Wajib Menghimpun Syariat dan Hakikat



๐Ÿ“š Buku Mendaki Tanjakan Ilmu Dan Tobat


---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Ketahuilah, semoga Allah memberimu rahmat, adalah wajib bagi setiap orang yang ingin menuju jalan akhirat, untuk menghimpun syariat dan hakikat. Karena, hakikat tanpa syariat akan batal. Sebaliknya, syariat tanpa hakikat akan kosong.

Contoh orang yang hanya memakai hakikat, adalah yang jika kamu menyuruhnya shalat, dia akan menjawab, “Aku tak perlu mengerjakan shalat. Karena, jika aku sudah ditetapkan dalam lauh mahfudz akan masuk surga, pasti aku masuk surga, walaupun tidak shalat. Sebaliknya, jika dalam lauh mahfudz Allah menetapkan aku dari golongan yang celaka, tentu aku dimasukkan ke neraka, walaupun aku mengerjakan shalat.” Demikian celakanya orang yang hanya berpegang pada hakikat tanpa syariat.

Orang-orang tua kita dahulu menyebut mereka “ahli hakikat mikung”. Arti kata mikung, bila digunakan pada hewan, ialah binatang yang belum berbulu. Alasan mereka seolah-olah benar. Padahal, syariat adalah perintah Allah untuk mendapatkan rahmatNya. Dan kita masuk surga semata-mata karena karunia Allah, bukan karena amal kita. Karena, shalat selama seribu tahun pun, umpamanya, belum cukup untuk membayar nikmat mata yang sebelah saja. Oleh karena itu, hakikat tanpa syariat adalah jalan yang salah.

Menurut sejarah, jatuhnya benteng “kerajaan” ahli sunnah terkuat di Indonesia, yaitu Demak, adalah karena timbulnya aliran-aliran yang hanya berpegang pada hakikat tanpa syariat. Sehingga, Banten pun terpaksa memproklamirkan diri lepas dari Demak untuk menggantikannya sebagai benteng ahli sunnah wal jamaah. Akhirnya, dari Banten, pindah lagi ke Aceh.

Adapun orang yang hanya berpegang pada syariat, tanpa hakikat, beranggapan bahwa seseorang itu masuk surga karena amalnya. Karena itu bila dia tidak beramal, dia tidak akan masuk surga. Alasan ini kosong belaka, sebagaimana disebutkan di atas.

Sayyidina Ali karramallรขhu wajhah mengatakan bahwa orang yang mengira bisa masuk surga tanpa amal adalah orang yang melamun. Adapun orang yang mengira setiap orang yang sungguh-sungguh beramal pasti akan masuk surga dengan amalnya itu, hal itu hanya akan melelahkan dirinya.

Karena itu, orang harus memegang kedua-duanya; syariat dan hakikat.

----------

Jika kamu bertanya, “Apakah aku wajib mempelajari ilmu tauhid yang dapat menghancurkan semua agama kufur, dan memastikan hujjah Islam pada mereka? Demikian pula ilmu yang dapat membongkar seluruh bid’ah-bid’ah dan memastikan hujjah-hujjah Sunnah?”

Ketahuilah, yang demikian itu hukumnya fardhu kifayah. Adapun yang fardhu ‘ain bagimu ialah yang bisa menjadikan iktikadmu sehat dalam ushรปluddรฎn.

Juga, bukan fardhu ‘ain bagimu untuk mengetahui furu‘ (cabang) ilmu tauhid sampai pada masalah yang sedalam-dalamnya. Kecuali jika datang syubhat kepadamu dalam ushรปluddรฎn, di mana kamu takut akan terjerumus ke dalam syubhat itu. Di situ, fardhu ‘ain bagimu untuk menepis syubhat tersebut sekuat tenaga, dengan mengadakan pembahasan-pembahasan yang tegas. Dan jangan sekali-kali kamu berbantah-bantahan, sebab itu semata-mata penyakit yang tidak ada obatnya. Jauhilah itu sekuat tenagamu.

Dalam hadis Muslim dan Bukhari, Rasulullah bersabda:

“Orang-orang yang pada mulanya benar, tetapi kemudian sesat, itu dimulai karena suka berbantah-bantahan.”

Yang dituju oleh para pendebat itu hanya kemenangan, bukan kebenaran. Orang yang gemar berbantah-bantahan tiada akan beruntung, kecuali orang itu diliputi rahmat Allah, sehingga dia tobat dari perbuatan itu.

---------- Penjelasan : K.H. R. Abdullah bin Nuh

Seperti Imam Ghazali. Pada mulanya dia adalah tukang debat, tetapi kemudian bertobat dan bersungguh-sungguh memperdalam ilmu sirr (tasawuf). Oleh karena itu, beliau selalu memperingatkan kita agar jangan gemar berdebat. Sebuah peringatan yang didasarkan pada pengalaman.

----------

Bila di suatu daerah ada seorang penganjur ahli sunnah yang dapat memecahkan syubhat dan menolak ahli bid’ah, serta dapat menjernihkan hati ahli haq dari ahli bid’ah maka gugurlah ke-fardhu-an dari semua orang selain diri sang peng anjur tersebut. (Karena keahliannya telah mewakili dan menggugurkan kewajiban penduduk daerah tersebut).

Demikian pula tidak diharuskan bagimu untuk mengetahui ilmu sirr yang dalam, yang keterangannya tentang keajaiban hati panjang-panjang, kecuali menyangkut hal-hal yang merusak peribadatanmu. Karena itu, wajib bagimu mengetahui yang mesti kamu kerjakan, seperti ikhlas, puji syukur, tawakal, dan sebagainya untuk terus diamalkan. Selain itu, tidaklah wajib bagimu mengetahuinya.

Demikian pula dalam bab fiqih. Kamu tidak diwajibkan mengetahui hal-hal yang belum semestinya kamu kerjakan, seperti ilmu tentang perdagangan, perburuhan, perkawinan, talak, dan jinayah. Itu semua masuk fardhu kifรขyah.

*****

Jika kamu bertanya, “Apa ada batas dalam ilmu tauhid seperti yang disebutkan itu, agar orang bisa mengetahuinya tanpa guru?” Ketahuilah bahwa guru itu merupakan pembuka jalan untuk mengetahui batas tersebut. Bersamanya, ilmu akan lebih gampang dan lebih menyenangkan. Allah dengan karunia-Nya akan memberikan langsung kepada hambaNya yang Dia kehendaki. Dalam hal ini, Allah jualah yang mengajarkan kepada mereka.

Selanjutnya perlu diketahui, bahwa tanjakan ilmu itu merupakan satu tanjakan yang sulit, tetapi ia dapat membawa pada tujuan yang dimaksud. Banyak manfaatnya. Sukar ditempuhnya. Besar bahayanya. Dan banyak yang berpaling, sehingga mereka tersasar.

Banyak pula yang terpeleset jika kurang hati-hati. Banyak yang kebingungan jika sudah terpeleset. Banyak yang lemah, putus di tengah jalan. Akan tetapi, banyak pula yang dapat menanggulanginya dan berhasil dalam waktu singkat. Sementara, ada pula yang timbul tenggelam selama 70 tahun.

Cepat atau lambat, selamat atau tidak, semuanya berpulang pada kekuasaan Allah.

Seperti yang telah kami sebutkan, ilmu itu sangat diperlukan hamba Allah, karena bermanfaat sebagai fundamen untuk beribadah secara keseluruhan. Terutama ilmu tauhid dan tasawuf.

Diriwayatkan bahwa Allah Swt. memberi wahyu kepada Nabi Daud a.s., Wahai, Daud! Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat!

Sabda Nabi Daud, “Ya Tuhanku, apakah ilmu yang bermanfaat itu?”

Firman Allah, Ialah (ilmu) untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu. Inilah yang mendekatkan kamu kepadaKu.

Diriwayatkan dari Sayyidina Ali karramallรขhu wajhah berkata, “Kegembiraanku jika datang maut di waktu kecil dan dimasukkan surga, tidak segembira jika aku hidup sampai besar dan mengenal Tuhan. Sebab, orang yang paling mengenal Allah adalah orang yang paling takut, paling banyak ibadah, dan paling baik penerimaannya (syukurnya) terhadap pemberian Allah.”

Kepayahan mendaki tanjakan ilmu itu banyak sekali. Di antaranya, tidak ikhlas dalam menuntut ilmu. Karenanya, kerahkanlah tenagamu lahir-batin untuk mencapai ke ikhlasan dalam menuntut ilmu. Dalam menuntut ilmu, hendaknya kamu bertujuan untuk beramal, bukan untuk mencari perhatian orang.

Dan ketahuilah, bahwa bahaya dalam menempuh aqabah ilmu itu besar. Siapa yang menuntut ilmu hanya untuk mencari perhatian orang, atau agar bisa bergaul dengan orang-orang besar, atau ingin lebih tinggi dari kawan, atau untuk mengejar kekayaan maka perjalanan keniagaannya akan han cur. Ilmunya itu tidak akan bermanfaat dan perhitungan jual belinya akan rugi. Karena dunia, jika dibanding dengan pahala akhirat, tidak berharga apa-apa.

Sabda Nabi Saw.:

“Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk bersaing dengan para ulama, atau untuk mujadalah dengan orang-orang jahil, atau untuk menarik perhatian orang, dia akan masuk neraka.”

Abu Yazid Al-Bustami rahimahullah berkata, “Saya telah mengerjakan mujahadah (berjuang) selama tiga puluh tahun, namun tidak menemui perjuangan yang lebih sulit daripada perjuangan mendapatkan ilmu dan mencegah bahayanya. Namun, janganlah kamu terkecoh oleh ocehan setan yang berkata kepadamu, ‘Jika sudah jelas bahwa di dalam ilmu itu ada bahaya yang besar, lebih baik tinggalkan saja.’ Sekali lagi, jangan kamu menyangka bahwa ocehan itu benar!”

Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, “Pada malam mikraj telah diperlihat kan neraka kepadaku. Aku dapati bahwa isinya yang terbanyak ialah orang-orang fakir.”

Kata para sahabat, “Apakah mereka fakir harta?”

Sahut Rasulullah Saw., “Bukan! Mereka fakir karena tiada ilmu.”

Barangsiapa tidak mau belajar, tentu dia tidak dapat meyakinkan dan menetapkan hukum-hukum ibadah dan tidak dapat melaksanakan syarat-syaratnya sebagaimana mestinya. Jika sekiranya ada orang yang mengerjakan ibadah, seperti ibadahnya malaikat tujuh lapis langit tapi tanpa ilmu, orang itu termasuk golongan yang rugi. Karena, hasilnya hanya lelah dan pahalanya nihil.

Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah kamu dalam menuntut ilmu, dengan jalan meneliti, mengikuti, dan mempelajarinya. Jauhilah kemalasan dan kebosanan dalam menuntut ilmu. Jika tidak demikian, kamu akan berada dalam bahaya kesesatan. Naudzubillah.

*****

Sebagai kesimpulan, jika kamu benar-benar memikirkan dalil-dalil perbuatan Allah, kamu akan yakin bahwa kita mempunyai Tuhan yang Mahakuasa, Maha Mengetahui, Mahahidup, Maha Berkehendak, Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Berfirman dengan firman-Nya yang qadim, yang tidak ada awalnya dan tidak ada akhirnya. Mahasuci Dia dari segala perkataan yang baru dan iradah yang baru. Mahasuci dari segala kekurangan dan kecelaan.

Tidak bersifat dengan sifat baru. Tiada harus bagi-Nya apa-apa yang diharuskan bagi makhluk. Tidak menyerupai sesuatu dari makhluk-Nya, dan tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya. Tidak diliputi oleh tempat dan jihat (arah). Dan, tidak kena ubah dan cacat.

Tatkala kamu telah mengetahui mukjizat Rasul dan ayat-ayat Allah serta tanda-tanda kenabiannya, tentu kamu yakin bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah dan percaya atas wahyu-Nya. Tentu kamu mengetahui apa- apa yang diiktikadkan oleh ulama salaf yang saleh, bahwa Mukmin akan dapat melihat Allah di akhirat. Dan, bahwa Allah ada. Namun, adanya Dia tidak pada jihat (arah) yang terbatasi.

Tentu kamu ketahui pula bahwa Al-Quran itu adalah firman Allah yang qadim. Bukan makhluk, bukan huruf yang berpisah-pisah, dan bukan suara, karena, jika demikian, tentu termasuk sebagian dari makhluk.

Akan kamu ketahui pula bahwa tidak akan terjadi sekilas pun lintasan khatir (lintasan dalam benak) dan sekelebat pun lirikan mata, baik di alam sebelah bawah maupun atas, melainkan terjadi dengan ketetapan Allah, takdirNya maupun kehendak-Nya. Dari Allah jua apa-apa yang baik dan apa yang buruk, yang manfaat dan yang mudarat, yang iman dan yang kufur. Dan bahwasanya tidak wajib bagi Allah berbuat sesuatu untuk makhluk-Nya. Manusia mendapat ganjaran karena karunia-Nya semata. Adapun yang mendapat siksaan adalah karena adilnya Allah.

Dan kamu mengetahui, bahwa apa-apa yang disebut oleh Rasulullah Saw. mengenai urusan akhirat, seperti Makhsyar, bangkit dari kubur, siksa kubur, soal Munkar-Nakir, mizan, dan shirath; semuanya kau iktikadkan sebagai pokok jalan yang harus ditempuh dan dipegang oleh salaf yang ahli surga (itu), setelah ijmak ahli sunnah sebelum timbulnya bid’ah dan kesesatan. Semoga Allah melindungi kita dari perbuatan mengada-ada (bid’ah) dalam agama; menjauhkan kita dari menurutkan hawa nafsu tanpa petunjuk.

Selanjutnya, jika kamu mengetahui tingkah laku hati dan kewajiban batin, serta larangannya seperti diterangkan dalam kitab Minhรขj Al-‘ร‚bidรฎn ini, tentu kamu telah mendapatkan ilmunya. Kamu juga harus mengenal apa saja yang kamu butuhkan untuk diamalkan, seperti thaharah, shalat, puasa, dan sebagainya.

Dengan demikian, berarti kamu telah memenuhi apa yang di-fardhu-kan kepadamu oleh Allah dalam hal berilmu; dan kamu sudah termasuk golongan ulama umat Muhammad yang patuh dalam beramal menurut tuntunan ilmu.

Jika kamu beramal disertai ilmunya dan terus giat memakmurkan akhiratmu, kamu telah menjadi seorang hamba Allah yang alim dan beramal, karena Allah di atas kesadaran. Tidak jahil dan tidak lalim. Maka, bagimu kemuliaan yang amat besar. Ilmumu itu mendapat nilai yang banyak dan pahala yang membanjir. Kamu pun telah menyelesaikan aqabah ini dan menaruhnya di sampingmu. Kamu telah memenuhi haknya dengan izin Allah.

Allah jualah yang memberi petunjuk bagimu dan bagiku dengan sebaik-baik taufik, serta memudahkannya. Allah Yang Maha Penyayang. Tiada daya dan upaya melainkan atas pertolongan Allah Yang Mahaluhur dan Mahaagung.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam