4. Kerja Tanpa Stres



📚 Buku Fiqh Kesehatan (Inspirasi Meraih Hidup Sehat Secara Kaffah)


📚 Stres Kerja


Stres, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah “gangguan atau kekacauan mental-emosional yang disebabkan faktor luar; ketegangan.” Stres biasa terjadi ketika seorang individu dihadapkan pada tuntutan yang dinilai terlalu besar. Dengan kata lain, stres muncul akibat kondisi yang timpang antara tuntutan, harapan, dengan penilaian kemampuan diri dan kenyataan.

Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan/ pekerja/orang bekerja dalam menghadapi pekerjaannya. Ditandai dengan berbagai gejala yang muncul, baik secara fisik, psikis maupun perilaku yang tidak biasa. Berbagai gejala stres yang muncul itu adalah (John B. Arden: 2006):

Salah satu fungsi jantung adalah memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Ketika jantung menerima lebih sedikit darah selama stres, terutama ketika stres sudah menjadi kronis, beberapa masalah kesehatan bisa muncul, bahkan tak jarang berujung pada kematian.

Sistem saraf parasimpatik adalah bagian dari sistem saraf otonom yang cenderung bertindak berlawanan dengan sistem saraf simpatik. Jika sistem saraf simpatik mempercepat detak jantung dan mempercepat kontraksi pembuluh darah, sistem saraf parasimpatik memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah. Selain itu, jika sistem saraf simpatik—hanya diaktifkan saat terjadi stres—cenderung memberi efek negatif bagi tubuh, sistem parasimpatik justru berusaha menjaga keseimbangan tubuh selama stres terjadi.

Ketika stres terjadi, tubuh akan meresponnya dengan pengeluaran hormon-hormon yang ditujukan untuk membantu tubuh dalam menghadapi kesulitan yang diakibatkan stres. Hormon-hormon itu diproduksi oleh sistem saraf parasimpatik. Itu diperlukan untuk menjaga keseimbangan tubuh. Walau demikian, jika stres dialami dalam jangka waktu yang cukup panjang— yang memang umumnya terjadi—tubuh tidak akan mampu mempertahankan keseimbangan tersebut. Akibatnya, produksi hormon-hormon tersebut menurun, dan dengan menurunnya hormon itu, otak akan kesulitan mengatasi sumber stres.

Dengan kata lain, stres berlebihan bisa melemahkan tubuh. Tubuh yang lemah akan kesulitan mengatasi sumber stres, sumber stres akan terus berlanjut dan membuat tubuh semakin lemah. Itu adalah lingkaran yang tidak akan berhenti.

Pengaktifan sistem saraf simpatis yang berlebihan dapat menimbulkan serangkain masalah fisik, antara lain:

· Masalah pada perut; Stres akan merangsang saraf simpatik dan mengakibatkan berkurangnya pengeluaran enzim-enzim prankeas, karenanya makanan menjadi sulit dicerna. Inilah yang menyebabkan perut kembung.

· Keringat dingin; Otot perlu pendinginan, baik ketika melakukan “respon melawan” maupun “melarikan diri”. Sebagai akibatnya, ketika mengalami stres, tubuh akan mengeluarkan keringat meskipun udara dingin. Anda akan dikira sedang demam;

· Gemetar; Untuk memaksimalkan aliran darah ke organ-organ vital, darah dialirkan menjauh dari kulit. Karena penyempitan pembuluh darah, Anda akan gemetar. Tanpa darah yang mengalir ke kulit dan daerah permukaannya, kulit menjadi lebih dingin;

· Denyut jantung yang cepat; Sebagaimana sudah disinggung di muka, pengaktifan sistem saraf simpatik ketika stres akan mempercepat detak jantung. Detak jantung yang terlalu cepat (pada kondisi normal jantung berdetak antara 60-100 kali per menit), selain dapat memicu serangan panik juga dapat memicu serangan jantung.

Efek psikologis stres jangka panjang dapat membatasi kemampuan seseorang untuk berprestasi dengan baik saat bekerja. Kinerja yang menurun membuat seseorang mengalami lebih banyak stres. Ketika seseorang terburu-buru dalam mencoba menyelesaikan pekerjaan, ia akan membuat lebih banyak kesalahan, cidera di tempat kerja, atau kerja menjadi tidak efisien. Gejala seperti ini, oleh Dr. David Lewis dalam American Psychological Association, disebut sebagai “penyakit buru-buru”.

Hans Selye, dalam The Stress of Life, berpendapat bahwa “stres hanya bisa dihindari dengan mati”, mengingat amat sulitnya—jika tidak dikatakan mustahil—menghindari stres. Hanya saja, cara bereaksi setiap orang terhadap stres yang dialaminya tidak sama. Ada yang menganggap stres sebagai ancaman, ada juga yang melihatnya sebagai sebuah tantangan. Selye menyebut sindrom penyesuaian umum untuk mengilustrasikan seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan stres, melalui tiga tahapan:

1. Alarm fisiologis
2. Penyesuaian terhadap stres
3. Kelelahan.

Selama fase alarm, semua sumber daya ditempatkan dalam modus yang sangat siaga untuk menghadapi ancaman atau penolakan yang akan datang. Sementara pada fase penyesuaian, seseorang berjuang mengerahkan sumber daya psikologis dan fisiologisnya untuk menghadapi stres. Dan fase kelelahan akan datang ketika seseorang sudah menyelesaikan tugas/pekerjaan atau menyerah.

Tipe kepribadian manusia berperan penting dalam menentukan preferensi sikap yang diambil ketika dihadapkan pada stres. Mayer Friedman dan Ray Rosenman, dalam Type A Behavior and Your Heart, memperkenalkan teori kepribadian yang disebut Tipe A dan Tipe B. Orang-orang Tipe A cenderung lebih agresif, bermusuhan dan tampak terburu-buru. Orang yang memiliki tipe kepribadian ini, menurut dua ahli jantung itu, sering mengalami stres dan karenanya rentan mengalami serangan jantung dan kematian dini. Sedangkan kepribadian Tipe B jauh lebih adaptif dan sehat. Orang-orang Tipe B rileks dan menjalani kehidupan dengan tenang. Mereka tidak bereaksi secara berlebihan terhadap stres, tetapi menghadapinya sambil berusaha mencapai tujuan mereka dengan tempo yang tidak menekan kejiwaan.

Stres menyebabkan bahan kimia yang disebut glukosortikoid, termasuk kortisol, dikirim ke seluruh tubuh. Kortisol disebut juga hormon stres. Hormon ini mengatur metabolisme karbohidrat, tekanan darah dan suhu tubuh, sambil menekan sitokin, sebuah elemen kunci sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu banyak orang yang mudah menderita flu disebabkan mengalami stres. Beberapa keluhan fisiologis paling umum yang disampaikan oleh dokter, terkait dengan stres, antara lain :

♦ Sakit kepala
♦ Insomnia
♦ Sakit punggung
♦ Bruxism (menggertakkan gigi di malam hari)
♦ Gangguan seksual
♦ TMJ (sakit sendi temperomandibular-sakit rahang)
♦ Asma
♦ Tekanan darah tinggi
♦ Gangguan pencernaan pada lambung dan usus
♦ Penyakit jantung koroner
♦ Pusing
♦ Herpes; luka-luka mulut
♦ Telinga berdengung
♦ Migrain
♦ Diare
♦ Tukak lambung; gejala penyakit yang menyerang lambung, disebabkan oleh peradangan pada lambung.

Stres, terutama dalam situasi yang serba tidak menentu seperti sekarang, mungkin tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Akan tetapi, Dr. Israel Possner dan Dr. Lewis Leitnor, dalam American Psychological Association Monitor (Desember 1999), berpendapat bahwa kita bisa beradaptasi dengan stres. Jika kita mampu meramalkan dan mengendalikan stres, kemungkinannya adalah kita dapat menyesuaikan diri secara menyenangkan terhadap stres. Namun, jika sebaliknya, kita akan merasa tidak berdaya. Oleh karena itu, yang harus kita lakukan adalah mengenali diri dan segala yang bisa mengganggu diri (menyebabkan stres). Dengan begitu, kita sudah membentengi jiwa kita dari akibat negatif stres.

📚 Kecemasan


Cemas adalah salah satu reaksi emosi yang paling umum. Dalam bentuk yang paling halus, cemas merupakan suatu perasaan tidak tenang, sedangkan dalam bentuk yang paling ekstrem, cemas bisa muncul dalam bentuk serangan panik. Berbagai sensasi dan gejala yang dihubungkan dengan kecemasan, yaitu:

♦ Merasa pusing, pening, atau kepala melayang-layang.
♦ Tangan gemetar.
♦ Berkeringat (bukan karena panas).
♦ Nafas pendek.
♦ Rasa takut yang hebat pada kematian tanpa alasan yang jelas.
♦ Perasaan bahwa malapetaka akan datang
♦ Diare, mual, atau gangguan perut.
♦ Mati rasa dan kesemutan di kedua tangan.
♦ Parasthesias (kesemutan kulit)
♦ Tidak bisa rileks.
♦ Perasaan tegang/gelisah.
♦ Perasaan seolah-olah sedang tercekik.
♦ Jantung berdetak cepat.
♦ Perasaan terpisah dari tubuh.
♦ Takut berada sendirian.
♦ Kesadaran diri yang ekstrem.
♦ Perhatian dan konsentrasi yang lemah.

Sindrom kecemasan yang disebut sebagai “Gangguan Kecemasan yang Digeneralisasikan” (Generalized Anxiety Disorder/GAD), berbeda dengan gangguan kepanikan dan fobia. Karena kecemasan tersebut serupa dengan rasa sakit kronis yang tidak mungkin hilang, meski tidak terlalu intens. Ada beberapa gejala GAD yang umum, yaitu:

♦ Ketegangan otot.
♦ Keresahan; perasaan tidak tenang /gelisah.
♦ Sifat mudah marah.
♦ Pikiran menjadi kosong/sulit berkonsentrasi.
♦ Mudah lelah.
♦ Gangguan tidur.
♦ Perasaan seperti ada sebuah benjolan di tenggorokan.
♦ Sering buang air kecil.
♦ Mulut kering.
♦ Tangan berkeringat.
♦ Merasa gemetar/menggigil.

Ada beberapa perangkap pikiran buruk yang menimbulkan kecemasan, yakni:

♦ Perfeksionisme: watak atau sifat yang menolak segala sesuatu yang tidak sempurna. Orang perfeksionis memiliki perhatian berlebih kepada detail sesuatu. Ia bersifat obsesif-kompulsif (penyakit ragu-ragu). Hal ini mendorong diri mereka ke dalam kecemasan;

♦ Kekakuan; Pemikir yang kaku akan mengalami kesulitan berpikir di luar kemungkinan hitam/ putih, ini/itu, dan benar/salah. Pemikir jenis ini gagal melihat corak abu-abu;

♦ Obsesi kontrol: Orang yang merasakan adanya kebutuhan intens untuk mempertahankan rasa pengendalian yang ketat terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupannya, membuat dirinya selalu menghadapi kenyataan pahit.

Karen Horney, dalam Basic Anxiety, mengatakan bahwa seseorang, dalam merespons perosalannya, akan melakukan beberapa kemungkinan reaksi, antara lain:

1. Reaksi menghadapi untuk segera menaggulangi (facing and fight).

2. Reaksi menghindar dari sesuatu yang dirasakan akan menjadi sumber masalah (fly and hide).

3. Reaksi mendekat, dalam arti menghadapi sedikit demi sedikit (pendekatan behavioristic sebagai usaha adaptasi, pembiasaan diri, bertahap, sehingga persoalan itu tidak lagi menjadi hal yang sensitif).

📚 Depresi


Depresi merupakan kondisi yang jauh lebih melemahkan dari pada kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengidentifikasikan gejala depresi, di antaranya:

♦ Kelelahan
♦ Dorongan seks yang rendah
♦ Sering menangis
♦ Pikiran negatif
♦ Terbangun pada dini hari
♦ Insomnia/susah tidur
♦ Rasa kantuk yang berlebihan (hipersomnia)
♦ Merasa putus asa/tidak berharga
♦ Mudah marah
♦ Kehilangan berat badan dengan cepat
♦ Nafsu makan yang rendah
♦ Merasa seperti “pergi jauh”
♦ Isolasi sosial
♦ Suasana hati tertekan
♦ Kesulitan membuat keputusan
♦ Merasa seolah-olah ditentang setiap orang
♦ Menyikapi masa depan dengan suram
♦ Bosan dengan segala sesuatu
♦ Hobi-hobi sebelumnya tidak memberikan kesenangan
♦ Pikiran bunuh diri.

Cara untuk mengatasi depresi adalah:

♦ Mendorong pemecahan masalah, misalnya dengan menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek;
♦ Tingkatkan kegiatan yang produktif dan memberi kesenangan, misalnya hiburan, dan sebagainya.
♦ Pelajari cara untuk menjadi asertif (tidak mengabaikan diri dan tidak mengabaikan orang lain), dengan ikut kursus pelatihan tentang asertif;
♦ Debatlah gagasan-gagasan yang tidak rasional.

Cara berpikir yang salah dapat menimbulkan efek dramatis terhadap cara seseorang merasakan luapan emosional. Depresi kian menjadi-jadi jika diberi bahan bakar oleh “kesalahan pemikiran” yang diidentifikasikan sebagai berikut:

♦ Pemikiran yang terpolarisasi; Hitam dan putih, semua atau tidak sama sekali, baik atau buruk, sangat bagus atau rusak.
♦ Generalisasi yang berlebihan; Jika Anda mengalami sebuah insiden tidak menyenangkan dan buru-buru menarik kesimpulan tentang seluruh pekerjaan, berarti Anda telah melakukan generalisasi secara berlebihan;
♦ Personalisasi; Anda mungkin menafsirkan setiap kilas pandangan dan komentar yang dibuat oleh rekan-rekan kerja sebagai celaan terhadap diri Anda. Stres kerja Anda bertambah intens karena Anda merasa tidak berharga di mata orang lain;
♦ Membaca pikiran; Anda munkin beranggapan bahwa Anda mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh rekan kerja Anda;
♦ Yang harus dan yang tidak boleh; Anda mungkin membuat peraturan yang kaku dan tidak fleksibel (yang harus dan yang tidak boleh) untuk diri sendiri, yang memberi sedikit sekali fleksibilitas kepada Anda untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerja.
♦ Menganggap malapetaka; Anda mungkin memandang setiap kejadian sebagai malapetaka besar;
♦ Penalaran emosional; Anda mungkin membuat pendapat Anda hanya berdasarkan bagaimana Anda merasa. Jika Anda mengalami depresi, sebagian besar pikiran mengenai pekerjaan akan negatif.

📚 Stres Dan Pola Makan


Jika Anda sedang mengalami stres kerja, sangat penting bagi Anda untuk mempertahankan makanan seimbang. Makanan yang buruk bisa memperburuk keadaan stres kerja. Makanan yang kita makan adalah bahan bakar bagi otak dan otak adalah pemakai energi tertinggi dari semua organ dalam tubuh. Setiap asupan makanan akan menimbulkan dampak yang besar pada kemampuan dan fungsi otak.

Apa yang kita makan akan sangat berdampak besar terhadap komposisi biokimia otak. Asam amino yang ditemukan pada sebagian besar makanan merupakan balok-balok bangunan yang penting bagi bahan kimia otak (Neurotransmiter). Tanpa asupan neurotransmiter yang memadai, otak kita tidak akan bisa berfungsi secara seimbang. Neurotransmiter memainkan peranan yang sangat penting dalam mengoperasikan otak kita.

Neurotransmiter dibentuk oleh asam-asam amino tertentu dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. L-Glutamin adalah asam amino yang ditemukan dalam beberapa jenis makanan, seperti buah almon dan buah persik, yang ketika dicerna, dapat digunakan tubuh untuk membentuk neurotransmiter yang disebut GABA. GABA sangat dibutuhkan dalam menjaga kemampuan tubuh untuk tetap tenang.

Setiap neurotransmiter memiliki fungsi tertentu, seperti:

♦ Asam amino L-Triptofan, bersumber pada kalkun, susu, gendum parut, keju lembut, biji labu, kacang kedelai. Ia membentuk neurotransmiter serotonim dengan efek memperbaiki tidur, meningkatkan ketenangan dan menjaga suasana hati;

♦ Asam amino L-Glutamin, bersumber pada telur, buah persik, jus anggur, avokad, bunga matahari, granola dan kacang polong. Ia membentuk neurotransmiter GABA dengan efek mengurangi ketegangan dan sikap mudah marah;

♦ Asam amino L-Fenilalanin, bersumber pada kacang tanah, kacang lima, biji wijen, ayam, yoghurt, susu dan kacang kedelai. Ia membentuk neurotransmiter dopamin, dengan efek mengurangi kemarahan dan meningkatkan perasaan senang;

♦ Asam amino L-Fenilalanin membentuk neurotransmiter norepinefrin, dengan efek meningkatkan energi, perasaan senang dan daya ingat.

Stres dapat menghabiskan asupan vitamin A, B dan Kalium di dalam tubuh. Kekurangan vitamin dapat mengurangi kemampuan kita untuk berpikir secara jernih. Makanan yang buruk sangat berkait erat dengan munculnya berbagai masalah kesehatan yang dapat memperberat stres. Stres terbukti mempengaruhi tingkat kolesterol dalam tubuh, dan kolesterol yang tinggi akan menyebabkan peningkatan risiko masalah kardiovaskular (yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah).

Ada dua jenis kolesterol, yaitu: kolesterol berkepadatan tinggi (High Density Lipoprotein/ HDL/ kolesterol baik) dan berdensitas rendah (Low Density Lipoprotein/ LDL/ kolesterol jahat), atau apa yang biasa disebut lemak jenuh. HDL dapat menghilangkan kolesterol jahat di dinding arteri. Sedang LDL atau lemak jenuh membuat endapan dan plak yang menyumbat dinding arteri.

Lemak jenuh (LDL) banyak terkandung dalam mentega, daging, kuning telur, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan susu murni. Sedangkan lemak tak jenuh (HDL) banyak terkandung dalam minyak safflower, minyak wijen, minyak kacang kedelai, dan ikan.

Para ahli gizi, profesional medis, dan Senate Select Committe on Nutrition and Human Needs, merekomendasikan makanan seimbang sebagai berikut:

1). Makan lebih banyak buah dan sayur;

2). Ganti makanan yang mengandung tepung putih olahan dengan tepung kompleks, seperti gandum utuh;

3). Makan sedikit daging merah;

4). Minimalkan konsumsi telur, mentega, dan margarin;

5). Minimalkan makanan yang mengandung garam;

6). Gunakan susu dan keju lemak rendah dan bukan susu dan keju murni.

Garam yang berlebihan dapat merusak usaha penanggulangan stres, karena garam akan mengosongkan kalium, padahal kalium yang rendah berkaitan dengan peningkatan kecemasan. Orang yang sedang mengalami stres berat akan mengalami hipertensi, dan garam dapat memperparah hipertensi, karena meningkatkan tekanan darah serta menyebabkan penahanan cairan yang menambah tekanan pada jantung dan sistem peredaran darah. Tekanan darah tinggi berhubungan dengan perasaan “gelisah”.

Nikotin dapat meningkatkan stres, karena titik-titik reseptor mencandu dalam otak menerima “obat bius”—efek dari nikotin adalah pengaktifan bukan relaksasi. Nikotin dapat meningkatkan kecepatan pernafasan, denyut jantung, gelombang otak, dan hormon stres. Merokok juga dapat meningkatkan kolesterol LDL.

Kafein dapat menghabiskan vitamin B (khususnya tiamin) dan meningkatkan hormon stres. Kafein dalam jumlah besar dapat membuat tubuh mengalami stres dan supersiaga yang berkepanjangan. Mengonsumsi minuman berkafein dalam jumlah signifikan sama artinya dengan “menenggak kecemasan dalam bentuk cairan”.

Jika seseorang mengonsumsi lebih dari 250 miligram kafein (2-3 cangkir kopi masak) perhari, ia akan mengalami serangkain masalah. Di antaranya: mengalami kegugupan, keresahan, kegelisahan, muka memerah, diuresis (merasa harus buang air kecil setiap waktu), gangguan perut dan usus, kekejangan otot, aliran pembicaraan dan pikiran yang tidak teratur, ketidakteraturan irama jantung (takikardia) dan insomnia.

Alkohol adalah zat yang juga menimbulkan stres. Hal ini untuk menjawab mitos bahwa alkohol mengurangi stres, meringankan depresi, mengurangi kecemasan, dan membantu tidur. Fakta yang benar mengenai alkohol adalah bahwa alkohol menyebabkan masalah bagi peminumnya, yaitu:

♦ Alkohol meningkatkan stres karena menurunkan kadar neurotransmiter (yakni GABA) yang bisa membantu seseorang menjadi tenang dalam menghadapi stres;
♦ Alkohol meningkatkan kecemasan (karena menurunnya kadar GABA), dan dapat menyebabkan peminumnya mengalami serangan panik;
♦ Alkohol menurunkan kadar neurotransmiter serotonin; karena itu meningkatkan depresi.
♦ Alkohol merusak tidur lelap.

Biopsikososial adalah akibat yang ditimbulkan dari mengonsumsi alkohol. Konsekuensi “bio” mencakup gangguan tubuh dan otak; kosekuensi “psi” mencakup kekurangan daya pikir dan kestabilan emosi; dan konsekuensi “sosial” mencakup kesulitan dalam hubungan antar pribadi. Alkohol akan membunuh sel-sel otak, mengurangi aliran darah ke otak dan mengganggu komposisi kimia otak dengan merusak kerja neurotransmiter (degradasi neurotransmiter).

Alkohol yang diminum hari ini mungkin membuat peminumnya merasa rileks, tetapi itu hanya untuk beberapa hari, sebab beberapa hari berikutnya ia akan mengalami kecemasan. Alkohol dapat merusak daerah tertentu pada otak, khususnya hipokampus dan otak kecil (cerebellum). Hipokampus sangat penting dalam proses belajar dan menjaga ingatan. Alkohol juga dapat menimbulkan “penyempitan kognitif”, yang itu berarti menurunkan kapasitas berpikir.

📚 Kiat Menghadapi Kemarahan


Saat berhadapan dengan orang yang sedang diliputi kemarahan—dan tidak ada jalan keluar untuk menurunkan ketegangan orang tersebut, salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah mengajaknya duduk. Jangan membiarkannya terus berdiri, lebih-lebih kita tertantang untuk berdiri berhadapan. Sambil duduk, kita berbicara kepadanya secara lebih pelan, dengan nada, kecepatan dan irama yang juga lebih lamban daripada cara bicara orang tersebut.

Selain itu, untuk menenangkan diri kita—agar tidak terpancing dengan kemarahan orang itu, tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan dengan pelan. Terus lakukan berulang-ulang hingga rasa tenang menjalar di hati dan tubuh kita. Batasi pergerakan tubuh kita—bergerak sesedikit mungkin. Atur gerakan tubuh, agar kita seola-olah tidak memedulikan orang itu. Hindari membuat gerakan-gerakan yang bisa dinilai merendahkan, misalnya: menunjuk, memutar mata, atau menggeleng-gelengkan kepala, dan sebagainya. Jika memungkinkan, berikan sedikit humor.

Di dalam buku When Anger Hurts, Mathew McKay, Peter Rogers, dan Judith McKay, mengemukakan, kesalahan dalam mengomunikasikan kemarahan, yang acap dilakukan sebagian orang, disebabkan karena mereka mempercayai empat mitos, yaitu:

1. Kemarahan dikendalikan oleh tenaga fisik yang tidak terkendali.

Benar bahwa kemarahan berkorelasi dengan tingkat prolaktin yang tinggi pada wanita, testosteron pada pria, serta tingkat adrenalin dan norepinefrin yang tinggi pada semua orang. Tetapi tidak berarti kita mempunyai kecenderungan biokimiawi untuk mengekspresikan kemarahan secara tidak terkendali;

2. Kemarahan adalah naluri.

Padahal kita sebenarnya tidak memiliki “otak kejam” yang mendorong tindakan agresif. Benar bahwa ekspresi kemarahan merupakan fungsi penting di masa lampau evolusioner kita, tetapi dengan kapasitas otak yang bertambah luas, kita sebenarnya bisa mengembangkan kemampuan untuk menghambat impuls-impuls kemarahan;

3. Frustrasi menimbulkan kemarahan.

Sayangnya, banyak orang berangapan bahwa ada serangkaian peristiwa yang seolah-olah wajar; frustrasi -› kemarahan -› agresi. Padahal sebenarnya frustrasi tidak selalu menimbulkan kemarahan, sebab ada banyak jalan emosi dan perilaku untuk menyalurkannya;

4. Adalah sehat untuk menyalurkan kemarahan.

Mungkin benar bahwa menyalurkan rasa marah bisa melepaskan ketegangan, bagus untuk kesehatan. Hanya saja, berbagai konsekuensi yang muncul darinya (laku agresif) tidak ada yang bisa dikatakan sehat, semuanya merugikan. Kerugian paling awal adalah, jika ekspresi kemarahan kita, misalnya, berteriak atau menyerang orang, penyebab kemarahan kita tidak akan diperhatikan orang tetapi kitalah— karena salah mengekspreskan kemarahan— yang menjadi fokus kecaman orang.

Di sisi lain, Nabi Muhammad Saw pernah bersabda: “Marah itu berasal dari setan. Setan berasal dari api. Api akan padam oleh air. Oleh karena itu, jika kalian marah, maka berwudhulah” (HR. Ahmad).

Cara paling baik dalam menghadapi kemarahan adalah menahan kemarahan itu, sehingga kita bisa:

1. Mencari tahu sumbernya, dengan cara bertanya kepada diri sendiri;

2. Mencari tahu adakah emosi lain yang sebenarnya sedang ditutupi oleh kemarahan itu.

Dengan begitu, kemarahan akan terkendali. Bahkan kita bisa menimbang, apakah sesuatu yang menjadi sumber kemarahan itu layak diekspresikan dengan meluapkannya atau tidak. Lebih jauh, pikiran kita akan memiliki waktu untuk memikirkan akibat-akibat negatif darinya.

Tentang menahan kemarahan ini, Nabi Saw. bersabda:

“… Orang yang kuat adalah yang dapat mengendalikan dirinya di kala marah.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Ada beberapa perangkap pikiran yang bisa menjadi bahan bakar kemarahan. Perangkap-perangkap ini biasa muncul secara otomatis jika daya kemarahan tidak berusaha ditekan, yaitu:

♦ Melebih-lebihkan: Di dalam situasi panas— akibat kemarahan, seluruh dorongan emosi dimobilisasi untuk menyerang. Jika kita terpaku pada satu kerangka pemikiran dengan terus melebih-lebihkannya, kemarahan kita akan mendapat bahan bakar dan makin bertambah besar.

♦ Pseudotelepati/membaca pikiran: Ketika marah kepada seseorang, kita mungkin memiliki kecenderungan untuk membaca niat buruknya, lalu sampai pada kesimpulan bahwa ia bermaksud menyakiti kita;

♦ Pelabelan kasar: Ada kebutuhan untuk mengategorikan, mengartikan apa yang kita lihat dan kita dengar. Dalam keadaan marah, kita cenderung membuat kategori kasar, hitam dan putih;

♦ Yang seharusnya dan yang tidak: Kemarahan bisa memobilisasi energi kita untuk bereaksi secara salah. Ketika dihadapkan pada delima mengenai “apa yang harus dilakukan” dan “bagaimana cara melakukannya”, kemarahan menutupi kenyataan dan berubah menjadi nafsu membenarkan diri sendiri. Pilihan itu pun karenanya dipersempit menjadi “yang seharusnya” dan “yang tidak seharusnya”, atau membenarkan diri dan menyalahkan yang di luar diri.

♦ Mengglobalkan: Kemunculan satu insiden kecil yang dinilai mengganggu—misalnya dalam suatu hubungan kerja, jika ditanggapi dengan rasa marah, sudah cukup untuk mengklaim keseluruhan hubungan—baik yang sudah maupun yang akan dilakukan—sebagai sesuatu yang merugikan dan tidak memiliki nilai guna. Ketika itu terjadi, muncullah dorongan untuk menghancurkan hubungan secara keseluruhan.

📚 Jika Anda Seorang Supervisor


Suatu kelompok kerja yang dibawahi supervisor yang buruk, sering kali menempatkan produktivitas kerja sebagai satu-satunya tujuan organisasi. Produktivitas memang perlu, tetapi itu tidak menjadi kebolehan untuk tidak memerhatikan kondisi lingkungan emosional pekerja. Lingkungan emosional yang kondusif, langsung atau tak langsung, bahkan merupakan salah satu faktor penentu tingkat produktivitas kerja.

Beberapa gaya supervisor biasanya menjadi sumber stres kerja. Gaya yang mereka terapkan acap memberi ketidakpuasan dan tekanan lebih kepada pekerja, sehingga membuat mereka stres, dan pada akhirnya menurunkan semangat kerja mereka. Dua gaya yang paling destruktif adalah:

1. Gaya autokratis. Di sini, misi abadi supervisor adalah menegaskan otoritasnya. Setiap hal disentralisasikan, dengan ia sendiri sebagai penentunya. Karena ia tidak mendelegasikan otoritas, ia melibatkan diri dalam setiap upaya pengambilan keputusan. Ia secara tak langsung telah mengecilkan arti dan kemampuan pekerja. Para pekerja, karena itu, merasa diperlakukan sebagai budak yang bodoh. Mereka membencinya, dan ia tidak paham mengapa.

2. Gaya Laissez-Faire. Di sini, supervisor menjadi manager yang “lepas tangan”. Perhatian dan partisipasinya pada hal-hal yang sedang dilakukan para pekerja sangat sedikit. Bahkan ketika pekerja mencari petunjuk, ia tidak memberikan apa-apa.

Seorang supervisor yang menepuk dada dan menuntut kesetiaan dari bawahannya akan kehilangan respek. Supervisor semacam itu tidak akan pernah dihargai—lebih-lebih disukai, tetapi sebaliknya, dibenci dan dinilai rendah. Jika Anda seorang supervisor, dan Anda ingin memperoleh respek dari bawahan Anda, pastikan bahwa Anda tidak:

♦ Memperlakukan orang dengan kasar, tanpa perasaan;
♦ Secara pilih-pilih memuji satu orang sambil mengabaikan yang lain, padahal kinerja mereka sama baiknya;
♦ Melangkahi setiap orang untuk naik jabatan;
♦ Melimpahkan tugas, sebagai hukuman, kepada bawahan.

Akan tetapi, pujilah staf Anda atas hasil pekerjaannya. Dengan begitu, karyawan akan merasa dihargai dan terpacu untuk bekerja lebih keras. Pendekatan yang positif akan menular; mereka mungkin akan saling memuji untuk suatu tugas yang dikerjakan dengan baik. Efek secara keseluruhan adalah terbentuknya tim yang kompak.

Respek dari bawahan bisa diperoleh dengan cara:

♦ Memperlakukan orang secara adil;
♦ Mengakui bila Anda salah;
♦ Meminta masukan dari bawah;
♦ Menunjukkan bahwa Anda bersedia menyingsingkan lengan baju Anda dan ikut bekerja keras;
♦ Menunjukkan visi dan arah;
♦ Mengembangkan persahabatan dan bukan permusuhan.

📚 Bekerjalah Untuk Kehidupan, Bukan Hidup Untuk Pekerjaan


Sebagian orang yang mengalami stres kerja akan kesulitan membedakan diri dengan pekerjaan mereka. Batas antara pribadi dan pekerjaan mereka menjadi kacau. Akibatnya, mereka tidak tahu lagi mana yang harus lebih diutamakan, apakah diri atau pekerjaan. Oleh karena itu mereka hidup untuk pekerjaan, bukan bekerja untuk kehidupan.

Stres bisa meningkat saat orang dihadapkan pada tumpukan pekerjaan. Tugas yang satu belum selesai, tugas baru sudah menunggu. Saat mengerjakan satu tugas, padahal belum selesai, yang dipikirkan adalah tugas lain yang menunggu dirampungkan. Mengerjakan sebuah tugas, karena itu, ditujukan agar bisa sesegera mungkin mengerjakan tugas yang sudah menunggu itu.

“... berpuasa dan berbukalah, berqiyamul-lail dan tidurlah. Karena tubuhmu memiliki hak atas dirimu, matamu memiliki hak atas dirimu, dan istrimu juga memiliki hak atas dirimu.” (HR. Al-Bukhari)

Pengelolaan waktu merupakan bagian penting dari cara mengurangi stres. Pengelolaan waktu menghendaki agar Anda :

♦ Membuat skala prioritas dan bekerja sesuai skala tersebut;
♦ Memberi Anda cukup waktu untuk menyelesaikan setiap tugas, dan memberi kesempatan pada tubuh untuk beristirahat;
♦ Mendelegasikan tugas kepada orang lain yang bisa membantu. Jangan mencari alasan bagi diri sendiri dengan berkata: “Mereka tidak akan mengerjakannya dengan benar.”
♦ Mengerjakan setiap tugas dengan sebaik-baiknya dan bekerja secara lebih manusiawi.

Suzanne Kobassa dan Salvator Maddi, psikolog dari Unversitas Chicago, mengidentifikasi karakteristik kepribadian yang membantu seseorang untuk menghadapi stres dengan tiga karakter, yaitu:

1. Komitmen : bersungguh-sungguh di dalam apa-apa yang sedang dikerjakan, serta menunjukkan energi dan minat dalam melaksanakan tugas-tugas itu;

2. Kendali: Merasa bahwa hal-hal yang sedang dikerjakan berada di dalam kendali diri, bukan pekerjaan yang mengendalikan diri;

3. Tantangan: Memandang perubahan sebagai peluang, bukan krisis yang harus dilawan.

Tiga karakter di atas membantu orang tetap sehat, meskipun dihadapkan pada banyak keadaan yang membuat stres. Tiga hal itulah yang menjadi karakteristik esensial dari individu yang “tahan stres”. Orang yang tahan stres dapat menghadapi stres yang oleh orang kebanyakan dirasakan sebagai tak tertahankan.

Profesor Mihaly Csikszentmihalyi dari Universitas Chicago telah menjelaskan bagaimana orang bisa menghindari kecemasan, sambil pada saat yang sama menyinkirkan kebosanan. Menurutnya, jika seseorang mencurahkan energinya untuk mencari keseimbangan antara merasa kewalahan akibat stimulasi dan kecemasan di satu pihak, serta kebosanan di pihak lain, ia bisa mengalami aliran-aliran perasaan berupa kesenangan.

Perasaan senang akan meningkat jika seseorang mampu mengembangkan rasa optimisme dan ambisi. Dr. Daniel Goldman menekankan pentingnya optimisme dan ambisi sebagai karakteristik “intelegensi emosional”. Dua karakteristik ini bisa ditanamkan dan dikembangkan guna memberi sudut pandang dan arah untuk menghadapi masa depan yang cerah.

Optimisme lebih dari sekedar melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh. Perasaan optimis akan muncul jika Anda mengabaikan situasi kekinian (yang sedang dijalani), dan berfokus pada “kemungkinan” dan “potensi”. Ambisi yang sehat adalah sikap asertif dan kepekaan akan tujuan yang digerakkan oleh sasaran yang bermakna bagi kehidupan Anda.

📚 Mengatasi Sulit Tidur (Insomnia) Karena Stres


Dalam kondisi yang penuh ketegangan, Anda akan sulit tidur. Hormon stres tidak berkurang pada malam hari. Stres meningkatkan neurotransmiter norepinefrin dan epinefrin, dua neurotransmiter yang mengaktifkan sistem saraf Anda. Banyak survei yang menunjukkan bahwa 95% orang pernah mengalami insomnia sekurang-kurangnya satu kali dalam kehidupan mereka. Kira-kira 50% orang mengalami kesulitan tidur sekali seminggu, dan 15% orang mengalami kesulitan tidur dua malam dalam seminggu.

Dr. William Dement dari Universitas Stanford menemukan bahwa sebagian besar dokter, sepanjang pendidikan mereka, hanya menerima 40 menit pelatihan tentang masalah tidur. Minimnya pelatihan ini tercermin dalam pengobatan mereka terhadap pasien. Ditemukan bahwa 95% masalah tidur pada pasien tidak terdiagnosis. Dokter biasanya tidak bertanya tentang insomnia. Dan ketika mendengar keluhan tentang insomnia, langsung meresepkan benzodiazepin kepada pasien, meskipun sebagaian besar jurnal medis merekomendasikan pendekatan non-obat terhadap insomnia.

Tidur telah diteliti secara luas selama lebih dari 70 tahun; ada kira-kira 400 laboratorium tidur di Amerika Serikat. Sejak tahun 1930-an, para peneliti sudah mengidentifikasi jenis-jenis dan tahapan-tahapan tidur.

Jenis tidur ada dua: Tidur Delta (tidur tenang/ gelombang lambat/ non-REM) dan tidur REM (rapid eye movement). Tidur delta adalah tahap tidur di mana gelombang delta EEG lazim atau dominan (tidur tahap 3 dan 4, masing-masing). Tidur jenis ini disebut tidur “gelombang lambat” atau “tidur tenang” karena aktivitas otak melambat secara dramatis, sehingga denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah tubuh bergerak lebih tenang dan teratur.

Adapun Tidur REM adalah siklus tidur yang ditandai dengan pergerakan mata yang cepat. Di tidur inilah mimpi terjadi. Selama fase ini, tubuh lumpuh sehingga seseorang tidak bertindak menuruti mimpinya. Orang dewasa menghabiskan sekitar 20% dari waktu tidur mereka di fase ini. Tidur REM disebut “tidur paradoksal”, karena jika Anda bermimpi berlari dan sebagian besar organ tubuh Anda berfungsi seolah-olah Anda sedang berlari, Anda sebetulnya tidak bergerak. Orang yang mengalami depresi, kerap “terbangun pada waktu dini hari”. Itu artinya ia mengalami periode tidur REM.

Tahap-Tahap Tidur

Tahap-tahap tidur adalah lima bagian atau tahapan dalam siklus tidur, yang masing-masingnya ditentukan oleh jenis aktivitas otak yang terjadi, yakni:

♦ Tahap I adalah keadaan transisi antara tidak tidur dan tidur. Gelombang otak bergerak cepat dan jika terbangun dari tidur tahap ini, sebagian besar orang melaporkan bahwa mereka tidak benar-benar tertidur;

♦ Tahap II, tidur ayam. Banyak pasien insomnia mengeluh tidak tidur ketika sesungguhnya mereka sedang mengalami tidur tahap II. Kita menghabiskan separuh malam dalam tidur tahap II, yang bertambah panjang selama periode stres.

♦ Tahap III dan IV dianggap sebagai tidur lelap, terjadi ketika kita menghasilkan gelombang otak yang lambat (delta). Ini adalah tahap tidur yang paling penting. Di sinilah sistem kekebalan tubuh diperkuat dan ditingkatkan secara tajam.

♦ Tahap V adalah tidur REM. Pada tahap ini seseorang mengalami mimpi yang sebagian besar tidak bisa diingat ketika bangun tidur dan mengalami imobilitas (lumpuh/tidak dapat menggerakkan otot). Ini berguna agar orang yang tidur tidak bergerak sesuai apa yang dimimpikannya.

Tahap I-IV merupakan tahapan Tidur Delta, sedang tahap V adalah tidur REM.

Keseluruhan tidur sangat tergantung pada terangnya siang dan gelapnya malam. Cahaya masuk melalui kedua mata Anda, dan retina mengirimkan informasi ke kelenjar pineal Anda. Kelenjar pineal adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak di pusat otak—di antara dua belahan, yang membantu mengatur pola bangun/tidur Anda. Kelenjar ini berisi sel-sel peka cahaya, dan bekerja (memproduksi melatonin/ hormon yang mebuat kantuk) sesuai dengan jumlah cahaya yang diterima. Jika cahaya yang diterimanya sedikit (dalam keadaan gelap, larut malam), produksi melatonin akan dipertinggi, dan Anda karenanya akan mengantuk. Sebaliknya, ketika cahaya yang diterimanya banyak (pada siang hari), produksi melatonin akan diturunkan, dan Anda tidak mengantuk. Puncak tingkat melatonin di dalam tubuh terjadi antara jam 11 malam dan jam 2 pagi, kemudian turun secara dramatis saat menjelang fajar.

Demikian, Allah pun berfirman:

Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS. Al- Qashash: 73)

Insomnia merupakan masalah utama bagi sebagian besar orang yang mengalami stres kerja. Ada dua jenis insomnia; Insomnia dini dan insomnia mempertahankan tidur. Jika Anda menderita insomnia dini, Anda sulit tidur. Jika Anda mengalami insomnia mempertahankan tidur, Anda sulit untuk tetap tidur; atau Anda tetap tidur tanpa merasa kesulitan tetapi terbangun di tengah malam dan sulit tidur kembali.

Sebagian orang terpaksa menggunakan obat tidur yang dijual bebas, disebut “pil tidur”. Setelah meminum pil tidur, pada awalnya, Anda bisa tidur tetapi dengan kualitas yang buruk. Akibatnya, tubuh Anda kurang segar di pagi hari. Pil tidur juga dapat menyebabkan “kekebalan” dan “kecanduan”.

Berikut ini adalah daftar beberapa cara yang bisa dilakukan demi menghasilkan tidur yang lebih baik:

1. Jangan melakukan apa pun di tempat tidur selain tidur (dan hubungan seks); Jangan menonton TV, mencocokkan buku cek, mendiskusikan keuangan dengan pasangan, lebih-lebih bertengkar di tempat tidur;

2. Jika Anda tidak bisa tidur dan gelisah, bangun dan pergilah ke ruangan lain;

3. Jangan “mencoba terlalu keras” untuk tidur, Anda akan frustrasi sendiri. Frustrasi ini akan menimbulkan efek paradoksal;

4. Hindari mengonsumsi banyak cairan di malam hari. Ini akan menurunkan kualitas tidur dan menyebabkan Anda terus buang air kecil;

5. Hindari cahaya yang terang, sekurang-kurangnya beberapa jam sebelum pergi tidur. Jangan bekerja di depan komputer sampai larut malam;

6. Lakukan semua perencanaan untuk esok hari sebelum naik ke tempat tidur;

7. Hindari semua tidur siang. Pikirkan tidur siang sebagai pencuri tidur malam Anda;

8. Usahakan untuk mengonsumsi makanan kecil dengan karbohidrat kompleks sebelum tidur. Makanan yang kaya L-triptofan lebih dianjurkan. Jangan memakan apa pun dengan gula atau garam sebelum tidur;

9. Hindari camilan protein di malam hari, karena protein menghambat sintesis serotin; mengakibatkan tubuh berada dalam kesiagaan;

10. Lakukan gerak badan, 3-6 jam sebelum pergi tidur;

11.Jika terganggu oleh suara-suara, gunakan penyumbat telinga;

12.Hindari alkohol;

13.Jika Anda disulitkan oleh insomnia kronis, cobalah teknik penjadwalan tidur;

14.Cobalah latihan relaksasi.

📚 Berhentilah, Lakukan Sedikit Relaksasi


Tubuh, dalam kondisi stres, akan terpacu untuk mempercepat pernafasan, mengencangkan otot-otot di daerah perut dan menyempitkan rongga dada. Untuk menjaga agar mekanisme tubuh tetap seimbang, orang butuh relaksasi. Relaksasi adalah cara tubuh Anda menenangkan diri dengan cara mengurangi kecepatan denyut nadi, metabolisme dan pernafasan.

Saat beristirahat—dalam keadaan normal, manusia dewasa bernafas dari 12 sampai 20 kali per menit, tetapi saat merasakan kecemasan berlebih 27 tarikan nafas per menit (hiperventilasi/ nafas berlebihan), bahkan lebih. Dengan percepatan seperti ini, orang bisa mengalami banyak gejala fisik seperti mati rasa, kesemutan, mulut kering dan pusing.

Jika Anda merasa cemas, berhentilah dari aktivitas yang sedang Anda lakukan, amati pernafasan Anda dan perlambatlah. Bernafas dalam-dalam—meliputi penarikan udara dan pelepasannya, akan membantu Anda rileks; mengalihkan tubuh dari memberi respon melawan- atau-melarikan diri ke respon relaksasi, dari sistem saraf simpatis ke parasimpatis. Perlambatan kecepatan pernafasan itu bisa dilakukan dengan “nafas perut” (bernafas dengan perut); perut naik bersama tarikan nafas dan turun bersama pengeluaran nafas. Ketika bernafas dengan perut, otot besar yang berbentuk kubah, yang membagi ruang dada dari rongga perut di bawahnya, mengembang dan mengempis. Ketika Anda menarik nafas, diafragma akan bergerak ke atas dan otot-otot perut mengembang, membantu mengeluarkan udara pengap atau karbon dioksida.

Metode relaksasi progresif dimulai dengan merentangkan jari-jari kaki dan menjaga agar otot-otot di kedua kaki tetap tegang, sambil menghitung sampai 10. Kemudian kendurkan otot-otot itu dan perhatikan serta nikmati aliran relaksasi selama sekurang-kurangnya 20 detik. Lakukan ini sebanyak tiga kali. Setelah itu renggangkan jari-jari tangan selama 10 detik, lalu kendurkan otot-ototnya dan rasakan aliran relaksasi yang menjalar di tangan. Lakukan hal yang sama (peregangan dan pengenduran itu) pada otot betis, kemudian kedua lengan bawah, kedua paha, kedua lengan atas, kedua tungkai atas, daerah pinggul, otot perut, otot dada, kedua bahu, leher, serta seluruh wajah dan kulit kepala. Akan tetapi ingat, jangan melakukan semua proses itu terlalu keras! Lakukan sekadar untuk merasakan ketegangan dan efek relaksasi, sebagai latihan meditasi.

Meditasi transendental atau meditasi dengan doa (zikir), juga dapat membantu orang rileks. Allah Swt berfirman:

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra’d: 28)

Sebagian besar jenis meditasi membutuhkan pengosongan pikiran dan pengaturan pernapasan. Ketika seseorang mengosongkan pikiran dan konsentrasi pada zikirnya, kecenderugan untuk berpikir mengenai pekerjaan akan hilang.

Jenis apapun teknik relaksasi yang dipraktikkan, agar bisa memberikan hasil maksimal bagi kebugaran fisik dan mental, harus menjadi sesuatu yang dilakukan secara rutin dan disiplin. Pandanglah relaksasi seperti makan atau tidur, sebagai kebutuhan. Jadikan prosesnya sebagai acara ritual yang terjadwal, misalnya 10-40 menit sebelum atau sesudah mandi.

📚 Aturlah Jam Kerja


Dalam sehari semalam ada 1.440 menit atau 24 jam; setahun terdiri atas 12 bulan atau 365 hari atau 8.760 jam. Dan dalam satu tahun, dengan dikurangi hari libur nasional dan kebijakan 5 hari kerja, tersisih 248 hari atau 8 bulan lebih untuk bekerja. Dikalikan 248 hari kerja, dengan perhitungan jam kerja per hari 8 jam, akumulasi jam kerja selama setahun adalah 1.984 jam (22,65%). Jadi, dari 8.760 jam, ada 6.776 jam untuk aktivitas di luar pekerjaan.

Itu perhitungan kasar yang dihitung dari jam kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada prakteknya, terutama dalam sektor informal yang tidak memiliki kejelasan jam kerja, bisa jauh atau amat jauh melebihi 1.984 jam, juga bisa kurang. Tentang hal ini, yang amat menentukan adalah kebijaksanaan masing-masing pribadi dalam memenuhi hak tubuh, jiwa dan pikiran masing-masing untuk memperoleh waktu “istirahat”. Yang harus diingat; mesin saja bisa aus apalagi organ tubuh (yang lahir ataupun yang batin).

Nabi Saw bersabda:

“... berpuasa dan berbukalah, berqiyamul-lail dan tidurlah. Karena tubuhmu memiliki hak, matamu memiliki hak, dan istrimu juga memiliki hak atas dirimu.” (HR. Al-Bukhari)

Manajemen waktu mutlak dibutuhkan agar pekerjaan tidak menyita seluruh waktu kehidupan. Antara pekerjaan dan diri karena itu harus ditarik garis pemisah yang jelas, yang darinya bisa disusun skala prioritas yang mampu mengakomodasi dua dimensi kehidupan, duniawi dan ukhrawi, secara seimbang. Setiap pekerjaan memang bisa bernilai ibadah, tetapi itu tidak menutup pintu kemungkinan sebaliknya; pekerjaan bernilai maksiat. Itulah kenapa dibutuhkan kewaspadaan dan kebijaksanaan dalam mengatur waktu.

Kekayaan hilang bisa dicari lagi, kesehatan hilang bisa disembuhkan kembali, tetapi tidak ada yang bisa mengembalikan waktu. Begitu berharganya waktu, Ali bin Abi Thalib, bahkan pernah mengatakan: “Aku tangisi zaman muda (waktu) yang telah pergi. Wahai kiranya muda, bilakah kembali kepada kami?/ Sekiranya muda dapat dijual, aku akan bayar kepada penjualnya menurut maunya/ Tetapi masa muda itu bila telah pergi jauh, tidak dapat dicapai lagi.”

Agar kita semakin memahami nilai waktu, resapilah kata-kata bijak berikut ini:

♦ Untuk memahami makna satu tahun, tanyalah pada siswa yang tidak naik kelas.
♦ Untuk memahami makna satu bulan, tanyakanlah pada ibu yang melahirkan bayi prematur.
♦ Untuk memahami satu minggu, tanyakanlah pada editor majalah mingguan
♦ Untuk memahami waktu satu hari, tanyalah pada pekerja dengan gaji harian.
♦ Untuk memahami satu jam, tanyakan pada gadis yang sedang menunggu pacarnya.
♦ Untuk memahami makna satu menit, tanyakan pada seseorang yang ketinggalan kereta.
♦ Untuk memahami makna satu detik, tanyakanlah pada seorang yang selamat dari kecelakaan.

📚 Usir Stres Dengan Olahraga


Seseorang yang menderita stres kerja akan dilanda ketegangan pada seluruh bagian tubuhnya. Ini akibat dari otot-otot yang menegang, yang sebagai akibatnya, tubuh akan sering merasa lelah. Stres kronis membuat penumpukan otot, menebalkan dan memendekan urat daging, karena saat itu jaringan penghubung di dalam tubuh mengalami perkembangan yang berlebihan.

Pekerjaan yang menuntut orang terus-menerus duduk menimbulkan kecenderungan terjadinya penumpukan stres di dalam tubuh. Karena kurang bergerak, otot-otot mengencang dan pertumbuhannya terhenti. Oleh sebab itulah olahraga amat diperlukan sebagai cara untuk menyalurkan ketegangan fisik.

Olahraga memiliki banyak efek positif untuk menanggulangi pengaruh negatif stres kerja bagi tubuh, seperti menambah oksigen dalam darah, yang karenaya ketika darah diangkut ke otak, Anda akan merasa siaga dan tenang. Olahraga juga mengurangi keasaman di dalam tubuh, sehingga dapat mempertinggi tingkat energi.

Olahraga menyebabkan aliran darah yang lebih baik ke otot dan menghasilkan relaksasi yang berenergi. Dengan meregangkan otot, Anda sebetulnya sedang mendorong atau memompa kembali darah yang sudah digunakan (miskin oksigen) untuk diperbarui kembali di dalam paru-paru. Aliran darah ini diganti oleh darah yang keluar menuju otot setelah mengalami pengisian oksigen.

Sebagian orang yang tidak berolahraga tidak mau mengakui bahwa kemalasan lah yang menghalangi mereka untuk berolahraga. Banyak yang beralasan tidak memiliki waktu, padahal untuk menonton TV selalu ada waktu.

Untuk orang-orang seperti ini; yang tidak cukup punya keinginan menyengaja berolahraga; mungkin karena melihat “olahraga” sebagai sesuatu yang sangat menguras tenaga, usahakanlah untuk senantiasa berjalan kaki. Jalan kaki adalah olahraga yang tidak seperti “olahraga”, alamiah, termurah dan paling mudah. Beberapa penelitian bahkan menunjukan bahwa jalan kaki adalah antidepresan; jalan kaki dapat mengurangi—atau bahkan menghilangkan—depresi.

Setiap jenis olahraga sangat berguna dan bisa dilakukan dengan banyak cara. Bahkan manfaat olahraga bisa dicapai melalui aktivitas rumahan yang tampak bukan olahraga, seperti mengepel lantai dan membersihkan rumah. Artinya, di sekitar kita tersedia banyak potensi yang bisa digunakan agar kesehatan tubuh tetap terjaga, tinggal bagaimana kita memaksimalkannya.

📚 Hindari Stres Teknologi


Perangkat teknologi informasi, selain memudahkan manusia untuk mendapatkan informasi yang diperlukan, juga menyebabkannya rentan mengalami stres. Ini terjadi karena otak manusia tidak dirancang untuk menghadapi beban komunikasi yang berlebihan.

Larry Rose dan Michelle Weil, dalam buku Techno-stres, mengatakan, arus informasi yang membombardir manusia telah mengubah sifat manusia. Banjir informasi itu menjadikan manusia mudah marah, intoleran terhadap frustrasi, sulit berkonsentrasi, mudah merasa putus asa dan cemas tanpa sebab. Manusia, karena dicecar informasi habis-habisan, mengalami apa yang diistilahkan David Lewis sebagai “Sindrom Kelelahan Informasi”.

Selain itu, hasil teknologi yang juga mempengaruhi manusia dalam merespon stres yang dihadapinya, adalah perangkat-perangkat yang biasa digunakan di tempat kerja. Pencahayaan yang buruk, meja, keyboard, kursi yang tidak bisa distel untuk memberi sandaran yang cukup, menghasilkan tekanan lebih pada persendian. Semua ketidaknyamanan fisik itu, selain menyulitkan pekerja dalam merespon stres kerjanya, juga berakibat buruk pada kesehatannya; seperti pembengkakan pada persendian, kelemahan otot-otot di sekitar sendi, pengurangan fleksibilitas sendi dan, secara lebih jauh, bahkan dapat menyebabkan perubahan pada struktur tulang belakang.

Sebagian besar penelitian telah menemukan bahwa banyak sekali gangguan otot dan tulang lengan yang berhubungan dengan pekerjaan (Workrated Musculoskeletal Disorder/ WMSD). Mata juga menjadi tegang karena terus-menerus menatap cahaya artifisal dari monitor.

Komputer, telepon seluler, monitor video dan peralatan teknologi tinggi lainnya membuat para bos relatif lebih mudah untuk terus mengawasi pegawai mereka. Jika Anda diawasi dengan ketat oleh sebuah sistem pemantau kinerja elektronik (Electronic Performance Monitoring System/ EPM), sudah pasti Anda akan merasa tertekan, mengalami stres lebih sering.

Stres teknologi meningkat karena rata-rata pekerjaan sekarang ini bertempo cepat, padahal otak kita tidak mampu mengerjakan banyak tugas dalam sekali waktu, lebih-lebih dalam tenggang yang sempit. Stres kian meningkat karena teknologi telah mengubah dan menghapus waktu tradisional dan batas-batas pribadi. Kapan waktu bekerja dan kapan waktu istirahat tidak jelas lagi. Tak sedikit perusahaan kini yang berharap agar karyawannya dapat dipanggil 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, 365 hari setahun.

📚 Bos Galak Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan


Perilaku para atasan ternyata punya pengaruh besar pada kesehatan anak buahnya. Atasan yang otoriter, misalnya, diduga bisa membuat bawahannya berisiko sakit jantung, stres, dan lain-lain.

Anna Nyberg, peneliti dari Karlinska Institute Swedia, melakukan polling terhadap lebih dari 20.000 karyawan di Swedia, Finlandia, Jerman, Polandia, dan Italia. Ia melakukan penelitian tentang hubungan bos, karyawan dan tingkat stres. Hasilnya, ia menemukan bahwa para pekerja pria yang memiliki bos galak berisiko 25 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dalam kurun waktu 10 tahun setelah survei. Risiko ini jauh lebih besar dibanding pada karyawan yang memiliki atasan yang baik dan disukai.

Pekerja yang merasa tidak puas dengan gaya manajemen atasannya diketahui lebih sering absen karena sakit. Karyawan yang absen karena sakit itu diindikasikan karena stres atau kelelahan kerja yang berdampak pada fisiknya.

Dr. Redford Williams, Direktur Behavioral Medicane Research Centre dari Duke University AS, mengatakan, kehidupan kantor memang rawan stres. Hal ini, selain karean persoalan tanggung jawab, pekerjaan dan gaji, juga karena hubungan yang kaku antara atasan dan bawahan serta jenjang karier yang tidak jelas.

Secara umum, Dr. Williams mengatakan, gaya kepemimpinan seorang atasan memang berpengaruh besar pada kesehatan karyawannya. Namun, pada setiap orang dampaknya mungkin berbeda, tergantung pada karekteristik tiap individu. Misalnya saja pada orang yang termasuk kategori rawan stres, mungkin kesehatannya akan langsung terpengaruh.

Bertumpuknya kewajiban berupa tugas kantor, ditambah ketidakcocokan dengan atasan, bisa membuat kita tertekan dan stres. Hormon stres yang dilepaskan tubuh bisa meningkatkan tekanan darah, kadar glukosa, bahkan bisa mengentalkan sel-sel darah. Ini berdampak pada penyumbatan pembuluh darah yang bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke. Artinya, jika stres kerja diabaikan, bukan mustahil ia menjadi penyebab gangguan kesehatan serius, atau bahkan kematian.

📚 Biodata Penulis


KHAMIMUDIN, Lahir pada tanggal 14 Pebruari 1964 di Bumiayu Kabupaten Brebes dari seorang Ibu bernama Hj. Aminah Aly dan ayah H. Akhsin Kohari.

Aktif diberbagai kegiatan sejak masih duduk di SMA, menjadi anggota dan pengurus organisasi kemahasiswaan (Lembaga Pers Mahasiswa Fakulutas Syari’ah UII Yogyakarta), menjadi pengurus Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) Daerah Nusa Tenggara Timur Tahun 2006-2008.

Tulisan yang pernah dihasilkan antara lain: Analisis Yurisprudensi Mahkamah Agung RI tentang Wasiat Wajibah bagi Ahli Waris Non Muslim (Tesis, 2003), Idul Qurban dan Kepedulian Sosial (artikel, dimuat disurat kabar Timor Exspress, Kupang, 13 januari 2006 ), Pedoman Praktis Teknis Peradilan Agama (buku, 2008, Edisi Revisi 2010), Kiat Meraih Sukses (buku, 2009), Al-Qur’an: Mukjizat Kehidupan (buku, 2009), serta Pilar-Pilar Islam (buku, 2009).

Bagikan ini :

Comments

Popular posts from this blog

Terjemahan Kitab Kifayatul Awam (Tauhid)

Terjemahan Kitab Qami' Ath-Thughyan (77 Cabang Iman)

Buku Islahul Qulub (Jernihkan Hati)

Terjemahan Kitab Mukasyafah Al-Qulub (Bening Hati Dengan Ilmu Tasawuf)

Terjemahan Kitab Nashoihul Ibad

Terjemahan Kitab Syarah Al-Hikam