47. Setia Semasa Masih Hidup dan Setelah Mati
📚 Terjemah Kitab At-thariq Ilal Quluub (Perjalanan Ke Hati)
Saya pernah jatuh sakit beberapa hari, kemudian saya pulang kampung.
Saya ingin sekali dikunjungi teman-teman yang saya rindukan. Saya
menunggu dering telepon atau ketukan pintu dari teman-teman ter-cinta.
Saya membayangkan puluhan di antara mereka yang ingin sekali saya
melihatnya. Tetapi semua itu sia-sia belaka. Saya sempat berpikir
tentang penyebabnya seraya bergumam, "Barangkali mereka mengira bahawa
doktor melarang mengunjungiku. Atau, barangkali mereka mengira sudah
banyak yang mengunjungiku sehingga tidak ingin mengganggu."
Semuanya
husnuzhan.
Dengan satu kejadian ini menunjukkan baliwa ter-nyata banyak ikhwah yang
tidak menunaikan kewajib-annya. Padahal kewajiban itu tidak dapat gugur
kerana husnuzhan
belaka. Setiap orang punya tanggung jawab pribadi, sehingga tidak
menjadi keharusan untuk datang sendiri, bila ada udzur. Barangkali cukup
lewat telepon, surat, atau lewat orang lain.
Berapa banyak orang sakit semakin parah sakitnya kerana tidak bertemu
teman atau saudaranya. Kalau ber-kunjung dalam kondisi seperti ini maka
wajib hukumnya. Rasul saw. bersabda, "Bila ia sakit maka jenguklah!"
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. pernah bersabda bahawa
sesungguhnya Allah swt. pada han kiamat nanti akan berfirman, "Wahai
bani Adam, Aku sakit, apakah engkau tidak menjenguk-Ku?" Manusia
bertanya, "Ya Rabb, bagai-mana saya menjenguk-Mu padahal Engkau Rabbul 'Alamin?"
Allah menjawab, "Tidakkah kamu tahu bahawa hamba-Ku Fulan sakit,
tidakkah kamu menjenguknya? Tahukah kamu, bila kamu menjenguknya kamu
akan dapati Aku di sampingnya!" "Wahai manusia, Aku minta makan kepadamu,
tidakkah kamu mau memberi-nya?" Manusia langsung bertanya, "Ya Rabb,
bagaima-na saya memberi-Mu makan, padahal Engkau Rabbul 'Alamin?" Allah
menjawab, "Tidakkah kamu tahu bahawa ada seorang hamba-Ku yang minta
makan, tidakkah kamu memberinya? Tahukah kamu bila kau berikan makanan
kepadanya, kamu akan mendapati Aku di sampingnya?"
"Wahai manusia, Aku minta minum kepadamu, tidakkah kamu mau memberinya?"
Manusia bertanya lagi, "Ya Rabb, bagaimana saya memberi-Mu minum,
padahal Engkau Rabbul 'Alamin?" Allah menjawab, "Tidakkah kamu tahu
bahawa ada seorang hamba-Ku yang minta minum, tidakkah kamu memberinya?
Tahukah kamu bila kau berikan minuman kepadanya, kamu akan dapati Aku di
sampingnya?" (HR. Muslim)
Seorang penjenguklah yang harus berusaha menda-tangi rumah saudaranya
dengan motivasi ukhuwah dan cinta serta kesadaran pribadi yang muncul
dari kerinduan hati. Maka tidak wajar kalau yang sakit memohon
saudaranya agar datang mengunjunginya. Kerana ziarah atau kunjungan
adalah kewajiban
syar'i
(agama). Tidak adanya ziarah atau kunjungan akan berpengaruh pada
hubungan pribadi, dapat memadamkan api cinta, mele-mahkan semangat, dan
mengubah karakter jiwa serta membalik kesedihan yang ringan menjadi
perasaan yang penuh kepahitan. Semua itu akan dirasakan, baik oleh yang
sakit maupun keluarganya, di tengah ujian yang mendadak sepanjang
perjalanan hidupnya.
Interaksi antarsesama ikhwah akan dapat menimbulkan ketenangan batin dan
kebahagiaan hati, bahkan dapat membangkitkan rasa optimisme, walaupun
tidak dapat diungkapkan. Sesungguhnya ungkapan justru tidak akan mampu
mencapai tingkat perasaan, kerana interaksi sesama ikhwah memang tidak
dapat digambarkan dengan lisan atau penjelasan.
Oleh kerananya, nilai-nilai seperti inilah yang harus merasuki setiap
hati yang hidup dan peka dengan penuh keikhlasan, sehmgga seseorang
tidak kehilangan eksis-tensinya dan tidak menyia-nyiakan waktu. Setiap
aktivi-tasnya senantiasa sarat dengan ruh kehidupan.
Itulah sebabnya, Ikhwan pada setiap hari raya selalu mengadakan
kunjungan kepada putra-putri pejuang yang telah syahid pada perang
Palestina, pada pembantaian di tepi sungai, dan di penjara-penjara
perang (mili-ter), serta kepada anak-anak para da'i yang telah
mencu-rahkan seluruh kehidupannya dalam dakwah Islam.
Alhamdulillah
kunjungan ini masih tetap berlangsung hingga sekarang sambil membawa
oleh-oleh, walaupun sebahagian putra-putri mereka kini telah menjadi
tokoh masyarakat. Mereka tetap harus merasakan kesetiaan dan kecintaan
saudarasaudaranya, sekalipun peristiwa-nya sudah lama berlalu. Hal itu
kerana sesuatu yang paling indah dalam kehidupan ini adalah tegaknya
nilai-nilai ukhuwah dan saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan