Hadits Ke 41. Menundukkan Hawa Nafsu
📚 Terjemah Kitab Hadist Arbain Annawawi
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Ash rodhiallahu ‘anhu
dia berkata: Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang di antara kalian
sehingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang aku bawah.” (Hadits shahih, kami
riwayatkan dalam kitab Al-Hujjah dengan sanad yang shahih).
Sempurnanya Iman
Sempurnanya iman hanya bisa diraih dengan menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mendahulukan kehendak Rasulullah atas kehendak dirinya terutama ketika terjadi pertentangan kehendak. Demikianlah banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini. Walau secara sanad hadits ini didho’ifkan oleh banyak ulama.
Sempurnanya iman hanya bisa diraih dengan menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti semua petunjuk Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu dengan mendahulukan kehendak Rasulullah atas kehendak dirinya terutama ketika terjadi pertentangan kehendak. Demikianlah banyak ayat dan hadits yang semakna dengan hadits ini. Walau secara sanad hadits ini didho’ifkan oleh banyak ulama.
Penafian iman di sini diartikan sebagai penafian kesempurnaan. Karena seperti
telah dibahas di depan bahwa penafian ada dua macam. Penafian iman sama sekali
dan penafian kesempurnaannya.
PENJELASAN HADITS
PENJELASAN HADITS
Hadits ini adalah hadits yang terkenal dan hadits ini terdapat dalam Kitab
At-Tauhid. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman
salah seorang di antara kalian sampai hawa nafsunya mengikuti apa yang aku
bawa”. Hadits ini berderajat hasan sebagaimana yang dihasankan Imam Nawawi di
sini. Bahkan beliau berkata ini adalah hadits yang hasan shahih.
Hadits ini dikatakan sebagai hadits hasan
karena hadits ini sesuai dengan makna ayat Al Quran yaitu:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS
An Nisaa: 65).
Menganggap sebuah hadits memiliki derajat
hasan karena memiliki makna yang sesuai dengan ayat Al Quran adalah mazhab yang
dianut oleh banyak ulama terdahulu seperti Ibnu Jarir Ath Thobari dan sebagian
ulama dan imam ahli hadits.
Perkataan nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam pada hadits ini: “Tidak beriman salah seorang di antara kalian sampai
hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa” memiliki makna bahwa keimanan
yang sempurna tidak akan terwujud sampai hawa nafsu dan harapan seseorang
mengikuti apa yang dibawa oleh Al Musthofa (nabi Muhammad) shalallahu ‘alaihi wa
salam. Hal ini juga bermakna bahwa seseorang wajib mendahulukan kehendak
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan dengan kehendaknya serta
mendahulukan syariat Rosululloh shalallahu ‘alaihi sallam dari pada hawa
nafsunya. Jika terdapat pertentangan antara harapannya dengan sunnah, maka dia
akan mendahulukan sunnah. Hal ini telah dijelaskan pada banyak ayat Al Quran dan
hadits, seperti firman Alloh jalla wa ‘ala:
Katakanlah: “Jika bapak-bapak ,
anak-anak , saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
(QS At Taubah: 24).
Maka seseorang wajib untuk lebih mencintai
Alloh dan Rosul-Nya dibandingkan selain keduanya. Jika seseorang sudah berbuat
demikian, maka hawa nafsunya sudah mengikuti apa yang dibawa oleh Al Musthofa
shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka
makna perkataan Rosululloh shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Tidak beriman salah
seorang di antara kalian” adalah meniadakan kesempurnaan keimanan yang
wajib. Makna ini adalah makna zhohir yang sesuai dengan kaidah yang telah kita
pelajari sebelumnya. Pembicaraan tentang hal ini secara lebih lengkap terdapat
dalam penjelasan Kitab At Tauhid.
Bagikan ini :
Comments
Post a Comment
Silakan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan