Jangan Putus Asa



📚 Buku Allah Dekat Dan Bersamamu



“Putus asa hanya menguras energi, bahkan menggerus iman.”

Suatu senja, di sebuah taman bunga seorang pemuda melangkah gontai menuju sebuah tempat duduk. Wajahnya tertunduk lesu, sorot matanya nanar, seolah ada beban berat menggelayuti dirinya. Pemuda itu sedang mengalami kesedihan, kekecewaan, dan frustrasi sehingga terlihat seperti orang yang putus asa dan tak punya gairah hidup lagi. Sudah puluhan kali ia melamar pekerjaan tapi tak ada satu pun yang berhasil. Semuanya berakhir dengan kekecewaan.

Pemuda itu menghela napas panjang. Ia menengadah ke langit senja yang indah dengan tatapan kosong. Sebentar ia mengalihkan pandangannya ke arah bunga-bunga yang bermekaran sangat indah, memberikan gambaran nyata akan keagungan Penciptanya. Ia berharap dengan datang ke taman dan melihat bunga-bunga yang indah dapat sedikit meringankan beban berat yang dipikulnya.

Sejurus kemudian tatapan matanya mengarah kepada seekor laba-laba yang sedang membuat sarang di antara ranting-ranting pohon yang tidak jauh darinya. Ia memperhatikan laba-laba kecil itu merayap, merajut, dan melompat untuk membuat sarangnya. Pemuda itu mengambil sebatang ranting dan merusak sarang laba-laba itu tanpa ampun untuk melampiaskan kekecewaannya.

Sejenak si pemuda memperhatikan laba-laba tadi. Ia bergumam dalam hati, “Apa yang akan dilakukan si laba-laba setelah sarangnya dirusak oleh tanganku? Apakah ia akan lari terbirit-birit ataukah akan membuat sarangnya kembali?”

Ternyata si laba-laba kembali ke tempat semula. Binatang kecil itu kembali merayap, merajut, dan melompat membuat sarangnya. Setiap helai benang yang keluar dari tubuhnya dirajutnya menjadi sarang untuk tempat tinggalnya. Semakin lama semakin besar dan lebar.

Laba-laba itu hampir menyelesaikan pekerjaannya membuat sarang tapi tiba-tiba si pemuda kembali merusak sarang laba-laba itu dengan ranting di tangannya. Si pemuda itu kembali memperhatikan si laba-laba, ia ingin tahu apa yang akan dilakukan binatang kecil itu setelah sarangnya dirusak untuk kedua kalinya.

Ternyata laba-laba itu kembali membuat sarangnya dengan penuh semangat. Ia merayap, merajut, dan melompat, memintal tiap helai benang dari tubuhnya untuk membuat sarang baru. Sementara itu, si pemuda memperhatikan ulah laba-laba itu dengan saksama.

Seketika pemuda itu tersadarkan. Binatang kecil itu telah memberikan pelajaran berharga kepadanya. Betapapun sarangnya dirusak berkali-kali, laba-laba itu selalu membangun kembali sarangnya dengan penuh semangat dan pantang menyerah. Semangat binatang kecil itu sungguh luar biasa! Pemuda itu akhirnya menyadari kekeliruannya.

“Tidak pantas saya menyerah, apalagi putus asa dan kehilangan gairah hidup hanya karena belum jua mendapat pekerjaan. Saya berjanji tidak akan pernah menyerah dan berputus asa. Saya akan terus berjuang sampai meraih pekerjaan yang saya dambakan,” demikian tekad pemuda itu dalam hati.

*****

Dalam kehidupan ini mungkin kita cukup sering menemukan orang-orang yang berputus asa. Seorang karyawan atau buruh yang di-PHK menjadi putus asa. Ia merasa dunia akan kiamat. Ia takut tidak bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Mungkin ia berpandangan dengan dirinya di-PHK, rezeki menjadi terputus.

Seorang pemuda pengangguran seperti cerita di atas juga kerap berputus asa karena belum jua mendapatkan pekerjaan, padahal usia terus bertambah dan waktu terus berlalu. Ia mencemaskan masa depannya yang tak jelas. Bayangan-bayangan suram dan kelam menari-nari di pelupuk matanya.

Saya sendiri pernah memperoleh curhat dari seorang teman sewaktu kuliah. Ia sempat berputus asa karena dipecat dari pekerjaannya, padahal ia harus memenuhi kebutuhan istri dan anaknya.

Saya mengingatkannya agar jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah karena hanya orang-orang kafir dan sesatlah yang berputus asa dari rahmat Allah. Lakukanlah evaluasi mengapa sampai dipecat dari pekerjaan. Tentu pihak perusahaan atau lembaga tidak akan mengeluarkan pemutusan hubungan kerja tanpa ada alasan kuat. Akhirnya, ia menyadari kesalahan-kesalahannya.

Sahabat, sering kali saat kesulitan datang menghampiri kehidupan kita, kita tidak melakukan introspeksi dan evaluasi. Kita malah mengambil sikap menyalahkan keadaan dan orang lain, bahkan mungkin sampai menyalahkan Tuhan, hingga akhirnya kita berputus asa.

Sesungguhnya tidak ada masalah dan kesulitan yang tidak bisa diselesaikan dan dicari jalan keluarnya. Dipecat dari pekerjaan bukanlah masalah besar. Rezeki tidak akan terputus dengan kita di-PHK. Kita tinggal berikhtiar mencari saluran rezeki yang lain. Bukankah saluran rezeki itu banyak? Jika dari satu saluran tertutup, carilah saluran yang lain. Bisa jadi saluran yang lain itu lebih baik.

Sering kali Allah hendak memberikan tambahan rezeki kepada kita dengan terlebih dahulu memosisikan kita pada situasi yang tidak menyenangkan. Tinggal bagaimana sikap kita dalam menyikapi situasi yang tidak menyenangkan itu. Apakah kecewa, sedih, dan berputus asa? Jika sikap kita seperti ini, berarti tambahan rezeki dari Allah tidak sampai kepada kita karena tidak kita jemput. Ataukah kita membulatkan tekad dan semangat, memulai lagi dari awal, berjuang lebih gigih lagi dalam menjemput rezeki. Jika ini yang kita lakukan, insya Allah tambahan rezeki tersebut akan kita peroleh.

Di-PHK adalah masalah kecil dan biasa. Kita tinggal mencari pekerjaan lain atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan berwirausaha. Itulah yang dilakukan oleh kawan saya di kantor dulu. Ketika itu, perusahaan melakukan perampingan, kawan saya termasuk yang terkena perampingan. Jadilah ia terkena PHK. Namun, ia tidak berkeluh kesah apalagi berputus asa. Ia berusaha melamar pekerjaan di tempat lain. Alhamdulillah, dalam waktu yang tidak lama ia telah memperoleh pekerjaan kembali.

Ada pula kawan saya yang memutuskan membuka usaha percetakan dan desain grafis. Alhamdulilah, usahanya terus berkembang, bahkan telah berbadan hukum. Berdasarkan ceritanya kepada saya, ia beberapa kali memenangkan tender. Penghasilannya kini lebih besar daripada gajinya sewaktu bekerja sebagai karyawan.

Demikianlah, pertolongan Allah selalu menyertai orang- orang yang gigih dalam berjuang. Sebaliknya, orang-orang yang berputus asa sangat jauh dari pertolongan Allah. Oleh karena itu, jangan pernah berputus asa dalam berikhtiar menjemput rezeki. Sungguh, rezeki Allah itu begitu berlimpah dan bertaburan di mana-mana.

Kita tinggal memacu potensi dan kreativitas diri kita agar lebih terampil dalam menjemput rezeki. Itu saja. Selebihnya biar Allah yang mengatur. Dia pasti memenuhi seluruh kebutuhan hidup kita.

Ada baiknya kita belajar dari anak kecil. Ketika anak kecil ingin mengambil sesuatu di atas meja yang lebih tinggi daripada tubuhnya, ia akan berusaha menyusun beberapa kursi atau benda untuk mendapatkan posisi yang ideal dan dapat menjangkau benda tersebut. Bisa jadi ia berhasil mendapatkan posisi yang ideal, tetapi tak jarang ia juga harus menghadapi risiko kursi terguling sehingga ia terjatuh ke lantai.

Pada umumnya, anak kecil akan menangis sebagai bentuk ungkapan rasa sakitnya. Akan tetapi, itu hanya sebentar. Ia akan berusaha sekali lagi dan lagi. Ia tak pernah berputus asa untuk mencoba. Ketika sudah berhasil menjangkau benda yang dimaksud, ia pasti sudah melupakan rasa sakit atau kepalanya yang benjol akibat berulang kali terjatuh.

Sifat anak kecil tersebut sebenarnya menjadi pelajaran bagi kita untuk terus mencoba dan berusaha. Kegagalan adalah ongkos yang harus dibayar untuk meraih kesuksesan. Kegagalan merupakan sebuah investasi. Di dalamnya ada pembelajaran untuk mengintrospeksi kekurangan dan kesalahan, untuk kemudian membenahi dan memperbaiki, serta tidak mengulanginya lagi. Ada semangat dan tekad untuk terus mengembangkan serta memacu potensi dan kreativitas diri.

Jika kita mau terus berusaha, betapapun beratnya kesulitan yang dihadapi, pasti ada jalan keluarnya. Kita harus yakin bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Di balik tantangan ada peluang. Habis gelap pasti terbit terang.

Bukankah Al-Qur’an menegaskan, “Maka sesungguhnya ber- sama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran). Sesungguhnya, bersama kesulitan (al-‘usr) ada kemudahan (yusran).” (QS. Al-Insyirah [94]: 5–6)

Menurut gramatika bahasa Arab, kata al-‘usr (kesulitan) pada dua ayat tersebut menggunakan alif lam ma’rifat, sedangkan kata yusran tidak menggunakan alif lam ma’rifat. Ini bermakna kesulitan pada ayat lima dan kesulitan pada ayat enam adalah kesulitan yang sama. Sementara itu, kemudahan dalam ayat lima berbeda dengan kemudahan pada ayat enam. Itu berarti satu kesulitan diapit oleh dua kemudahan.

Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa selalu ada jalan bagi orang yang mau berusaha. Where there is a will, there is a way (di mana ada kemauan, di sana ada jalan), demikian pepatah bijak mengatakan.

Orang mukmin sejati tidak akan pernah berputus asa dalam menghadapi kesulitan. Ia akan selalu mencari jalan keluar. Ia akan seperti air yang tidak akan pernah berhenti mencari jalan untuk mengalir meskipun di sana sini dibendung. Lubang sekecil jarum sekalipun akan ia manfaatkan untuk mengalir.

“Hai Anak-anakku, pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafi r.” (QS. Yusuf [12]: 87).

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam