Langkah 23. Jadikan Anak Mandiri



πŸ“š Buku 30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama



Hendaknya para orang tua membiasakan putra-putrinya mandiri dalam urusan-urusan pribadi mereka dengan cara mereka sendiri. Merupakan kesalahan melayani segala keperluan anak yang mampu mereka lakukan sendiri tanpa perlu batuan orang tua. Karena akan berdampak pada:

  • 1. Ketergantungan kepada orang tua dalam memenuhi segala kebutuhannya.
  • 2. Menghidupkan dalam diri anak kemalasan dan suka menyuruh. Setiap yang mereka butuhkan senantiasa datang kepada mereka tanpa kesulitan dan penat.
  • 3. Berbenturan dengan kenyataan. Karena pada kenyataannya tidaklah segala yang diinginkan bisa didapat tanpa upaya untuk mendapatkannya.

Contoh praktis dan Kisah-Kisah Pentingnya Kemandirian Dalam Membangun Karakter Anak

1. Sofiah, Ibu az-Zubair Ibn al-Awwam pernah memukul az-Zubair dengan keras. Az-Zubair adalah anak yatim (ayahnya sudah meninggal). Maka ada yang berkata kepada ibunya: "Engkau membunuhnya, engkau membinasakannya!"

Sofiah membaca bait syair:

Sesungguhnya aku memukulnya agar kuat Dan menjadi memimpin tentara yang besar (pemberani) (Siar a'lam an-Nubala)

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah:

Ibu az-Zubair, Sofiah sangat perhatian akan pengasuhan putranya agar menjadi anak mandiri dan pemberani.

2. Kisah yang sebelumnya kami ceritakan antara Abdurrahman Ibn Auf dan Sa'ad Ibn Ubadah yang menyebutkan: "Ketika kaum Muhajirin tiba di Madinah, Rasulullah - shalallahu alaihi wasallam- mempersaudarakan antara Abdurrahman Ibn Auf dengan Sa'ad Ibn ar-Rabi'. Sa'ad berkata kepada Abdurrahman Ibn Auf: "Aku adalah orang Anshar yang paling berharta. Hartaku aku bagi dua denganmu. Aku juga memiliki dua istri, lihat mana yang engkau sukai dari keduanya dan katakan kepadaku, aku akan menceraikannya. Jika selesai masa iddahnya (Iddah adalah masa tunggu seorang wanita setelah cerai dari suaminya. Pada masa itu sang wanita tidak boleh dipinang atau menikah. Waktunya tiga kali masa haidh atau suci dari haidh) nikahilah dia."

Abdurrahman menjawab: "Semoga Allah memberkahi dirimu, keluarga dan hartamu. Di mana pasar kalian?"

Orang-orang pun menunjuk pasar Bani Qoinuqo. Tidak berselang waktu, Abdurrahman sudah memiliki kelebihan sandang dan makanan." (Al-Bukhari no.3780 dan Fathul BΓ’ri 7/486)

Pelajaran dari kisah:

“Abdurrahman Ibn Auf mandiri dalam mencari nafkah dan mencari rezeki sehingga mendapatkan apa yang diinginkannya.”

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam