Tiga Ilmu yang Wajib Dipelajari



๐Ÿ“š Buku Mendaki Tanjakan Ilmu Dan Tobat


Mungkin kamu akan berkata: Ada hadis Nabi Saw. yang mengatakan:

“Menuntut ilmu itu fardhu bagi tiap-tiap orang Islam.” Lantas ilmu-ilmu apa yang di-fardhu-kan, dan sampai mana batas yang harus diketahui dalam urusan ibadah?

Ketahuilah, ilmu yang fardhu bagi setiap hamba itu ada tiga. Pertama, ilmu tauhid, yakni makrifat kepada Allah. Kedua, ilmu sirr (tasawuf), yakni ilmu yang berhubungan dengan urusan dan pekerjaan hati, seperti ikhlas dan tawakal. Ketiga, ilmu syariat, yakni ilmu yang membedakan halal dari yang haram.

Adapun batasan (minimal) yang wajib diketahui dari masing-masing tiga ilmu fardhu tersebut sebagai berikut. Dari ilmu tauhid, yang menjadi fardhu ‘ain bagimu (yang wajib diketahui oleh setiap Muslim) adalah mengetahui bahwa kamu mempunyai Tuhan yang wajib disembah lagi sangat mengetahui segala sesuatu; Mahakuasa, Berkehendak, Mahahidup, Berfirman, Maha Mendengar, Maha Melihat, dan Maha Esa; dan bahwa Allah memiliki sifat yang sempurna; Dia Mahasuci dari segala sifat kekurangan, suci dari sifat tidak ada atau dari apa-apa yang menunjukkan kebaruan. Misalnya dari sifat asalnya tidak ada, kemudian menjadi ada. Meski sesuatu itu sudah berusia ribuan tahun, ia tetap tergolong baru. Allah Bersendiri dalam sifat qadim dan baka. Karena apa pun selain Allah, ada permulaan dan ada akhirnya.

Kamu juga wajib mengetahui dan mengiktikadkan bahwa Junjungan kita Muhammad itu adalah hamba Allah dan utusan-Nya yang selalu benar dalam segala ucapan dan keterangan-keterangannya mengenai akhirat. Seperti tentang nikmat kubur dan siksaannya, dan sebagainya.

Kemudian, wajib pula kamu mengetahui beberapa masalah yang diiktikadkan oleh ahli sunnah wal jamaah, yang merupakan golongan besar pengikut Nabi yang masyhur, yang disebut as sawรขdul a’dzam.

Adapun semua dalil tentang ilmu tauhid, pokok-pokoknya sudah tercantum di dalam Al-Quran. Jadi, tidak usah lagi kita mencari dengan akal kita. Hanya kadang-kadang kita terpaksa menggunakan hukum akal jika berhadapan dengan orang yang belum beriman.

Semua dalil tersebut sudah diterangkan dengan jelas oleh guru-guru kami, dalam kitab-kitab ushรปluddรฎn yang mereka susun. Singkatnya, tiap-tiap hal yang kamu rasa tidak aman dari kesesatan, dan kamu tidak tahu maka wajib bagimu menuntut ilmunya. Tidak boleh ditinggalkan.

---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Seperti bila kita tidak mengetahui sifat-sifat Allah, mana yang wajib dan sebagainya, hal itu tercela. Oleh karena itu, wajib kita menuntut ilmunya. Dan, untung sekali, ilmu tauhid itu mudah, tidak sesulit ilmu fardhu kifayah. Karenanya, siapa pun tidak dibenarkan meninggalkan belajar ilmu tauhid. Perhati kanlah ilmu tauhid. Semoga Allah memberi taufik kepada kita.

---------------

Adapun yang fardhu ‘ain dari ilmu sirr (ilmu tasawuf), adalah hendaknya setiap orang mempelajari apa saja yang wajib dan yang haram menurut ilmu ini. Sehingga dia mengetahui sifat-sifat hati, seperti sabar, syukur, khauf, raja', ridha, zuhud, qanaah, tahu jasa Allah, baik sangka terhadap Allah dan terhadap orang lain, ikhlas, dan sebagainya. Ini adalah sebagian sifat-sifat hati yang harus diketahui dan diamalkan setiap orang, agar dia jadi hamba Allah yang baik.

Dia harus pula mengetahui lawan sifat-sifat itu. Seperti takut melarat. Ini pikiran yang tidak baik. Hati yang ada rasa takut melarat di dalamnya, sebenarnya sudah melarat. Benci pada takdir dari Allah, juga sifat hati yang tidak baik. Begitu pula sifat ingin tinggi, suka dipuji, ingin tetap hidup di dunia untuk bersenang-senang—yang keduanya tidak akan berhasil, karena di dunia tidak ada kesenangan yang sempurna, juga tidak ada yang hidup kekal.

---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Sebuah riwayat menyebutkan, ada seorang raja diraja zaman Bani Umayyah yang ingin mengecap kenikmatan tanpa ada rasa kecewa walaupun sehari. Maka, dia mengumpulkan istri-istrinya yang cantik-cantik. Lalu dari mereka, dipilihnya seorang yang paling dia sayangi. Dan dia mencita-citakan, alangkah nikmatnya melihat istri yang cantik itu sedang tertawa berseri-seri.

Maka, dikilik-kilik istrinya itu hingga terpingkal-pingkal. Ketawa lebar saking gelinya. Waktu mulut istrinya sedang terganggu oleh tawa, disuapinya dengan buah anggur. Malang bagi istrinya, karena buah itu tersumbat dalam kerongkongannya, sehingga mati seketika itu juga.

Luar biasa sedih dan kecewanya raja itu. Dia menangis tiada henti-hentinya. Sampai-sampai dia ingin agar istrinya itu tidak dikubur. Namun, apa boleh buat, istrinya harus tetap dikubur. Setelah istrinya dikubur, raja itu ingin pula ikut dikubur. Padahal, tadinya dia ingin merasakan nikmat secukup-cukupnya. Demikianlah keadaan di dunia, karena dunia ini memang tempat ujian.

---------------

Tujuan mengetahui sifat-sifat hati, adalah agar kamu dapat mengagungkan Allah, ikhlas kepada Allah, menjaga niat baik dan agar amalmu selamat dari penyakit yang merusak amal. Semuanya ini, insya Allah, akan diterangkan dalam kitab Minhรขj Al-‘ร‚bidรฎn ini.

Adapun yang menjadi fardhu ‘ain dari ilmu syariat, adalah ilmu tentang ibadah yang wajib kamu kerjakan, seperti ilmu thaharah (tentang bersuci), shalat, dan puasa.

Mengenai ilmu ibadah haji, zakat, dan jihad, jika pekerjaan-pekerjaan itu sudah wajib bagimu, wajib pula kamu mempelajarinya, supaya kamu bisa melaksanakannya dengan sempurna. Tapi, jika belum menjadi kewajiban atasmu, karena kamu belum memenuhi syarat, mempelajari ilmunya pun belum fardhu ‘ain atasmu.

Demikian batasan minimal setiap ilmu yang tidak boleh tidak kamu harus miliki.

---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Dalam ahli sunnah ada golongan di bidang ilmu syariah. Ada Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan ada Hambali. Mereka tidak saling mencela satu dengan lainnya. Sebab, diinsafi bahwa ijtihad itu dasarnya adalah dugaan yang kuat. Dan kalau sudah dibuka pintu ijtihad oleh Allah Swt. melalui lisan Nabi Muhammad Saw., tidak bisa dielakkan lagi, sewaktu-waktu tentu akan ada perbedaan pendapat antar para mujtahid.

Perbedaan-perbedaan tersebut tidak akan membahayakan agama kita. Dalam hal ini, untuk menghilangkan kekhawatiran, Rasulullah Saw. telah menjelaskan bahwa siapa yang ijtihadnya salah, akan diganjar satu. Apalagi yang ijtihadnya tepat, dia akan diberi dua ganjaran.

Waktu Nabi Muhammad masih ada, para sahabat juga dianjurkan untuk berijtihad. Seperti halnya Muadz bin Jabal r.a., beliau disuruh oleh Rasulullah berijtihad. “Kau menjadi gubernur di Negeri Yaman dan jauh daripadaku. Oleh karena itu, berijtihadlah apabila tidak mendapat nas dari Kitab dan Sunnah.” Karena diperbolehkan berijtihad maka lahirlah mazhab-mazhab. Sebab, mazhab itu tak lain hasil ijtihad orang-orang yang ahli. Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa pada zaman Rasulullah pun sudah ada mazhab-mazhab.

Ada mazhab Muadz bin Jabal. Mazhab Abdullah bin Abbas. Mazhab Abdullah bin Amr bin ’Ash. Ada mazhab Fulan dan Fulan, sahabat Rasul yang besar-besar. Mereka berlainan faham, tetapi tidak saling mencela. Dengan demikian, keadaan umat Islam pada zaman itu sangatlah kompak dan harmonis. Soal mazhab dan soal ikhtilaf sudah selesai sejak abad pertama khairul qurun (generasi terbaik). Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah, supaya umat Islam di akhir zaman jangan lagi cekcok.

Wasiat saya: “Janganlah mencela orang yang berlainan mazhab dengan kita.” Sebagaimana keadaan sahabat dan tabiin.

Para sahabat dan tabiin senantiasa memberi fatwa dan dapat saling berbeda satu sama lain (dalam fatwanya). Namun, mereka tidak pernah saling mencela.

Demikianlah keadaannya. Para sahabat dan tabiin senantiasa memberikan fatwanya, dan fatwanya berlain-lainan. Namun demikian, tidak ada yang mencela ini dan itu. Masing-masing memegang hasil ijtihadnya sendiri-sendiri.

Oleh karena itu, sekali lagi saya wasiatkan, baik ketika saya masih ada ataupun sudah tiada: “HENDAKNYA JANGANLAH SALING CELA-MENCELA.”

---------------

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam