3. Terapi Penyembuhan



๐Ÿ“š Buku Fiqh Kesehatan (Inspirasi Meraih Hidup Sehat Secara Kaffah)


"Hasan al-Basri: “Ambillah akar pohon kefakiran dan kerendahan hati, simpan kedua akar tersebut dalam keranjang tobat. Tumbuklah dengan lesung ridha, haluskan dengan saringan qana’ah (puas hati). Masukkan ke dalam mangkuk takwa, campur dengan air haya’ (rasa malu). Didihkan di atas api mahabbah (cinta), tuangkan ke dalam bejana syukur. Dinginkan dengan angin harapan, dan minumlah dengan menggunakan sendok hamdalah (pujian kepada Allah). Insya Allah, engkau akan selamat dari segala penyakit dan bencana, baik di dunia maupun di akhirat.

๐Ÿ“š Tiga Penyakit Manusia


Tiga macam penyakit yang selalu menghinggapi manusia adalah penyakit jasmani, penyakit jiwa dan penyakit ruhani/hati. Penyakit-penyakit itu tidak saja menyerang fisik dan psikis kita, tetapi juga menyerang sistem hubungan-hubungan sosial kemasyarakatan, seperti meningkatkan angka kekerasan, penipuan, pencurian, perampokan, pelecehan seksual dan masih banyak lagi.

Penyakit Jasmani

Tidak ada penyakit yang datang dengan sendirinya. Penyakit selalu berhubungan dengan kelalaian, dan sebab itu kedatangannya lebih merupakan hasil undangan, baik yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar. Menyalahkan kuman, virus dan makhluk hidup lainnya ketika tertimpa penyakit adalah mengingkari kesempurnaan ciptaan-Nya, berpaling dari kebenaran, dan karena itu tidak menyelesaikan persoalan.

Seiring usia yang terus bertambah, ditambah perubahan pola hidup, fungsi organ tubuh manusia akan terus mengalami penurunan. Penurunan fungsi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh manusia, sehingga memunculkan berbagai penyakit degeneratif seperti meningkatnya asam urat, kolesterol, tekanan darah tinggi, diabetes, stroke, jantung, liver, gangguan fungsi pencernaan, gangguan otot dan persendian, dan lain-lain. Sejalan dengan itu, Imam Nawawi mendefinisikan kondisi sakit sebagai keadaan menyimpangnya jasmani dari mekanismenya yang alami— seimbang, sehingga pengobatan yang terbaik adalah dengan mengembalikan tubuh kepada keadaan alami itu.

Pasca perang Salib, Paracelsus, dokter dan ahli alkemi, menyatakan bahwa penyakit disebabkan suatu zat yang menyerang tubuh sehingga untuk menyembuhkannya dibutuhkan zat lain yang mampu memberantas zat penyerang itu. Zat lain yang dimaksud adalah obat. Penelitian kedokteran modern selanjutnya pun terpusatlah pada soal obat dan melupakan sumber penyakit itu sendiri, yakni gangguan keseimbangan tubuh (The 1996 Grillier Multimedia Encyclopedia Version 8.0).

Obat-obatan memang bisa berguna dalam keadaan tertentu, seperti tubuh merasakan sakit yang tak tertahankan, atau terjadi pendarahan, atau dalam kondisi darurat dan gejala-gejala suatu penyakit butuh diredakan secara cepat. Tapi obat tidak dapat menyembuhkan penyakit hingga mendasar. Bahkan, semakin cepat efek suatu obat muncul, semakin kuat pula racun yang dikandungnya. Oleh karena itu, jika memilih obat, harap diketahui bahwa obat yang sangat efektif, yang dapat menghilangkan rasa sakit dengan cepat, justru jauh lebih berbahaya bagi tubuh daripada obat-obat lain yang berefek lambat. Pada akhirnya, satu-satunya cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit adalah gaya hidup sehari-hari.

Penyakit Jiwa

Yang termasuk dalam kategori penyakit jiwa adalah: was-was, marah, takabur, riya, hasud, serakah, kikir dan dusta.

Sumber was-was adalah nafsu amarah yang selalu mengajak kepada keburukan, adapun sumber hakikinya adalah setan. Was-was yang bersumber dari jiwa dapat diselamatkan dengan menentang kehendaknya melalui zikir hati.

Marah (ghadhab) adalah perbuatan yang dihasilkan ketika darah di dalam hati sedang mendidih, yang ditujukan semata-mata untuk memperoleh kepuasan. Latihan mengendalikan jiwa merupakan cara yang paling baik dalam mengarahkan kemarahan menjadi sesuatu yang bernilai.

Takabbur terbagi dua macam, pertama: Seseorang yang melakukan ibadah kepada Allah Swt dan mempunyai perasaan bahwa dirinya yang paling baik di dalam beribadah serta memandang hina orang-orang selainnya. Kedua orang yang menolak kebenaran, padahal dirinya tahu bahwa yang ditolaknya itu merupakan sesuatu yang benar.

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda:

“Allah SWT berfirman: Takabbur adalah pakaian-Ku, Keagungan itu adalah sarung-Ku, barangsiapa yang mencabut kedudukannya dariKu, Aku akan memasukkannya ke dalam neraka-Ku.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Takabbur timbul dari sifat ujub, dengki, hasud dan riya. Sumbernya adalah kebodohan seseorang tentang derajat dirinya. Sikap tawadhu adalah cara yang ampuh untuk menghilangkan takabbur. Salah satunya bisa dilakukan dengan mengingat asal penciptaan diri yang hanya dari setetes air mani (sperma), firman Allah:

“Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya? Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya” (QS. Abasa : 17-20).

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Sejarah hasad (dengki) sudah dimulai sejak zaman azali, ketika Iblis menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Adam As. Asal muasal dengki adalah cinta dunia dan kehormatan yang sangat. Perasaan dengki bersumber dari hati, sekaligus merusak hati. Dengki yang bercampur dengan benci dan rasa ingin dimuliakan, bahkan dapat menimbulkan penyakit jiwa akut dan merusak kesehatan fisik.

Menurut kaum sufi jiwa itu terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

1. Jiwa amarah; jiwa yang selalu menyeret manusia ke dalam persoalan-persoalan kenikmatan lahiriyah, memiliki kecenderungan pada sifat ujub, sombong, tinggi diri dan egois.

2. Jiwa Lawwamah; jiwa yang selalu bertemu dengan jiwa amarah, tetapi selalu berusaha menjauhinya dan akibat-akibat yang muncul darinya, yakni perbuatan buruk. Jiwa ini dapat menjadi jiwa yang taat, sehingga bisa mengantarkan manusia mencapai derajat jiwa mulhamah.

3. Jiwa Mulhamah adalah indikasi kebaikan jiwa dan pikiran. Perbuatannya selalu tenang, selalu melihat keutamaan (al-fadhilah), senantiasa menggantungkan cita-citanya kepada Allah, sehingga dapat mengantarkan seseorang pada jiwa muthmainnah.

4. Jiwa Muthmainnah adalah jiwa yang selalu rindu kepada ketaatan setelah jatuh dalam kemaksiatan. Jiwa yang tenang dapat dimiliki dengan menyesali segala perbuatan maksiat masa lalu, bersahabat dengan orang-orang yang mengerjakan hak-hak Allah dan menjauhi ahli keburukan.

Pengobatan sufi terhadap orang yang sakit jiwa adalah dengan menganjurkan mereka untuk bersikap jujur, ikhlas, takwa, selalu mengonsumsi makanan halal dan selalu ingat (zikir) kepada Allah Swt.

Zikir adalah saat ketika Allah melihat kita dan kita menyaksikan-Nya dari dekat hati kita. Bisa dilakukan dengan lisan, hati dan totalitas hati dalam menghadirkan Allah secara berkesinambungan (zikir khusus; al-maushul az-zikir; zikir yang tidak pernah putus). Zikir adalah obat utama penyakit jiwa. Zikir akan membersihkan hati dari penyakit dan kotoran jiwa, mendatangkan rasa aman, tenang, rida, sejahtera dan kehidupan yang penuh optimisme.

Penyakit Hati

Penyakit hati berkaitan dengan penyakit jiwa. Jiwa yang sakit adalah juga hati yang sakit (bukan sakit hati). Bila sakit itu tak pernah diobati, sebagaimana jiwa, hati pun akan mati.

Ada beberapa indikator yang bisa menjadi acuan untuk mendeteksi penyakit hati, antara lain: hilangnya cinta yang tulus; hilangnya ketentraman dan ketenangan batin; mata yang tidak pernah menangis kepada Allah (karena menyesali dosa); malas beribadah, dan; senang melakukan dosa.

๐Ÿ“š Pengobatan Ala Barat Dan Timur


Dalam dunia penyembuhan penyakit, dikenal dua metode penyembuhan; ala Barat dan ala Timur. Sistem kedokteran Barat mengasumsikan badan dan jiwa berada dalam wilayah berbeda, sehingga penyembuhannya pun ditangani secara terpisah. Adapun sistem penyembuhan ala timur memandang manusia sebagai satu kesatuan antara badan dan jiwa, keduanya saling mempengaruhi, termasuk dalam proses penyembuhan penyakit.

Badan manusia, dalam kacamata Barat, dipahami sebagai sistem mekanik yang terdiri dari sistem transportasi darah, sistem saraf, sistem hormonal, sistem pernafasan, sistem imunitas dan lain- lain. Jika terjadi gangguan terhadap sistem-sistem tersebut, kedokteran Barat menanganinya dengan obat dan pembedahan.

Penyembuhan ala Barat lebih condong pada menghilangkan gejala-gejala yang muncul (bersifat simptomatik). Bila kita panas, kita diberikan obat antipiretik (penurun panas), itu artinya, penyembuhan diarahkan pada gejala yang timbul akibat suatu penyakit, dan bukan pada sumbernya. Belum tentu dengan menghilangkan panas yang timbul itu penyakitnya bisa teratasi, sebab boleh jadi panas itu disebabkan oleh infeksi yang ada di dalam tubuh kita.

Pengobatan ala Timur—berkembang pesat di negara-negara China, India, dan Tibet—sebagaimana sudah disinggung di awal, bertumpu pada konsep keseimbangan tubuh. Tubuh manusia dipahami sebagai sistem energi yang seimbang, sehingga tubuh yang mengalami gejala suatu penyakit dipahami sebagai tidak seimbangnya energi di dalam tubuh.

Seseorang dikatakan sakit jika sistem energi tubuhnya tidak berada dalam keadaan seimbang atau sirkulasi energi tubuhnya mengalami kekacauan. Sakit kepala, misalnya, adalah kekacauan energi di bagian kepala yang dapat dihilangkan dengan cara menyelaraskan kembali sirkulasi energi ke kepala, sehingga sakit itu berangsur-angsur dapat hilang.

Di China, konsep tersebut dipraktekan melalui tehnik akupunktur (penyembuhan dengan tusuk jarum). Orang yang sakit dirangsang (di-stimulus) pada titik-titik tertentu di tubuhnya dengan ditusuk oleh jarum. Titik-titik itu berjumlah ratusan, bahkan ribuan, di permukaan tubuh manusia. Titik-titik akupunktur merupakan refleksi dari organ-organ tertentu seperti ginjal, jantung, paru, liver dan lain sebagaianya. Jika seseorang ditusuk jarum pada titik refleksi ginjal, misalnya, stimulasi energi itu akan langsung masuk ke organ ginjal. Titik-titik akupunktur dan organ-organ di dalam tubuh tersusun secara sistemik dan terhubung melalui suatu pergerakan energi.

Meditasi adalah metode lain yang juga dihasilkan dari konsep penyembuhan ala Timur. Meditasi merupakan metode penyembuhan yang menggabungkan kekuatan fisik dan psikis secara simultan (bersamaan). Pada metode ini, kondisi fisik dikendalikan—termasuk melakukan perubahan-perubahan menuju keseimbangan alamiah—dengan bertumpu pada kekuatan jiwa.

Tubuh manusia, baik sebagai benda mati maupun sebagai makhluk hidup, memiliki aura. Aura adalah cahaya tipis yang terpancar dari badan seseorang. Sebagai benda mati, aura menggambarkan susunan atom dan molekul yang menyusun badan manusia. Sebagai benda hidup, aura menggambarkan kondisi kejiwaan seseorang seiring dengan keseimbangan sistem energi di dalam tubuhnya.

Pola aura sangat berkait dengan kondisi kesehatan. Pada orang sehat, pola aura di ujung-ujung jari tangannya berbentuk sempurna, sedang pada orang sakit, pola auranya tidak beraturan.

Pola aura di wajah seseorang bisa menggambarkan kondisi kejiwaannya. Orang yang sedang marah, misalnya, akan memancarkan aura kemarahan, sedang orang sabar dan ikhlas memancarkan warna kebiruan. Orang-orang yang suka menyucikan diri cenderung memiliki aura dengan warna-warna terang, menuju ke arah warna putih.

Tubuh kita memiliki self-healing (mekanisme penyembuhan diri sendiri) yang sangat dipengaruhi oleh kondisi batin. Kondisi batin yang seimbang dapat meresonansi kondisi badan. Meditasi sendiri merupakan upaya penyeimbangan kondisi jiwa melalui tata cara tertentu agar memperoleh ketenangan. Ketenangan adalah gambaran dari keseimbangan.

๐Ÿ“š Ibadah Sebagai Terapi


Perkembangan ilmu dan teknologi telah mempermudah pemahaman manusia atas perintah dan larangan dari Allah dan Rasul-Nya. Berbagai larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan sunnah itu ditujukan, salah satunya, untuk menjaga kualitas kesehatan manusia. Larangan untuk mengonsumsi narkoba, misalnya, secara tak langsung dijelaskan ilmu kedokteran sebagai upaya mencaga kesehatan akal dan badan—ilmu kedokteran menerangkan bahaya narkoba bagi kesehatan. Apa yang dilarang agama selalu mengandung bahaya bagi pelakunya, dan perintah agama selalu mengandung kebaikan.

Ibadah shalat, puasa, zakat dan haji merupakan perintah yang semuanya ditujukan agar manusia memperoleh kesehatan jasmani dan ruhani, dunia dan akhirat. Penelitian modern membenarkan bahwa seperangkat perintah di atas adalah obat mujarab bagi semua penyakit.

- Terapi Shalat

Sembahyang digunakan segala agama untuk penyembuhan. Kata sembahyang atau shalat—dalam bahasa Perancis adalah preiere, atau prayer dalam bahasa Inggris—berarti mendapatkan sesuatu dengan permintaan yang sangat serius. Ia adalah suatu komunikasi dengan zat supernatural.

Shalat telah dikerjakan sejak kita anak-anak selama lima kali sehari, terus menerus tanpa henti. Sebelum melaksanakan ibadah shalat kita terlebih dahulu melakukan wudhu untuk membersihkan jasmani dan rohani sebelum menghadap Sang Khalik. Perintah wudhu tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Wudhu adalah pembilasan serta upaya menetralisasi kuman hingga mengurangi keganasannya. Wudhu juga dapat mempermudah regenerasi atau penggantian sel yang lama dengan yang baru pada kulit dan selaput lendir. Salah satu aplikasi wudhu dalam pengetahuan kesehatan modern adalah anjuran menjaga sterilitas tubuh, baik dengan mencuci tangan maupun dengan mengenakan pakaian bebas kuman.

Wudhu juga dapat membersihkan noda-noda ruhaniyah, sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits: “Apabila seorang muslim wudhu dan berkumur, keluarlah kesalahan-kesalahan dari mulutnya. Kalau dia membasuh kedua tangannya maka keluarlah kesalahan-kesalahan dari kedua tangannya itu lewat bawah kuku-kukunya. Kalau dia menyemburkan air dari hidung, keluarlah kesalahan-kesalahan dari hidungnya. Kalau dia membasuh wajahnya, keluarlah kesalahan-kesalahan dari wajahnya, lewat tepi-tepi kedua matanya. Kalau dia mengusap kepalanya, keluarlah kesalahan-kesalahan dari kepalanya, lewat bawah telinganya ... dan kalau dia membasuh kedua kakinya, keluarlah kesalahan-kesalahan lewat kedua kakinya, lewat bawah kuku-kuku kedua kakinya itu ...” (Imam al-Ghazali, Di Balik Ketajaman Hati,1997).

Ketika kita membasuh tangan dengan tekanan pada jari kelingking, berarti kita sedang memijat pusat reproduksi, jika jari tengah berarti pusat pernafasan, telunjuk berarti pusat pencernaan, dan ibu jari berarti pusat energi. Semua jari yang dibasuh merefleksi organ tubuh bagian dalam.

Dengan berkumur berarti kita sedang mengeluarkan 40 juta bibit penyakit atau kuman dari dalam mulut. Dengan membasuh muka, berarti kita sedang memijat pusat saraf otak (dahi), pusat saraf penglihatan (bagian bawah mata) dan pusat saraf emosi (bagian hidung). Membasuh kepala dan telinga, yang meliputi atas kepala dan lubang telinga, kita sedang merangsang titik-titik kecerdasan. Sementara bagian dahi/kening sampai kepala belakang adalah pusat pemikiran (aktifitas otak).

Dengan membasuh kaki sampai mata kaki dan tiap-tiap jari, kita sedang melancarkan peredaran darah di pusat kesehatan. Membasuh tumit sebelah luar berarti di titik reproduksi, tumit sebelah dalam melemaskan titik yang terhubung ke ginjal, dan tumit bagian belakang (bersambung ke titik metabolisme) membantu proses metabolisme tubuh.

Dr. Bahar Azwar, SpB., Onk., mengatakan bahwa shalat dapat menguatkan tulang belakang, pilar tubuh yang terbungkus dengan daging, yang sudah terbentuk sejak manusia berusia 4 minggu masa janin. Pada tulang belakang inilah terpancang kepala, rongga dada tempat lengan tersangkut, dan panggul tempat tungkai.

Berdiri lurus, mengangkat tangan, meregang seraya mengangkat telapak tangan adalah awal pengaliran getah bening—mereka tidak mampu bergerak sendiri. Ia mengalir dari tangan ke arah leher. Aliran getah bening distimulus oleh dua hal, pertama pompaan regangan otot, dan kedua peninggian anggota tubuh.

“Berdiri – rukuk – berdiri” dan “sujud – duduk – sujud”, masing-masing dilakukan kurang lebih 85 kali sehari, adalah latihan organ-organ penting dalam tubuh. Jantung yang terletak di dalam rongga dada mendapat latihan pengempisan dan pengembangan. Latihan itu memakmurkan miokardia (otot jantung) dengan makanan dan oksigen. Pembaruan sel karena itu segera terjadi dan otot menjadi kuat.

Rukuk adalah membengkokkan tulang belakang, meluruskannya adalah meregang ruang antar tulang dan otot punggung. Meletakkan tangan pada lutut seraya meluruskan tulang belakang dan menahannya akan memperlancar laju darah dan aliran getah bening.

Sehari semalam kita diperintahkan sujud minimal 34 kali. Menurut penelitian kedokteran, sujud dapat memperlancar peredaran darah ke area kepala secara merata, bahkan sampai pada sel-sel yang sempit, agar terhindar dari bahaya stroke.

Duduk adalah pelurusan lengkungan. Ini dilakukan dengan meregang tulang belakang beserta ligamen dan ototnya oleh empat gaya memutar (rotasi). Pergerakan ini efektif menjaga kesehatan tulang belakang.

Shalat malam (qiyรขmu lail) bermanfaat untuk deteksi dini kanker paru, karena 90-95% dari kanker tersebut berasal bronkus (jalan udara antara trakea dan alveolus) dan alveolus (sentra pernapasan) sendiri. (Minna, J.D., Higgins, GA. And Glatsrwin, E.J. Cancer of the Lung, 1982). Menurut I. Darmasjah, dkk, (Obat Otonomi, Farmokologi dan Terapi, ed.4, FKUI, 2003), di kala malam, di bawah pengaruh parasimpatik, terjadi penyempitan bronkus dan peningkatan getah kelenjar. Dengan demikian gerakan shalat akan memperjelas gejala kanker paru seperti batuk berdahak dan sesak napas.

Selain itu, di waktu malam, terjadi relaksasi atau pembukaan anus dan penambahan lendir. Lendir dan berak yang bercampur dengan darah sewaktu bersuci menjelang shalat malam adalah gejala dini kanker rektum. Pada siang hari, tubuh manusia mengalami pengerutan atau penutupan anus dan pengeringan darah. Karena itu, sujud di siang hari, yang itu berarti terjadi perpindahan udara ke anus, akan menimbulkan nyeri dubur. Ini dikeluhkan oleh 30 dari 100 penderita kanker rektum.

Zikir dan shalat adalah bentuk meditasi yang melibatkan dimensi ilahiah, yang apabila dilakukan dengan benar akan menghasilkan efek tenteram. Kondisi tentram menyebabkan terjadinya keseimbangan secara holistik di dalam tubuh.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’du: 28).

- Terapi Puasa

Puasa berusaha menyeimbangkan fungsi-fungsi di dalam tubuh dengan cara mengistirahatkan pencernaan. Saat berpuasa, organ tubuh yang paling bergembira adalah organ pencernaan.

Rasulullah Saw menghubungkan bau mulut orang yang berpuasa dengan nikmat harum semerbaknya minyak kasturi. Ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa bau busuk itu disebabkan oleh metabolisme atau pembakaran berbagai zat di dalam tubuh saat berlangsung pembersihan.

Apabila kadar gula di dalam tubuh berkurang, otak yang paling membutuhkan zat itu mulai bereaksi. Rangsangannya memaksa kelenjar penkreas, organ yang berfungsi membakar glukagen yang tersimpan di hati menjadi glukosa, mengeluarkan hormon glukagen. Energi pun tercukupi, namun bila belum tercukupi, dimulailah proses pembakaran lemak yang menumpuk di berbagai bagian tubuh, seperti pada pembuluh koroner yang mengalirkan darah ke jantung, hati, usus, dan ginjal.

Bersamaan dengan pengurangan beban pencernaan, sesak nafas akan berkurang, buang air besar menjadi lancar, berat badan akan berkurang dan tubuh menjadi lebih ringan. Tidak ada lutut yang sakit sewaktu sujud, tidak ada pula kaki yang tidak bisa dilipat.

Haas, E.M, seorang ilmuan non Muslim, dalam Program Nutrisi untuk Puasa, menemukan sekurang-kurangnya 25 penyakit yang dapat dilawan dengan puasa, yaitu: pilek, flu, bronkitis, sakit kepala, sembelit, gangguan pencernaan, diare, alergi makanan, alergi lingkungan, asma, insomnia, penyakit kulit, penyempitan pembuluh darah, penyakit koroner, angina pectoris, hipertensi, diabetes, demam, keletihan, sakit punggung, penyakit mental (psikologis), kegemukan, kanker dan epilepsi.

Puasa yang dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah Saw dapat; (1) Mengurangi penimbunan lemak; (2) Meringankan beban berbagai organ tubuh, seperti otak, jantung, usus, hati, paru dan ginjal, serta (3) Memudahkan pembaruan sel-sel tubuh.

Untuk menuntaskan pembersihan dirinya, umat Islam disunnahkan melakukan shalat tarawih yang, selain dapat membakar 200 kalori di dalam tubuh, juga menghapus dosa-dosa. Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena Allah dan mengharap keridhaan-Nya, diampuni segala dosanya yang telah lalu” (HR. Abu Hurairah).

- Terapi Zakat

Islam mengajarkan agar manusia senantiasa membersihkan dan menyucikan dirinya, termasuk apa-apa yang menunjang keberadaannya sebagai manusia, yakni harta. Dalam harta terdapat hak Allah dan hak orang lain. Cara membersihkan harta adalah dengan membayar zakat, infak dan shadaqah.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS. At-Taubah : 103).

Khudz berarti “ambillah”, pungutlah dari sebagian harta mereka yang berada, untuk diserahkan kepada yang lemah, fakir dan miskin agar harta tidak berputar di kalangan orang kaya saja. Sebab pada prinsipnya, zakat adalah cara memelihara lingkungan sosial dengan prinsip “memberi”, sehingga tercipta suatu sinergi antara satu/sekelompok orang dengan orang lain/ kelompok lain, dengan tetap menghargai berbagai perbedaan yang ada. Zakat adalah upaya menekan akibat-akibat negatif yang muncul dari keadaan ekonomi yang timpang di tengah masyarakat. Secara lebih jauh, zakat bahkan menjadi alat untuk menipiskan jurang ekonomi itu.

Zakat merupakan suatu upaya untuk memanggil dan mengangkat ke permukaan suara-suara hati untuk memberi dan menjadi dermawan. Upaya ini sangat perlu, mengingat manusia, seperti kata Plato (347 SM), “… seringkali dikendalikan oleh keinginan daging atau tubuhnya. Daging membuat manusia hanya mau menerima dan menikmati, tanpa mau memberi.”

Musthafa Luthfi al-Manfaluthi mengatakan, kalau bukan karena kikirnya orang-orang kaya dan kerakusan mereka dalam menumpuk harta, tentu tidak akan ada di muka bumi ini para perampok, pembunuh, pencuri dan pembegal. Segala sesuatu yang telah diambil oleh para pencuri/perampok itu tidak lain hanyalah apa-apa yang seharusnya memang menjadi hak mereka. Jika harta dizakati, kasih sayang dicurahkan kepada mereka, tentu mereka tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang syari’at itu.

- Terapi Haji

Ibadah haji merupakan kumulasi dari ibadah shalat, puasa dan zakat. Hanya orang sehat dan mampu membiayai perjalanannya yang mampu melakukan thawaf (mengelilingi Ka’bah) sebanyak tujuh kali sejauh lebih kurang 1000 m, sa’i (lari-lari kecil tujuh kali antara bukit Shafa dan Marwah) sejauh lebih kurang 500 m, dan amalan-amalan haji yang lain. Haji, dengan demikian, adalah puncak kualitas keimanan seseorang. Menunaikan ibadah haji, selain membutuhkan pengorbanan yang tidak kecil, juga menuntut keikhlasan yang benar-benar murni. Apalagi di zaman sekarang ketika “haji” dinilai sebagai sesuatu yang prestisius oleh masyarakat. Hanya haji yang dilandasi niat tulus melaksanakan kewajiban dan mencari rida-Nya saja yang bakal diterima Allah.

Ketika Nabi Muhammad Saw ditanya tentang pengertian haji mabrur, ia menjawab bahwa pengertian mabrรปr (al-birru) adalah memberi makan kepada orang lain (ith‘รขmu ath-tha‘รขm), menyebarluaskan kedamaian (ifsyรข as-salรขm), dan selalu mengucapkan kata-kata yang baik (thรฎb al-kalรขm). Seorang yang pulang haji, karenanya bisa dinilai sebagai mabrur jika ia menjadi orang yang sangat penyabar dalam bergaul, mudah memaafkan dan ikhlas dalam beraktivitas. Selain itu, antara ucapan dan perbuatannya tidak bertolak belakang serta dapat menjadi solusi atas berbagai masalah yang muncul di masyarakat.

๐Ÿ“š Iman Adalah Psikoterapi


Dale Carnegie, dalam How to Stop Worring and Start Living, menyebutkan bahwa ilmu psikiatri (ilmu pengetahuan penyakit jiwa) pada akhirnya hanya mengulang apa-apa yang sudah diajarkan agama. Sembahyang dan iman yang teguh, menurut psikiatri, adalah cara yang paling baik untuk menjauhkan kekusutan pikiran, ketegangan dan rasa takut yang dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kejiwaan.

Para psikiater pun, karenanya, mengamini apa yang dikatakan oleh A.A. Brill, berbunyi: “Siapa pun yang benar-benar taat pada ajaran agama, tak mungkin menderita neurosis.” Para psikiater kini telah menjadi asatidz versi baru. Mereka membawa pesan kepada kita untuk berpegang teguh kepada agama, agar selamat dari neraka yang ada di dunia, yaitu neraka luka-luka pada perut besar, gangguan saraf, gila dan seterusnya.

William James mengatakan, “Iman merupakan tenaga yang memberi hidup kepada manusia ... dan kalau manusia tidak memiliki iman sama sekali, hidupnya akan runtuh.” Surat kabar al-Jumhuriah (Kairo, 29/11/ 1962), menyebutkan bahwa, “para psikiater kini tidak memperoleh senjata yang lebih tajam dan lebih ampuh untuk mengobati orang-orang yang mengalami gangguan jiwa selain dari agama dan mempercayai Allah ... dan mengharapkan rahmat dari langit serta limpahan kasih sayang Allah. Berlindung kepada kekuatan Khaliq Yang Maha Kuasa, ketika telah jelas lemahnya kekuatan-kekuatan yang lain.”

๐Ÿ“š Dosa, Tobat, Dan Kebahagiaan


Erich Fromm, tokoh psikoanalisis, mengatakan, dosa merupakan suatu kondisi keterasingan atau kejatuhan manusia ke dalam lubang kekelaman. Dosa, menurutnya, adalah sesuatu yang manusiawi, tapi bukan berarti sepele. Karena hidup dalam dosa adalah hidup dalam dunia kelam dan jahat (abskurantis). Yang terpenting dari “dosa” bukan menghakimi diri melainkan bagaimana kita berjuang untuk keluar dari penjara dosa itu, dan melangkah dengan bebas di dalam dunia baru yang menjanjikan sejuta kebahagiaan. Langkah itu adalah tobat.

Tobat merupakan suatu kondisi yang muncul dari hati manusia yang menyesali dosa-dosanya, disertai tekad untuk kembali menjadi manusia yang bebas dari dosa. Manusia yang bertobat adalah sosok manusia yang mau kembali ke jalan yang benar dan kepada diri yang asali (fitrah/suci).

Dosa adalah penjara. Dosa menjadikan manusia tidak bebas. Dosa menjadikan manusia kehilangan arah dan harapan. Mengakibatkan manusia menjadi tidak bahagia, mengalami keterasingan dan ketersendirian. Sedang “kembali” (tobat) adalah jalan menuju pembebasan dan pemulihan hidup manusia. Setelah menjalani pembebasan dan pemulihan diri, manusia tidak punya lagi alasan untuk menghukum dirinya sendiri.

Dosa adalah penyimpangan hubungan manusia dengan Allah, juga penyimpangan interaksi antar manusia. Dengan pertobatan, manusia bisa kembali mengalami dirinya sebagai manusia yang merdeka dan sejati.

Dosa (adz-dzanbu, al-itsm, al-jurm, al-ma‘shiyah), menurut syari’at Islam, adalah perbuatan melanggar hukum Tuhan atau agama. Rumusannya sangat sederhana, yakni melakukan sesuatu yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan (Abd. Qadir Awdah, at-Tasyri’ al-Jinรข’i fi al-Islรขm).

Untuk memulihkan diri dari dosa, Islam mengajarkan hal-hal berikut (Hasyim Ar-Rusuli al-Mahallati, Akibat Dosa, 1996):

1. Menjauhkan diri dari tempat kejahatan agar tidak terjerumus ke dalam dosa.
2. Memusatkan perhatian pada upaya penguatan iman dengan memperbanyak zikir kepada Allah.
3. Mengarahkan diri untuk senantiasa merenung tentang; dari apa diri diciptakan, untuk apa diciptakan dan ke mana akan kembali.

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam