76. Pintu Memasuki Hati
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Membuka pintu hati yang baru adalah pekerjaan yang sulit dan
membingungkan. Memang tidaklah masuk akal bila engkau bertemu seseorang
yang sama sekali belum kamu kenal lalu kamu katakan, "Maaf, saya ingin
berkenalan dengan Anda?"
Tentu orang itu akan memandangmu dengan penuh keheranan dan asing,
bahkan boleh jadi akan memandangmu dengan sinis. Hal itu terjadi jika
pertemuan itu terjadi di tempat umum. Lain halnya jika hal itu terjadi
di masjid, pada waktu-waktu menjelang atau usai shalat, sampai batas
tertentu masih bisa diterima dan masuk akal. Karena orang yang datang ke
masjid tentu tidak memiliki prasangka sebagaimana orang di tempat umum
tadi. Sama halnya jika hal itu terjadi di suatu acara resepsi, misalnya.
Pada saat itu, ada perasaan saling berdekatan dan akrab. Lalu bagaimana
jika kita tidak menemukan kondisi seperti ini? Bagaimana caranya?
Inilah yang diarahkan Rasulullah saw. kepada kita dengan sabdanya,
"Demi Dzat yang
jiwa Muhammad ada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga
beriman, dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah
kalian saya tunjukkan suatu amal yang bila dikerjakan maka kalian akan
saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!"
Sungguh benar Rasulullah saw.
Langkah awal menuju hati adalah, "ucapkan salam kepadanya", baik orang
itu kau kenal atau belum kau kenal, karena dakwah Islam ditujukan untuk
semua dan engkau menginginkan mereka. Bila engkau telah meng-ucapkan
salam kepadanya,
hukumnya sunah,
maka dia harus menjawabnya, karena menjawab salam hukumnya
fardhu 'ain.
Allah swt. berfirman,
"Apabila kalian dihormati
dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang
lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa),"
(An-Nisaa: 86)
Bukan sekedar mengucapkan salam seperti yang biasa dilakukan oleh
kebanyakan orang, tanpa penghayatan dan tanpa pengaruh. Terkadang engkau
mengucapkan, "Assalamu'alaikum,"
lalu sebagian mereka menjawab,
"Kum salam."
Tentu ini keliru. Seharusnya kau katakan,
"Assalamu 'alaikum wa
rahmatullahi wa barakatuh."
Biarkanlah sebagian orang mengucapkan-nya sekedar sebuah tradisi namun
kita tetap mengucapkannya sebagai ibadah. Yakni ketika kita mengucapkan
salam itu, kita merasakannya sebagai sebuah doa, dan kita mengucapkannya
juga dengan semangat berdoa. Selain itu, ketika mengucapkan
salam, kita harus menghadapkan wajah kita kepada orang yang dituju.
Rasul saw. bersabda, "Dan hendaklah engkau mendatanginya dari arah
wajahnya!" Demikian itu karena wajah merupakan representasi seseorang.
Engkau dapat mengamati bagaimana pengaruh ucapan salammu pada wajahnya.
Engkau dapat melihat apakah ia merasa senang atau tidak kepadamu ketika
bertemu, melalui cahaya wajahnya. Pada tahap kedua, sebagaimana
Rasulullah saw. bersabda,
"Senyummu di depan wajah
saudaramu adalah sedekah."
Beliau mengajak kita untuk tersenyum di hadapan orang yang kita temui,
karena senyum yang hangat memiliki pengaruh yang besar dalam
menggerakkan hati dan menghidupkan nurani. Sebuah syair bertutur:
Senyum laksana cahaya
mentari benderang
Muncul dari balik kalbu
yang tercemar noda.
Selain itu, sertai senyumanmu itu dengan pandangan yang menggetarkan
hati. Engkau mungkin merasa sedih karena seseorang menjabat tanganmu
dengan tak acuh dan sikap dingin, seakan tidak bermanfaat dan tiada guna.
la memandangmu dengan pandangan hampa dan senyuman yang dibuat-buat.
Rasulullah saw. telah membimbing kita kepada rambu-rambu jalan menuju
hati, dengan langkah-langkah yang alamiah dan wajar, tidak dibuat-buat
dan tidak direkayasa: pelan-pelan, bertahap, dan sabar. Bila dalam
menyebarkan kejahatan, setan menggunakan langkah-langkah yang bertahap,
maka seorang da'i lebih patut menggunakannya untuk menebarkan kebaikan
dan menyelamatkan umat. Rasulullah saw. bersabda,
"Hak seorang muslim atas
muslim yang lain ada enam: bila bertemu ucapkan salam, bila diundang
maka penuhilah, bila meminta nasihat maka nasihatilah, bila bersin lalu
memuj iAllah maka sambutlah dengan doa (yarhamukallah), bila sakit maka
jenguklah, dan bila meninggal maka ta'ziyahlah."
(HR. Muslim)
Kita telah membahas poin pertama dari hadits "Bila bertemu ucapkan salam
kepadanya". Dalam hadits lain disebutkan, "Hendaklah engkau memulai
dengan mengucapkan salam." Demikianlah, hendaknya engkau yang memulai
mengucapkan salam itu, karena engkau yang mengharapkan dan berusaha
untuk "mendapat"kannya. Persis sebagaimana jika engkau membutuhkan jenis
obat tertentu maka engkau yang aktif mencarinya di apotek, sampai engkau
mendapatkannya. Setelah sekian lama kalian berdua terikat oleh salam,
kalian saling mengenal, bahkan kalian sudah saling mengenal nama saudara
masing-masing, lalu kalian berpisah untuk beberapa waktu lamanya, maka
engkau harus menanyakan dan mencarinya, agar engkau memiliki kepastian
tentangnya. Demikianlah. Hari-hari berlalu, sementara kalian berdua
belum terhubungkan hingga berita pun tiada. Namun tiba-tiba terdengar
berita bahwa ia sakit. Kata Rasul saw., "Jika ia sakit, jenguklah."
Pergilah menemuinya dengan membawa sekedar hadiah yang tanpa memberatkan,
lalu doakan ia dengan doa
ma'tsur
dari Rasulullah saw., namun jangan terlalu lama.
Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah saw. secara beransur-ansur,
menjawab berbagai peristiwa yang terjadi. Karena itu, peristiwa dan
kondisi juga merupakan faktor pembentuk ikatan dan pengukuh hubungan.
Bila sahabatmu memiliki acara yang membahagiakannya lalu engkau diundang
untuk menghadirinya, penuhilah undangan itu. Ia juga merupakan langkah
yang dapat memperkokoh hubungan yang sudah terjalin sebelumnya. Selain
itu juga dapat menanamkan fondasi akhlak pada jiwa, yang perkembangannya
nanti menjadi akhlak mulia.
Akhlak tumbuh laksana
pohon
Bila kau siram dengan
air kemuliaan.
Engkau hidup di tengah masyarakat yang luas dan kompleks. Karenanya
tidak sekali-kali engkau kehilangan peluang atau momen yang bisa kau
manfaatkan untuk menjalin hubungan. Ketika engkau bertemu seseorang yang
bersin kemudian mengucapkan,
"Alhamdulillah,"
hadapkan wajahmu kepadanya —seperti yang telah dijelaskan sebelumnya—
dan ucapkan, "Yarhamukallah
ya akhi
(semoga Allah merahmatimu wahai akhi)."
Bila ia menyahut dengan ucapan,
"Yarhamuna wa
yarhamukallah
(semoga Allah merahmati kami dan Anda)," maka ucapkan kepadanya,
"Jazakallab khairan
(semoga Allah membalasmu dengan kebaikan)." Dapat pula kita ucapkan
seperti yang Rasulullah saw. ajarkan kepada kita,
"Yahdikumullah wa yuslib
balakum
(semoga Allah membimbing dan memperbaiki urusan kalian)." Seketika itu
juga engkau bisa tanyakan kepadanya, "Dari mana engkau wahai akhi?" Ia
akan menjawab — misalnya, "Dari Thanta (nama sebuah kota di Mesir,
edt.)."
"Dari kota seorang shalih bernama Sayyid Badawi? Apakah Anda mengenal
Fulan? (sebutlah seorang tokoh yang terkenal)" Bila ia menjawab bahwa ia
mengetahui, sebutkanlah namamu! Kemudian kau minta agar ia menyampaikan
salam kepada orang itu.
Ketika engkau memulai mengenalkan namamu hingga ia paham, ia pun akan
segera menyebutkan namanya, pekerjaannya, dan seterusnya. Dan sinilah
awal sebuah perkenalan. Perlu kiranya saya jelaskan kepada saudaraku,
para da'i, bahwa dakwah yang bertahap, pelan-pelan, dan ter-program
untuk mencapai hati,—sering membutuhkan waktu berbilang bulan dan tahun—
bukanlah sesuatu yang tanpa target dan tujuan. Dakwah Islam tidak keluar
dari wilayah hukum-hukum alam dalam hal pertumbuh-an, perkembangan, dan
perawatan. Seorang anak ketika baru lahir meminum asi ibunya karena
belum memiliki gigi. Ini berlanjut beberapa saat sampai tumbuh giginya
dan disapih oleh sang ibu. Setelah itu ia menyantap ma-kanan. Setelah
semakin besar ia masuk pendidikan TK, dan demikianlah seterusnya sampai
masa yang ditentu-kan oleh Allah swt. Melalui perjalanan hidup tersebut,
pribadinya terbentuk hingga ia menjadi seorang manusia seutuhnya.
Karenanya tidak mungkin seorang anak yang baru lahir, tiba-tiba menjadi
seorang lelaki dewasa dalam sehari semalam.
Waktu dalam dakwah —baik bagi individu maupun masyarakat— merupakan
unsur pokok dalam proses
tarbiyah, takwiniyah,
dan penanaman nilai. Selain itu, dibantu juga oleh situasi, baik yang
alarm mahupun yang direka-reka.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan