Makna Tobat Nasuha dan Empat Syarat Tobat



πŸ“š Buku Mendaki Tanjakan Ilmu Dan Tobat


Jika kamu bertanya: Apa makna tobat nasuha itu? Bagaimana batasnya? Dan, apa yang harus dikerjakan oleh seseorang supaya dia dapat bersih dari seluruh dosa?

Jawabku adalah, tobat itu suatu usaha dari beberapa pekerjaan hati. Singkatnya, menurut para ulama, tobat itu ialah membersihkan hati dari dosa. Guru kami rahimahullah berkata, tobat itu ialah tidak lagi mengerjakan dosa yang pernah dikerjakan, maupun segala dosa yang setingkat dengan itu, dengan niat mengagungkan Allah dan takut akan murka-Nya.

Oleh karena itu, syarat tobat ada empat, yakni:

1. Meninggalkan perbuatan dosa dengan dibarengi tekad hati yang kuat bahwa yang bersangkutan tidak akan mengulang dosa tersebut. Adapun jika seseorang meninggalkan satu perbuatan dosa, tetapi dalam hatinya masih terlintas bahwa mungkin saja suatu waktu dia akan mengerjakannya lagi, atau hatinya masih maju-mundur dalam penghentian dosa tersebut maka dia tidak dapat dikatakan bertobat. Dia hanya dapat dikatakan sebagai orang yang meninggalkan dosa, tetapi bukan orang yang bertobat.

2. Menghentikan dan meninggalkan semua dosa yang telah dia lakukan (pada masa lalu) sebelum dia tobat. Ada pun jika seseorang meninggalkan dosa yang tidak pernah dia lakukan, dia dinamakan sebagai orang yang menjaga diri, bukan orang yang bertobat.

Bukankah kamu tahu bahwa Nabi Saw. itu selalu suci dari kekufuran, sehingga tidaklah benar bila dikatakan bahwa Nabi Saw. bertobat dari kekufuran? Sebab, Nabi Saw. tiada pernah dihinggapi kekufuran sedikit pun. Adapun bila dikatakan Sayyidina Umar r.a. bertobat dari kekufuran, hal ini tepat karena beliau pernah melakukan dosa kekufuran.

3. Dosa yang ditinggalkannya (sekarang) harus sepadan dengan dosa yang pernah dilakukannya. Sepadan bukan dari sisi bentuk dosa, tetapi dari sisi tingkatan dosa. Misalnya, seorang kakek renta dulunya tukang zina dan tukang merampok. Karena usia tua, dia sudah tidak bisa lagi melakukan dua perbuatan dosa itu. Sang kakek tidak dapat dikatakan “bertobat dari (dalam arti menahan diri dan meninggalkan) dua perbuatan dosa itu”, toh dia sudah tidak mampu lagi mengerjakannya. Maka, tobat yang tepat bagi si kakek ini adalah meninggalkan dosa- dosa yang sepadan dengan dua dosa tersebut, yang masih bisa dia lakukan. Misalnya, berdusta, menggunjing orang lain, menuduh orang lain berbuat zina tanpa ada saksi, mengadu domba, dan sebagainya. Dengan meninggalkan semua dosa yang sepadan ini, si kakek dapat bertobat dari perbuatan zina dan merampok yang dulu dilakukannya (meski sekarang dalam keadaan tidak mampu lagi mengerjakannya).

4. Meninggalkan dosa harus karena mengagungkan Allah Swt. Bukan karena takut yang lain, tetapi hanya takut dimurkai Allah Swt., takut pada hukuman-Nya yang pedih. Semata dengan niat seperti ini, tanpa dicampuri hal-hal lain. Tidak boleh ada maksud keduniaan. Artinya, bukan karena takut orang lain dan bukan juga karena takut dipenjara. Kalau tobat karena takut dipenjara, berarti tobat terhadap penjara, bukan tobat terhadap Allah. Jadi, tobat itu harus karena takut kepada murka Allah, bukan karena takut dipenjara. Atau, bukan karena tidak punya uang. Kalau tobatnya karena dia tak punya uang, dia masih bisa saja melakukannya ketika punya uang. Dan sebagainya.

Itulah syarat-syarat tobat dan rukun-rukunnya. Apabila empat syarat itu berhasil dan diamalkan secara penuh, itulah tobat yang sesungguhnya. Tobat sejati. Itulah yang dinamakan taubatan nashΓ»ha dalam Al-Quran.

---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Ada sepuluh kegiatan untuk menyempurnakan hakikat tobat dari tiap-tiap dosa. Proses (penempaan) penyempurnaan ini berlaku untuk pentobat dari dosa-dosa yang disengaja. Bukan untuk orang-orang yang derajat tobatnya sudah melampaui tingkatan tobat dari dosa yang disengaja, yakni orang-orang yang memang selalu bertobat, baik dari dosa yang disadari maupun yang tidak disadari.

Perbuatan pertama yang harus dilakukan dalam bertobat ialah, tidak lagi melakukan dosa tersebut. Tidak akan menceritakannya lagi. Bukan hanya tidak lagi berbuat dosa, menceritakannya pun tidak. Tidak lagi bergaul dengan orang-orang yang menyebabkan dia melakukan dosa tersebut. Kalau perlu pindah ke kampung lain, agar bisa menjauhi teman-teman yang tadinya mengajaknya berbuat dosa.

Selanjutnya, benar-benar tobat dari berbuat apa-apa yang biasanya bisa mendorong dia berbuat dosa itu lagi. Misalnya, tempat berbuat dosa itu di kampung Anu maka dia sama sekali tidak akan melihat lagi tempat-tempat yang pernah menjerumuskannya ke jurang kenistaan itu, sebab dia sudah betul-betul benci.

Dia tidak lagi mendengarkan orang-orang yang mengobrol tentang dosa itu. Kalau ada orang yang membincangkan dosa yang dia pernah lakukan, dia pergi menjauhinya, atau menutup kuping. Sebab, dia sudah membencinya.

Kemudian, dia tobat dari keinginan di dalam hati. Inilah yang paling susah. Hatinya harus dia tutupi sama sekali. Bila ada dorongan lagi, tetapi dia dapat menahan hawa nafsunya maka dia memperoleh kemenangan. Inilah tobat yang paling sempurna.

Setelah itu, dia tobat dari kelalaian yang terdahulu, karena dia merasa bahwa tobatnya yang terdahulu kurang atau syarat-syaratnya tidak mencukupi. Kalau dalam tobat pertamanya dicampuri sedikit niat bukan karena Allah, dia harus tobat lagi.

Kemudian, bertobat dari kesombongan-kesombongan karena bisa tobat. Ada orang yang membanggakan tobatnya. Dia kagum pada dirinya sendiri karena merasa sudah bertobat. Seperti pelukis yang mengagumi lukisannya sendiri, mengagungkan hasil karyanya sendiri.

Dia membanggakan tobatnya. Aduhai, alangkah sempurna nya tobatku tempo hari. Karena hal yang demikian—yaitu tobat yang tidak didasari lillΓ’hi Ta’Γ’lΓ’—maka dia harus tobat lagi, kemudian bertauhid kepada Allah Taala supaya bersih. Jangan ada yang tidak karena Allah.

Demikianlah sekadar tambahannya.

----------

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam