Kelanjutan Hadist Ke 21
📚 Terjemah Kitab Hadist Arbain Annawawi
Beriman dan Istiqomah (Hadits ke-21 Arbain An-Nawawi)
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah
rodhiallohu ‘anhu, aku berkata: wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang mencakup semua perkara
islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang hal itu kepada orang
lain selain engkau, (maka) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ucapkanlah: “aku beriman kepada Allah”, kemudian beristiqomahlah dalam ucapan
itu” (HR. Muslim, no. hadits: 38).
Biografi Perawi Hadits
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Sufyan bin ‘Abdillah bin Rabi’ah bin Al Harits Ats Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu, kunyah beliau adalah Abu ‘Amr, ada juga yang mengatakan: Abu ‘Amrah, beliau adalah sahabat yang mulia yang menjabat gubernur wilayah Ath Thaif pada jaman kekhalifahan ‘Umar bin Al Khaththab rodhiallohu ‘anhu, hadits ini adalah satu-satunya hadits yang beliau riwayatkan yang terdapat dalam Al Kutubus sittah (kitab hadits yang enam) Lihat Tahdzibut Tahdzib (4/115).
Biografi Perawi Hadits
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Sufyan bin ‘Abdillah bin Rabi’ah bin Al Harits Ats Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu, kunyah beliau adalah Abu ‘Amr, ada juga yang mengatakan: Abu ‘Amrah, beliau adalah sahabat yang mulia yang menjabat gubernur wilayah Ath Thaif pada jaman kekhalifahan ‘Umar bin Al Khaththab rodhiallohu ‘anhu, hadits ini adalah satu-satunya hadits yang beliau riwayatkan yang terdapat dalam Al Kutubus sittah (kitab hadits yang enam) Lihat Tahdzibut Tahdzib (4/115).
Kedudukan Hadits
Hadits ini mengandung wasiat (nasihat) yang sangat besar manfaatnya dan mencakup semua perkara agama, dan termasuk Jawami’ul kalim (hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lafaznya singkat tapi maknanya padat). Lihat Ad Durarus Saniyyah (hal. 86) dan Jami’ul ‘Ulum (hal. 510).
Hadits ini mengandung wasiat (nasihat) yang sangat besar manfaatnya dan mencakup semua perkara agama, dan termasuk Jawami’ul kalim (hadits-hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lafaznya singkat tapi maknanya padat). Lihat Ad Durarus Saniyyah (hal. 86) dan Jami’ul ‘Ulum (hal. 510).
Beberapa Masalah Penting yang Terkandung Dalam Hadits
Ini
Pertama:
Besarnya semangat para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanyakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dan tujuan mereka dalam menanyakan hal-hal tersebut adalah benar-benar untuk mengilmui (mengetahui) dan mengamalkannya, bukan hanya semata-mata untuk pengetahuan, karena ilmu yang tidak dibarengi amal adalah seperti pohon yang tidak memiliki buah, Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang hamba-hambaNya yang bertakwa:
Besarnya semangat para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanyakan hal-hal yang bermanfaat bagi mereka, dan tujuan mereka dalam menanyakan hal-hal tersebut adalah benar-benar untuk mengilmui (mengetahui) dan mengamalkannya, bukan hanya semata-mata untuk pengetahuan, karena ilmu yang tidak dibarengi amal adalah seperti pohon yang tidak memiliki buah, Allah ‘azza wa jalla berfirman tentang hamba-hambaNya yang bertakwa:
“Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah
menambahkan petunjuk kepada mereka dan menganugerahkan kepada mereka
ketakwaannya” (QS Muhammad:17).
Imam Al Khatib Al Baghdadi berkata: Seorang penuntut ilmu
hendaknya menjadikan urusan-urusan kehidupannya berbeda dengan kebiasaan
orang-orang awam, dengan selalu berusaha mengamalkan hadits-hadits Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam (dalam setiap urusannya) semaksimal mungkin dan
menerapkan sunnah-sunnah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam dirinya,
karena sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzaab: 21).
Kemudian Al Khatib Al Baghdadi menyebutkan kisahnya Abu
‘Ishmah ‘Ashim bin ‘Isham, dia berkata: Suatu malam aku menginap di rumah Imam
Ahmad bin Hambal, beliau membawakan air (untuk aku gunakan ketika berwudhu) dan
beliau meletakkan air itu (di dekatku), maka besok paginya dia melihat air itu
(dan mendapatinya tetap) seperti semula (tidak aku pakai untuk berwudhu), maka
beliau pun berkata: Subhanallah, seorang penuntut ilmu tidak punya wirid
(zikir/bacaan Al Quran yang terus dilakukan oleh seseorang) pada malam hari? Al
Jami’ Liakhlaqirraawi wa Adabissaami’ (1/215), lihat Ad Durarus Saniyyah (hal.
85).
Kedua:
Iman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup semua hal yang wajib diyakini dalam landasan dan pokok-pokok keimanan dari apa-apa yang Allah ‘azza wa jalla beritakan tentang diri-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir dan takdir yang baik maupun yang buruk,yang disertai dengan amalan-amalan dalam hati, ketaatan dan ketundukan yang sepenuhnya lahir dan batin kepada Allah ‘azza wa jalla.
Iman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup semua hal yang wajib diyakini dalam landasan dan pokok-pokok keimanan dari apa-apa yang Allah ‘azza wa jalla beritakan tentang diri-Nya, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir dan takdir yang baik maupun yang buruk,yang disertai dengan amalan-amalan dalam hati, ketaatan dan ketundukan yang sepenuhnya lahir dan batin kepada Allah ‘azza wa jalla.
Ketiga:
Keharusan untuk tetap istiqomah dalam keimanan sampai di akhir hayat, dan makna istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling darinya ke kiri maupun ke kanan, dan ini semua mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah ‘azza wa jalla) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (hal. 510). Dan perintah untuk beristiqomah disebutkan dalam banyak ayat Al Quran, di antaranya firman Allah ‘azza wa jalla:
Keharusan untuk tetap istiqomah dalam keimanan sampai di akhir hayat, dan makna istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling darinya ke kiri maupun ke kanan, dan ini semua mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah ‘azza wa jalla) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (hal. 510). Dan perintah untuk beristiqomah disebutkan dalam banyak ayat Al Quran, di antaranya firman Allah ‘azza wa jalla:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami
ialah Allah” kemudian mereka beristiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. Fushshilat: 30),
dan firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:”Robb kami
ialah Allah”, kemudian mereka tetap beristiqomah, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita, mereka itulah
penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang
telah mereka kerjakan (di dunia)” (QS. Al Ahqaaf: 13-14).
Akan tetapi, bagaimana pun juga seorang hamba tidak mungkin
dapat terus-menerus sempurna dalam istiqomah, karena bagaimana pun manusia tidak
akan luput dari kesalahan dan kelalaian yang menyebabkan berkurangnya nilai
keistiqomahannya, oleh karena itu Allah ‘azza wa jalla memberikan jalan keluar
bagi hamba-Nya yang bertakwa untuk mengatasi keadaan ini dan memperbaiki
kekurangan tersebut, yaitu dengan beristigfar (meminta ampun kepada Allah ‘azza
wa jalla) dari semua dosa dan kesalahan, Allah berfirman:
“Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus
menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya” (QS. Fushshilat: 6), dan
istigfar di sini mengandung pengertian bertaubat dan kembali kepada
keistiqamahan. Dan ayat ini semakna dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam: kepada Mu’adz bin Jabal radhiallohu ‘anhu: “Bertakwalah kepada
Alloh di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan yang buruk dengan perbuatan
baik, maka perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan buruk tersebut,
dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (Hadits hasan riwayat Imam
Ahmad 5/153, dan At Tirmidzi no. hadits 1987) Ibid.
Keempat:
Dalam Al Quran dan hadits-hadits yang shahih Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan sebab-sebab untuk tetap teguh dan istiqomah dalam keimanan, dan kami akan sebutkan dalam makalah ini beberapa sebab penting di antara sebab-sebab tersebut sebagai berikut:
Dalam Al Quran dan hadits-hadits yang shahih Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan sebab-sebab untuk tetap teguh dan istiqomah dalam keimanan, dan kami akan sebutkan dalam makalah ini beberapa sebab penting di antara sebab-sebab tersebut sebagai berikut:
1. Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat
dengan baik dan benar
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan
‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat,dan Allah
menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS.
Ibrahim: 27).
Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat ini adalah dua kalimat
syahadat yang dipahami dan diamalkan dengan benar, sebagaimana yang ditafsirkan
sendiri oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya (jilid 4, hal. 1735).
Dari Baro’ bin ‘Azib rodhiallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “seorang muslim ketika dia
ditanya (diuji) di dalam kuburnya (oleh malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan
bersaksi bahwa ‘tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah’ (لا إله إلا
الله) dan ‘Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah’ (Ù…Øمد
رسول الله), itulah makna Firman-Nya: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.
2. Membaca Al Quran dengan menghayati dan
merenungkannya
Al Quran adalah sumber peneguh iman yang paling utama bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Alloh:
Al Quran adalah sumber peneguh iman yang paling utama bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Alloh:
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran
itu dari Robb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang beriman,
dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)” (QS. An Nahl: 102).
Allah ‘azza wa jalla telah menjelaskan dalam Al Quran bahwa
tujuan diturunkannya Al Quran secara berangsur angsur adalah untuk menguatkan
dan meneguhkan hati Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam , Allah ‘azza wa
jalla berfirman:
“Berkatalah orang-orang yang kafir: mengapa Al Quran itu
tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?; demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)” (QS.
Al Furqon: 32).
3. Berkumpul dan bergaul bersama orang-orang yang
bisa membantu meneguhkan iman.
Allah menyatakan dalam Al Quran bahwa salah satu di antara sebab utama yang membantu menguatkan iman para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah keberadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
Allah menyatakan dalam Al Quran bahwa salah satu di antara sebab utama yang membantu menguatkan iman para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah keberadaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir,
sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan Rosul-Nya pun berada di
tengah-tengah kalian? Dan barang siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah
maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS. Ali
‘Imran: 101).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah,
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar(jujur)” (QS. At Taubah: 119).
Dalam sebuah hadist yang hasan Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara manusia ada orang-orang yang
keberadaan mereka sebagai pembuka (pintu) kebaikan dan penutup (pintu)
kejelekan” (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dalam kitab “Sunan” (jilid 1, hal.
86) dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman” (jilid 1, hal. 455) dan Imam-imam
lainnya, dan dihasankan oleh Syekh Al Albani).
4. Berdoa kepada Allah
Dalam Al Quran Allah ‘azza wa jalla memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
Dalam Al Quran Allah ‘azza wa jalla memuji orang-orang yang beriman yang selalu berdoa kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama
mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi
lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan
tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang sabar. Tidak
ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan teguhkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir’. Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan
Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali ‘Imran: 146-148).
Dalam ayat lain Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan
teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir” (QS.
Al Baqoroh: 250).
5. Membaca kisah-kisah para Nabi dan Rasul shalallahu
‘alaihi wa sallam serta orang-orang shalih yang terdahulu untuk mengambil suri
teladan.
Dalam Al Quran banyak diceritakan kisah-kisah para Nabi,
rasul, dan orang-orang yang beriman yang terdahulu, yang Allah jadikan untuk
meneguhkan hati Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan
dari kisah-kisah tsb ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah ‘azza
wa jalla berfirman:
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat
ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (Surat 11. HUD - Ayat 120).
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan