Risalah 61-65



📚 Terjemah Kitab Futuuhul Ghaib



Mutiara karya Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani



Risalah 61
Setiap mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu, hingga hukum membolehkannya, sebagaimana Nabi Suci bersabda: "Sesungguhnya, si mukmin itu waspada, sedang si munafik menyambar (segala yang datang kepadanya)."

"Seorang mukmin ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah segala yang tak menimbulkan keragu-raguan."

Seorang mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan, minuman, pakaian, perkahwinan dan segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila ia saleh; dikukuhkan oleh perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh ma'rifat, bila ia seorang badal dan ghauts; dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila ia dalam keadaan fana.

Lalu datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala yang datang kepada orang, perintah batin atau ma'rifat; tapi bila hal-hal ini bertentangan dengan keadaan sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan dan pemudahan, sedang pada keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.

Datanglah keadaan ketiga, yang di dalamnya penerimaan dan penggunaan hal-hal yang diperlukan menjadi rahmat. Inilah hakikat ka-fana-an. Pada keadaan ini, sang mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan pelanggaran hukum, dan segala kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah yang Maha mulia berfirman: "Demikianlah, agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan kekejian; sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba pilihan Kami." (QS.12:24)

Maka sang hamba menjadi terlindung dari segala pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan redha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki hikmah - orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.


Risalah 62
Sungguh aneh, kenapa sering berkata, si fulan dekat kepada Allah, si fulan teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin, si fulan senantiasa sihat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si fulan terpuji, si fulan tercela, si fulan terpercaya dan si fulan tak bisa dipercaya! Tidakkah kau tahu, bahawa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui selain Diri-Nya, cintamu kepada-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya, cinta kepada-Nya melalui di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan orang lain dari membantumu, dan lidah mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari mengunjungimu, agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu sabda Nabi Suci saw?

Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan benci kepada yang berbuat keburukan.

Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu, hingga kau sedari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya, sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.

Melimpahlah kurnia dan pujian kepadamu, hingga kau termuliakan di dunia dan di akhirat.

Janganlah berburuk-laku: Lihatlah yang melihatmu, perhatikan yang memerhatikanmu, cintailah yang mencintaimu, hulurkanlah tanganmu kepada yang menjagamu dari kejatuhan, yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang menyelamatkanmu dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang akan melepaskanmu dari kebusukan iri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu, dari penggalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.

Berapa lama kau 'kan jijik dengan haiwanimu, ciptaan, ketakpatuhan, dunia, kehidupan setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa kau begitu jauh dari sang Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya, yang awal dan yang akhir, tempat, kembali, yang milik-Nyalah hati dan kesenangan jiwa, yang memberi kurnia?


Risalah 63
Kuberkata dalam mimpi: "Wahai yang menyekutukan Tuhan di dalam benak dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan dalam tindakan dengan kedirian!" Bertanyalah seorang di sampingku, "Pernyataan apakah ini?" "Itulah suatu pengetahuan ruhani," jawabku.


Risalah 64
Suatu hari, suatu masalah mengusik benakku Jiwaku tertekan. Kuberkata: "Aku menginginkan kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan, yang di dalamnya tiada kematian."

Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan apakah yang didalamnya tiada kematian yang tiada memiliki kehidupan ialah kematianku dari sesamaku, sehingga aku tak melihat manfaat dan mudharat mereka, dan kematianku dari diriku, dari keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi dan kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam kehidupan setelah matiku, sehingga aku tak berada di dalam ini semua. Kehidupan yang tak memiliki kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku tak maujud di dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku dengan-Nya.

Kerana aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi tujuan paling muliaku.


Risalah 65
Kenapa marah kepada Tuhan, kerana doa-doa belum diterima? Kau bilang bahawa tak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta kepada-Nya, tapi permohonanmu kepada-Nya tak dikabulkan-Nya. Jawabku: Bebas atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahawa kau seorang bebas, bererti kau tidak beriman. Jika kau bilang bahawa kau seorang budak, kubertanya, salahkah Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukah kau akan kearifan dan kasih-Nya kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala hal mereka? Kau salahkankah Dia? Jika kau tak menyalahkan-Nya dan menerima kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbaik bagimu. Jika kau salahkan Dia, bererti kau tak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketak-adilan, dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia adalah Pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka "Ketak-adilan" tak layak bagi-Nya. Sebab ketak-adilan ialah keikut-campuran dalam milikan orang lain, tanpa seizin pemiliknya.

Nah, jangan kesal terhadap-Nya, kerana kehendak-Nya yang mewujud melaluimu meski tak kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka wajib bagimu bersyukur, bersabar, redha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan dan ketak-patuhan benak dan kedirianmu - hal-hal yang akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya, menanti saat-saat yang baik, yakin akan janji-Nya, menunjukkan sikap baik terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya, segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal yang dilarang-Nya.

Dan, salahkan dirimu sendiri, yang berbuat kekejian dan ketak-patuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketak-adilan kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan kawan musuhmu, yakni si Iblis nan terlaknat.

Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah, waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketak-adilan kepadanya, bacakanlah kepadanya firman Allah: "Adakah Allah menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman?" (QS.4:147)

"Ini dikeranakan perbuatan-perbuatanmu sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya." (QS.3:181)

"Sesungguhnya Allah tak menzalimi, tapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri." (QS.10:44)

Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain Al-Quran dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh terbesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam