79. Penguatan Manusia
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Pada masa
pemerintahan Sultan Sulaiman Basya Al-Qanuni, Sultan Turki, pernah
diiklankan lowongan kerja untuk menjadi seorang imam Masjid Istambul.
Syarat-syarat yang dicantumkan dalam iklan tersebut adalah:
1. Menguasai bahasa Arab, Latin, Turki, dan Persia
2. Menguasai Al-Qur'an, Injil, dan Taurat
3. Menguasai Ilmu Syariat
4. Menguasai Ilmu Alam, Matematika, dan mampu
mengaj arkanny a
5. Pandai menunggang kuda, bermain pedang, dan berperang
6. Berpenampilan menarik
7. Bersuara indah.
Inilah format iklan untuk jabatan imam masjid, pada kurang lebih 400
tahun lalu.Kita mencatat bahwa syarat-syarat yang dicantumkan dalam
iklan tersebut — walaupun sangat sulit, bahkan mustahil dipenuhi untuk
ukuran sekarang— kala itu merupakan syarat yang biasa dan wajar. Islam
ketika itu tengah mencapai masa puncak kejayaannya. Tak ada dikotomi
antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum; tidak ada pemisahan antara
ulama dan mujahid. Dalam catatan sejarah ini terlihat bahwa jabatan imam
masjid adalah jabatan prestisius karena peranan yang harus dimainkan
sangat penting dalam penyebaran dakwah. Bila masyarakat Islam kita
umpamakan dengan satu tubuh, maka sel tubuh pertama yang menjadi inti
kehidupannya adalah masjid. Perhatian kaum muslimin terhadap masjid
selalu ada sepanjang sejarah keemasan Islam. Kekuatan ruhani yang
terpancar dari masjid itulah kekuatan yang berpengaruh demikian dalam
pada kehidupan masyarakat.
Kekuatan inilah yang membentuk akal dan perasaan mereka sepanjang masa.
Andaikata anak-anak muslim menghadiri shalat Jum'at setiap pekannya, dan
akal pikiran mereka menyerap kesadaran yang baik, niscaya dapat
dibayangkan dahsyatnya "energi cahaya" yang terproses dalam masjid. Masa
kanak-kanak dan masa muda —sebagaimana disebutkan oleh para psikologi—
merupakan masa pembentukan keyakinan dan pemikiran yang pertama kali.
Perhatian serius kepada para pemimpin dan para da'i, meningkatkan
kekuatan materi dan ruhani mereka, serta pemantapan peran konkretnya
yang dinamis, sungguh sangat penting. Akhirnya, pemberdayaan manusia
menjadi lebih penting daripada pemberdayaan apa pun yang berujud materi.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan