. Dalam arti jalan hidup itu tidak sebagaimana jalan hidup seorang ‘Ulama yang tawadhu’, bertakwa dan berma’rifat kepada Tuhannya.

Oleh karena itu, tawasul secara ruhaniah (baca buku berjudul tawasul) adalah solusi yang sangat efektif. Menjadi sarana latihan yang multi guna agar perjalanan para salik mendapatkan penjagaan dari segala tipudaya setan Jin yang menghadang. Mereka berhasil lolos dan selamat dari segala ujian serta mampu menyelesaikan segala tahapan dan tanjakan sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Insya Allah.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam